BPJPH: Sinergi Kunci Menjadi Pemenang Industri Halal

BPJPH terus melakukan koordinasi yang intensif guna akseleasi layanan sertifikasi.

Istimewa
Literasi keuangan syariah dan pelatihan sertifikasi halal bagi UMKM di Nusa Tenggara Barat.
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Muhammad Aqil Irham, mengatakan, BPJPH terus berupaya secara intensif untuk menjadikan Indonesia sebagai pemenang industri halal. Menurut dia, untuk mencapainya dibutuhkan sinergi bersama pemangku kepentingan terkait.

Baca Juga

"Kalau BPJPH dan LPH-LPH (Lembaga Pemeriksa Halal) melakukan akselerasi, dan beberapa stakeholder lain melakukan edukasi, sosialisasi, publikasi dan promoasi kepada seluruh masyarakat Indonesia secara masif, tentu apa yang dicita-citakan kita untuk menjadi pemenang industri halal, bisa kita capai. Namun kalau kita bergeraknya tidak bersinergi, harapan itu semakin jauh dapat kita capai," tutur dia dalam agenda Milad ke-33 LPPOM MUI secara daring, Selasa (25/1).

Aqil mengatakan, BPJPH terus melakukan koordinasi yang intensif dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dan LPH lainnya. Koordinasi ini dalam rangka mengakselerasi layanan sertifikasi halal untuk produk barang dan jasa di Indonesia.

"BPJPH dan LPH adalah satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan karena ini sektor hulunya. Kalau hulu tidak melakukan akselerasi, para pelaku usaha tidak mungkin bisa melakukan perdagangan ekspor impor," tutur dia.

BPJPH, lanjut Aqil, juga telah berdiskusi dengan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) ihwal Indonesia yang ada di peringkat keempat sektor makanan halal menurut laporan State of the Global Islamic Economy Report tahun 2020/2021. Indonesia berada di bawah Malaysia, Singapura dan Uni Emirat Arab.

 

 

Diskusi tersebut dilakukan agar rangking sektor makanan halal Indonesia meningkat. "Bisa nggak dalam setahun ke depan atau dua tahun ke depan dari nomor 4 menjadi nomor 1. Tidak perlu nomor satu di semua kategori misalnya termasuk kosmetik dan obat-obatan, karena itu masih jauh," tuturnya.

Aqil juga berkoordinasi dengan Ketua Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) Sapta Nirwandar untuk mengetahui indikator yang digunakan Dinar Standard, lembaga kajian internasional untuk ekonomi Islam global, yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA). Sebab, indikator tersebut membuat banyak negara mampu menorehkan peringkat yang baik di sektor makanan halal.

"Indikator ini yang ingin kita ketahui lalu kita bergerak bersama-sama untuk memenuhi indikator-indikator tersebut dalam waktu 1-2 tahun ke depan. Supaya kita bisa mengalahkan Malaysia," jelasnya.

Aqil juga mengungkapkan, menurut catatan sejarah yang dia pelajari, sebetulnya Malaysia digerakkan oleh banyak orang Indonesia di sana. Bahkan orang Indonesia itu sejak lama belajar dengan LPPOM MUI. Sehingga sebenarnya LPPOM MUI adalah sokoguru LPH Indonesia dan lembaga halal luar negeri. "Namun mereka bisa melakukan akselerasi yang begitu cepat sehingga melampaui kita.

 
Berita Terpopuler