Yang tak Bergejala Jauh Lebih Banyak, Omicron Jadi Sangat Cepat Menyebar

Orang yang terinfeksi varian omicron banyak yang asimtomatik alias tak bergejala.

ANTARA/FAUZAN
Penumpang pesawat internasional antre pemeriksaan setibanya di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (7/1/2022). Studi mengungkap orang yang terinfeksi omicron banyak yang tidak bergejala hingga tak sadar menularkan penyakitnya kepada orang lain. Pemerintah untuk sementara menutup pintu masuk bagi warga dari Afrika Selatan, Botswana, Norwegia, Prancis, Angola, Zambia, Zimbabwe, Malawi, Mozambique, Namibia, Eswatini, Lesotho, Inggris dan Denmark dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19 tipe SARS-CoV-2 varian B.1.1.529 atau Omicron yang berlaku hari ini (7/1/2022).
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Sejumlah temuan awal dari dua uji klinis Afrika Selatan menunjukkan SARS-CoV-2 varian omicron memiliki tingkat "pembawa asimtomatik" yang jauh lebih tinggi dibanding varian sebelumnya. Kondisi itu dapat menjelaskan mengapa omicron menyebar sangat cepat ke seluruh dunia.

Studi pertama dilakukan ketika infeksi omicron melonjak di Afsel pada Desember 2021. Studi kedua mengambil sampel ulang partisipan di waktu yang sama.

Kedua studi menemukan jumlah orang yang positif Covid-19 tetapi tidak bergejala (asimptomatik) jauh lebih banyak ketimbang uji coba sebelumnya. Dalam studi Ubuntu yang mengevaluasi efikasi vaksin Covid-19 Moderna pada pengidap HIV, 31 persen dari 230 partisipan yang menjalani skrining dinyatakan positif.

Sementara itu, semua 56 sampel untuk analisis pengurutan genom diverifikasi sebagai omicron. Temuan ini sangat berbeda dengan tingkat positif varian-varian sebelum omicron.

"Varian sebelumnya tingkat positifnya berkisar kurang dari satu persen hingga 2,4 persen," kata para peneliti melalui pernyataan, dikutip Reuters, Selasa (11/1/2022).

Dalam subkelompok uji Sisonke yang mengevaluasi efikasi vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, rata-rata tingkat pembawa asimtomatik naik menjadi 16 persen selama periode omicron.  Angkanya hanya 2,6 persen selama wabah beta dan delta.

"Studi Sisonke melibatkan 577 penerima vaksin, ... dengan hasil yang menunjukkan tingkat pembawa yang tinggi bahkan pada mereka yang diketahui sudah divaksin," katanya.

Para peneliti menyebut bahwa tingkat pembawa asimtomatik yang lebih tinggi kemungkinan menjadi faktor utama keganasan varian omicron. Hal itu terjadi bahkan di antara populasi dengan tingkat infeksi Covid-19 yang sebelumnya tinggi.

Beda gejala infeksi varian omicron dan delta. - (Republika)

Afsel menghadapi lonjakan kasus Covid-19 sejak akhir November dan pada saat itu para peneliti memperingatkan dunia tentang omicron. Namun, semenjak itu kasus-kasus baru kembali turun dan indikasi awal memperlihatkan bahwa gelombang tersebut telah ditandai oleh penyakit yang kurang serius ketimbang yang sebelumnya.

Baca juga : Infeksi Omicron Munculkan Gejala tak Biasa, 3 Jenis Ruam Kulit Bisa Jadi Pertandanya

Reinfeksi akibat omicron

Baca Juga

Sementara itu, sebuah studi skala besar yang diterbitkan di The Lancet pada Maret 2021 mengungkapkan bahwa penyintas Covid-19 akan terlindungi dari infeksi SARS-CoV-2 selama enam bulan. Studi tersebut juga menyebut bahwa risiko reinfeksi lebih besar pada kelompok usia 65 tahun ke atas.

Kini, seiring dengan meluasnya penyebaran SARS-CoV-2 varian omicron, makin banyak orang yang mengalami reinfeksi Covid-19.  Reinfeksi diartikan ketika seseorang yang sudah sembuh dari infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) lalu terinfeksi lagi di kemudian hari.

Para ahli meyakini bahwa tingginya kasus reinfeksi dipengaruhi oleh omicron. Laporan awal dari Inggris menunjukkan bahwa kasus reinfeksi karena omicron meningkat tiga hingga delapan kali lipat dibandingkan dengan varian awal.

Dokter penyakit menular di Amerika Serikat, Anthony Fauci, mengatakan bahwa omicron sangat berbeda dari varian sebelumnya. Varian omicron memiliki karakter yang lebih banyak bermutasi dibandingkan dengan varian lain, entah itu alpha, beta, bahkan delta.

"Yang membuat omicron sangat menular adalah perubahan protein lonjakan (spike protein) virus, bagian virus yang mengikat sel manusia sebelum menginfeksinya. Mutasi atau perubahan ini membuat virus sangat lengket, sehingga lebih mudah menempel pada sel dan membuat peningkatan penularan," jelas Carla Garcia Carreño, kepala penyakit menular di Children's Medical Center Plano, seperti dilansir Huffington Post, Selasa (11/1/2022).

Baca juga : Gejala Omicron di Kulit, Bibir, dan Kuku Bisa Jadi Tanda Darurat

 
Berita Terpopuler