PBB: Jangan Tutup Pintu Buat Rakyat Afghanistan

PBB meminta dunia berpartisipasi dalam membantu rakyat Afghanistan.

AP/Petros Giannakouris
Gadis-gadis bermain di luar rumah bata lumpur di sebuah kamp untuk pengungsi internal, di Kabul, Afghanistan, Senin, 15 November 2021.
Rep: Kamran Dikarma Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- PBB mengatakan, mereka membutuhkan dana sebesar 5 miliar dolar AS untuk membantu Afghanistan menangani krisis kemanusiaan. PBB meminta dunia berpartisipasi dalam membantu negara tersebut.

“Bencana kemanusiaan besar-besaran tampak. Pesan saya mendesak; jangan tutup pintu bagi rakyat Afghanistan. Bantu kami meningkatkan dan mencegah kelaparan yang meluas, penyakit, kekurangan gizi, dan akhirnya kematian,” kata kepala bantuan PBB Martin Griffiths, Selasa (11/1/2022), dikutip laman Al Araby.

Dari dana yang dibutuhkan, sebanyak 4,4 miliar dolar AS di antaranya bakal digunakan untuk memenuhi kebutuhan esensial di internal di Afghanistan. Sementara 623 juta dolar AS diperlukan untuk menyokong kehidupan jutaan warga Afghanistan yang berlindung di luar perbatasannya. Menurut PBB, terdapat 5,7 juta pengungsi Afghanistan yang terlantar di lima negara tetangga. Mereka membutuhkan bantuan vital tahun ini.

Sebanyak 4,7 juta orang di Afghanistan diperkirakan atau berisiko menderita gizi buruk akut tahun ini. Angka itu termasuk 1,1 juta anak-anak. Griffiths mengatakan, tanpa bantuan kemanusiaan, bencana kelaparan, kematian, dan perpindahan massal di Afghanistan akan berlanjut. Sebaliknya, jika donor internasional mengalir, rakyat Afghanistan dapat memperoleh keamanan dan jaminan hidup.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi mengungkapkan, tujuan paket bantuan untuk Afghanistan adalah menstabilkan situasi di negara tersebut. Dengan demikian, banjir migran ke negara-negara tetangga Afghanistan dapat dihindari atau dicegah.  “Pergerakan orang itu akan sulit diatur, di daerah dan sekitarnya, karena tidak akan berhenti di daerah. Jika upaya ini tidak berhasil, kami harus meminta 10 miliar dolar AS tahun depan, bukan 5 miliar dolar AS," kata Grandi menjelaskan.
 

 

Baca Juga

 
Berita Terpopuler