Kabar Baik: WHO Sebut Gejala Infeksi Omicron Lebih Ringan, tak Sampai Pneumonia

Makin banyak penelitian ungkap infeksi omicron lebih pengaruhi saluran napas atas.

ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Mobil ambulans berjalan keluar usai mengantarkan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (3/1/2022). WHO mencatat makin banyak penelitian yang mengungkap bahwa infeksi omicron lebih ringan daripada varian lainnya.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 varian omicron lebih memengaruhi saluran pernapasan bagian atas. Itu berarti, gejala yang ditimbulkan dari infeksinya lebih ringan daripada varian sebelumnya, menurut pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa (4/1/2022).

"Kami menemukan lebih banyak studi yang memperlihatkan bahwa omicron menginfeksi saluran pernapasan bagian atas. Berbeda dari yang lain, yang dapat menyebabkan pneumonia parah," kata Manajer Insiden WHO Abdi Mahamud di hadapan wartawan yang berbasis di Jenewa.

Menurut Mahamud, fakta itu bisa menjadi "kabar baik". Namun, dia mengingatkan bahwa penularan omicron yang tinggi menandakan varian tersebut bisa menjadi dominan dalam beberapa pekan di banyak tempat.

Hal itu dapat menjadi ancaman bagi negara-negara yang mayoritas penduduknya tetap tidak bersedia divaksinasi. Pernyataannya tentang penurunan risiko penyakit parah mendukung data lain yang mencakup sebuah studi di Afrika Selatan, yang merupakan salah satu negara pertama yang melaporkan kemunculan omicron.

Akan tetapi, Mahamud juga memberikan satu peringatan, seraya menyebut Afrika Selatan "situasi yang berbeda" lantaran mempunyai populasi muda di antara faktor lainnya. Disinggung soal apakah perlu vaksin khusus omicron, Mahamud menyebut bahwa terlalu dini untuk mengatakannya, tetapi menekankan bahwa keputusan tersebut membutuhkan koordinasi global dan jangan dilimpahkan ke sektor komersial untuk memutuskannya sendiri.

Usik tenggorokan

Omicron tampaknya lebih mengusik tenggorokan daripada paru-paru. Enam penelitian telah menemukan bahwa omicron tidak merusak paru-paru sebanyak delta dan varian sebelum lainnya.

"Hasil dari semua mutasi yang membuat omicron berbeda dari varian sebelumnya adalah bahwa omicron mungkin telah mengubah kemampuannya untuk menginfeksi berbagai jenis sel," ujar profesor virologi di University College London, Deenan Pillay, seperti dikutip laman Guardian, Ahad (2/1/2022).

Intinya, omicron tampaknya lebih bisa menginfeksi saluran pernapasan bagian atas, sel-sel di tenggorokan. Jadi virusnya lebih mudah berkembang biak di sel-sel di tenggorokan daripada di sel-sel jauh di dalam paru-paru.

Baca Juga

"Ini benar-benar hasil awal, tetapi studi menunjukkan arah yang sama," ujarnya.

Beda gejala infeksi varian omicron dan delta. - (Republika)

Ketika virus menghasilkan lebih banyak sel di tenggorokan, itu akan membuatnya lebih mudah menular. Sebaliknya, virus yang menginfeksi jaringan paru-paru akan berpotensi lebih berbahaya tetapi kurang menular.

Sejumlah penelitian didasarkan oleh uji coba pada hewan. Meski demikian, studi penelitian tersebut belum ditinjau oleh para ilmuwan lain. Para peneliti dari Grup Penelitian Virologi Molekuler Universitas Liverpool menerbitkan pra-cetak pada Boxing Day.

Indonesia mencatat total kasus omicron menjadi 254 kasus, terdiri dari 239 kasus dari pelaku perjalanan internasional dan 15 kasus transmisi lokal. Sehari sebelumnya, jumlah kasus Covid-19 terkait Omicron tercatat 162 orang.

“Mayoritas (penularan) masih didominasi pelaku perjalanan luar negeri," ungkap Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmidzi, pada Selasa (4/1/2022).

Dari hasil pemantauan, sebagian besar kondisi pasien omicron ringan. Sebagian lain merupakan pasien tanpa gejala.

"Gejala paling banyak adalah batuk (49 persen) dan pilek (27 persen),” kata Nadia.

 
Berita Terpopuler