Tiga Kunci Penting Atasi Omicron Menurut Epidemiolog UI

Saat ini masyarakat sudah mulai longgar dalam menerapkan protokol kesehatan.

ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Tiga Kunci Penting Atasi Omicron Menurut Epidemiolog UI. Petugas memeriksa serifikat vaksinasi penumpang bus antar kota antar provinsi (AKAP) di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Penerapan protokol kesehatan yang ketat pada moda transportasi dilaksanakan untuk mencegah penyebaran varian baru COVID-19 yakni B.1.1.529 atau Omicron.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Ani Nursalikah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan tiga kunci penting mencegah penularan varian Omicron, yakni vaksinasi, memakai masker, dan tidak berkerumun.

Baca Juga

"Vaksinasi, tidak berkerumun, pakai masker adalah senjata kita sekarang untuk menghindari infeksi Omicron," kata Yunis, Jumat (7/1/2022).

Menurut Yunis, saat ini masyarakat sudah mulai longgar dalam menerapkan protokol kesehatan. Oleh karenanya, dia berharap masyarakat kembali meningkatkan konsistensi melakukan protokol kesehatan, terutama memakai masker dan tidak berkerumun.

Ia mengatakan Omicron memang memberikan gejala klinis ringan, tapi bisa memperbanyak infeksi sehingga kemungkinan bisa menyebabkan gelombang ketiga dengan kasus Covid-19 ringan atau sedang. Lonjakan kasus varian Omicron telah terjadi cukup signifikan di negara lain seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Sekalipun vaksinasi di Inggris sudah 80 persen, namun kasus tetap tinggi karena varian Omicron. Yunis mengatakan pemberian vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat berkontribusi untuk membuat gejalanya menjadi lebih ringan ketika virus menyerang tubuh.

Infografis Gejala Omicron Muncul Setelah 48 Jam - (republika.co.id)

 

Yunis mengatakan masih ada peluang munculnya varian baru dari virus SARS-CoV-2 yang bisa lolos dari perlindungan antibodi setelah vaksinasi, namun gejala klinis yang dialami penderita kemungkinan akan semakin ringan karena sudah menjalani vaksinasi. Sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyampaikan 86,6 persen masyarakat Indonesia di 100 kabupaten/kota memiliki antibodi terhadap Covid-19.

"Hasil survei di 100 kabupaten/kota di sebagian wilayah aglomerasi maupun non aglomerasi sepanjang November-Desember 2021 menunjukkan 86,6 persen populasi yang daerahnya di survei telah memiliki antibodi SARS-CoV-2, baik akibat telah terinfeksi sebelumnya atau karena vaksinasi," ujar Jubir Nasional Satgas Covid-19 Wiku Adi Sasmito di Jakarta, Selasa (4/1).

Kemudian, sebesar 73,2 persen populasi dari daerah yang disurvei ternyata juga memiliki antibodi meski belum pernah terdeteksi positif maupun tervaksinasi Covid -19.Wiku mengharapkan, masyarakat dapat terus meningkatkan disiplin protokol kesehatan di semua lini kehidupan.

Indonesia per tanggal 2 Januari 2022 sudah mencatat 152 kasus varian Omicron. Mayoritas kasus berasal dari pelaku perjalanan luar negeri dengan gejala ringan hingga tanpa gejala.

Studi telah menunjukkan bahwa varian omicron cenderung menyebabkan gejala yang lebih ringan, khususnya pada individu yang sudah divaksinasi. Akan tetapi, varian omicron tetap bisa memicu gejala yang tak nyaman dan cenderung unik.

 

Sejauh ini, ada dua gejala tak biasa yang cukup sering ditemukan pada kasus Covid-19 akibat infeksi SARS-COV-2 varian omicron. Kedua gejala tersebut adalah pink eye atau konjungtivitis dan rambut rontok.

Gejala konjungtivitis bisa muncul bersamaan dengan gejala-gejala Covid-19 lain, yaitu sekitar dua hari setelah terinfeksi. Sedangkan rambut rontok biasanya muncul menjelang akhir dari masa sakit.

Covid-19 bisa memunculkan gejala pada mata karena SARS-CoV-2 menginfeksi sel di dalam tubuh melalui reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Reseptor ini bisa ditemukan di berbagai organ tubuh, termasuk mata. Beberapa area pada mata yang memiliki reseptor ACE2 adalah sel epitel dan retina.

Di sisi lain, rambut rontok mungkin tidak umum terjadi pada kasus Covid-19. Namun, menurut American Academy of Dermatology Association, rambut rontok cukup umum terjadi setelah demam tinggi.

Seseorang bisa dikatakan mengalami rambut rontok (telogen effluvium) bila rambut yang memasuki fase perontokan lebih banyak dibandingkan normal.

Para ahli dari berbagai belahan dunia juga mendapati ada delapan gejala awal Covid-19 lain akibat varian omicron yang sebaiknya tak diabaikan. Gejala-gejala ini cenderung terjadi dengan cepat dan muncul di masa-masa awal penyakit, yaitu sekitar dua hari setelah terpapar Covid-19.

Kedelapan gejala ini biasanya hanya berlangsung sekitar lima hari. Namun, pada sebagian kasus, gejala ini bisa berlangsung lebih cepat atau lebih lama.

 
Berita Terpopuler