Kelenteng Eng An Kiong Tiadakan Pementasan Wayang Potehi, Barongsai, dan Cap Go Meh

Pandemi membuat Kelenteng Eng An Kiong tiadakan sejumlah kegiatan perayaan Imlek.

Republika/Wilda Fizriyani
elenteng Eng An Kiong, Kota Malang, Jawa Timur. Sejumlah kegiatan perayaan Imlek ditiadakan di Kelenteng Eng An Kiong mengingat kondisi pandemi Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kelenteng Eng An Kiong yang berusia 197 tahun dan terletak di Kota Malang, Jawa Timur, meniadakan sejumlah kegiatan mengingat perayaan Imlek berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Pementasan wayang potehi, atraksi barongsai hingga Cap Go Meh tidak akan dihelat untuk tahun ini.

Baca Juga

"Sebelum pandemi, kami biasanya menyiapkan 4.000 sampai 6.000 porsi lontong Cap Go Meh untuk penduduk sekitar," ujar Wakil Ketua Yayasan Kelenteng Eng An Kiong, Herman Subianto, di Kota Malang, Rabu (26/1/2022).

Menyambut Imlek yang jatuh pada 1 Februari 2022, Kelenteng Eng An Kiong menggelar upacara Sung Sien. Upacara ini disebut juga sebagai prosesi mengantar roh suci.

"Pada tanggal 24 bulan 12, kami melakukan sembahyang terakhir untuk mengantarkan para dewa ke Tuhan Yang Maha Esa untuk melapor insani, perbuatannya, kebajikannya, yang kami namakan Sung Sien," kata dia.

Herman menjelaskan, setelah melakukan ritual sembahyang terakhir tersebut, satu per satu patung dewa di kelenteng yang merupakan salah satu bangunan cagar budaya tersebut akan diturunkan dari altar untuk dimandikan.

Setelah bersih, patung-patung tersebut kemudian kembali disiram dengan menggunakan air kembang tujuh rupa. Herman menyebutkan, total ada 18 altar yang dimiliki Kelenteng Eng An Kiong dan 28 patung dewa-dewi di dalamnya.

Herman menjelaskan, Kelenteng Eng An Kiong merupakan tempat ibadah bagi umat Tri Dharma. Artinya, kelenteng tersebut digunakan sebagai tempat ibadah bagi penganut agama Ji (Konghucu), Too (Tao), dan Sik (Buddha).

"Ini diikuti dari kalangan Tri Dharma, yaitu Konghucu, Tao, dan Buddha. Jadi dari dan untuk tiga agama," katanya.

Sementara itu, permintaan produk dupa di wiilayah Kota Malang, Jawa Timur mengalami peningkatan menjelang datangnya perayaan Imlek 2022. Pemilik usaha dupa rumahan dengan merek Dupalo, Rosa Amalia, mencatat kenaikan permintaan dupa hingga 20 persen.

Dengan adanya kenaikan permintaan menjelang perayaan Imlek, menurut Rosa, belanja bahan baku otomatis juga bertambah. Biasanya, kebutuhan lidi mencapai satu ton untuk masa produksi selama tiga bulan.

"Menjelang Imlek, produksi bisa menghabiskan lidi hingga dua kali lipat," ujar Rosa di Malang, Jawa Timur, Rabu (26/1/2022).

Rosa menyebut, belakangan dupa tidak lagi identik dengan ritual keagamaan. Peminat dupa berasal dari berbagai kalangan.

"Banyak yang memanfaatkan untuk terapi atau relaksasi juga," jelasnya.

 
Berita Terpopuler