Bahaya Anak Terlalu Sering Lihat Konten Spirit Doll

Konten spirit doll beredar luas di media sosial dan dapat terlihat oleh anak.

EPA
Spirit doll alias boneka arwah dikenal sebagai luk thep di Thailand. Belakangan, banyak konten media sosial yang memperlihatkan orang merawat spirit doll layaknya anak sungguhan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Kasandra Putranto mengingatkan bahaya anak terlalu banyak melihat konten spirit doll di media sosial. Ia mengatakan, anak dapat mempercayai keyakinan yang salah dan bertentangan dengan kenyataan akibatnya.

Baca Juga

Pasalnya, konten-konten yang beredar di media sosial belakangan ini kerap menampilkan orang-orang yang memperlakukan spirit doll seperti makhluk hidup. Kasandra menjelaskan bahwa otak anak belum berkembang penuh.

"Anak-anak cenderung untuk mempercayai apapun yang dilihat baik secara online ataupun langsung," ujar Kasandra saat dihubungi Antara, ditulis Sabtu.

Meski demikian, menurut Kasandra, menonton tayangan spirit doll tidak serta merta mengembangkan delusi pada anak. Delusi merupakan gangguan psikotik.

"Karena menjadi psikotik itu harus ada faktor genetik, pola asuh, dan tekanan atau trauma," jelas psikolog alumnus Universitas Indonesia tersebut.

Oleh karena itu, orang tua berperan penting untuk mengawasi anak saat menonton konten apapun, termasuk konten spirit doll, di media manapun agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saat ini, spirit doll sedang sangat populer karena banyak artis atau figur publik yang memilikinya.

Biasanya, spirit doll berbentuk bayi dan para pemilik merawatnya layaknya anak sendiri. Menurut Kasandra, banyaknya orang dewasa yang memiliki spirit doll juga dapat disebabkan karena mereka memiliki kebutuhan untuk memelihara atau merawat orang lain.

Selain itu, menurut Kasandra, bisa jadi juga adanya kebutuhan sosial yang tidak terpenuhi, misalnya perasaan kesepian atau tidak memiliki banyak teman. Kondisi itu membuat orang menggunakan spirit doll sebagai pengganti.

Spirit doll alias boneka arwah dikenal sebagai luk thep di Thailand. - (EPA)

Lantas, ada kebutuhan untuk berimajinasi dengan peran tetantu yang dimainkan bersama boneka tersebut. Misalnya, spirit doll dapat menjadi pengganti anak bagi mereka yang menginginkan anak.

"Selain itu, ada juga yang memilikinya untuk hiburan, konten, marketing, untuk memperoleh kekayaan dan kemasyhuran, atau memang ada gangguan, seperti Anatoly Moskvin (sejarawan yang membuat mayat gadis menjadi boneka)," kata Kasandra.

Menurut Kasandra, wajar-wajar saja untuk bermain dengan spirit doll. Syaratnya, pemilik tetap sadar bahwa benda itu hanya boneka dan tidak dapat menggantikan sosok anak atau teman dan tak meyakini ada kekuatan yang dimiliki boneka tersebut.

 
Berita Terpopuler