WHO Beri Peringatan 'Tsunami Omicron'

WHO khawatir dengan gelombang Omicron yang mulai memuncak.

Antara/Galih Pradipta
WHO khawatir dengan gelombang Omicron yang mulai memuncak (Foto: ilustrasi)
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga

Oleh: Santi Sopia

Banyak prediksi para ahli terkait varian baru Omicron. Meski Omicron saat ini dinyatakan tidak berdampak pada sakit parah Covid-19, akan tetapi tetap harus diwaspadai.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan tentang varian Covid-19 Omicron dan delta yang berpotensi menciptakan "tsunami kasus”. WHO khawatir dengan gelombang omicron yang telah memuncak.

"Saya sangat prihatin bahwa omicron yang lebih menular dan beredar pada saat yang sama dengan delta, menyebabkan tsunami kasus," katanya pada konferensi pers daring, dilansir dari Fox News, Selasa (4/1).

Tedros mencatat bahwa skenario ke depan dapat menciptakan kondisi tenaga kesehatan yang kelelahan dan sistem kesehatan di ambang kehancuran. WHO mencatat jumlah kasus Covid-19 meningkat 11 persen di seluruh dunia pada pekan lalu. Kemudian, kasus baru di Eropa menyumbang lebih dari setengah dari total kasus, sementara di Amerika naik 39 persen.

Di Afrika, ada peningkatan tujuh persen. Dalam laporan epidemiologi mingguan WHO, memperingatkan "risiko keseluruhan" yang terkait dengan omicron tetap sangat tinggi.

Para ilmuwan masih bekerja untuk mempelajari tentang penularan varian, tingkat keparahan dan kemampuan untuk menurunkan kekebalan yang dibentuk dari vaksin dan respon imun. Pejabat tinggi telah memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk meyalini data awal yang menunjukkan bahwa omicron menyebabkan penyakit lebih ringan.

WHO menyatakan omicron sebagai "varian yang menjadi perhatian" pada bulan November. Varian B.1.1.529 pertama kali dilaporkan dari Afrika Selatan pada 24 November.

Kasus infeksi dimulai terhadap sebagian besar kalangan anak muda Afrika Selatan. Negara tersebut pun segera menjadi pusat gelombang omicron.

Pada 29 November, AS melarang perjalanan dari Afrika Selatan dan tujuh negara Afrika selatan lainnya. Kemudian, Presiden AS, Joe Biden kemudian mengeluarkan aturan yang mencabut larangan tersebut. Sekarang, ketika AS membuat rekor infeksi, sebuah penelitian di Afrika Selatan mengatakan bahwa negara itu mungkin telah melewati puncak lonjakan kasus Covid-19 yang dipicu omicron.

Penulis penelitian, yang diterbitkan dalam International Journal of Infectious Diseases, melaporkan bahwa telah terjadi "penurunan tingkat keparahan penyakit" dalam gelombang keempat omicron di kota Tshwane. Jumlah kasus dan kematian menurun dengan perawatan di ICU serta masa rawat inap juga lebih pendek.

"Gelombang meningkat pada tingkat yang lebih cepat daripada gelombang sebelumnya,," tulis para peneliti. 

Peneliti menambahkan bahwa ada tanda-tanda yang jelas jika kasus di Afrika Selatan dapat menurun lebih lanjut selama beberapa pekan ke depan. Studi ini memeriksa tingkat perkembangan kasus, membandingkan catatan rumah sakit dari sistem rumah sakit Tshwane dengan lonjakan sebelumnya. 

Baca juga : Waduh...Pemilik Warung Bakso Ini Akui Gunakan Kandungan Babi

 

Peneliti menyatakan wabah omicron telah menyebar dan menurun di Kota Tshwane dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lalu kasus memuncak dalam empat pekan sejak penyebarannta. 

Penerimaan rumah sakit meningkat pesat dan mulai menurun dalam jangka waktu 33 hari. Puncak gelombang terjadi selama 5 Desember, dengan okupansi tertinggi sekitar setengah tempat rawat inap dibandingkan puncak gelombang delta pada bulan Juli.

“Perubahan presentasi klinis infeksi SARS-CoV-2 kemungkinan disebabkan oleh tingginya tingkat infeksi sebelumnya dan cakupan vaksinasi,” kata para penulis.

Studi juga mencatat bahwa 66,7 persen penduduk Tshwane memiliki beberapa bentuk kekebalan. Kecepatan gelombang keempat atau omicron naik, memuncak dan kemudian menurun sangat mengejutkan. Puncaknya dalam empat pekan dan penurunan tajam dalam dua pekan kemudian. Gelombang omicron ini berakhir di Kota Tshwane. 

“Itu adalah banjir bandang lebih dari satu gelombang," kata penulis Fareed Abdullah, direktur penelitian AIDS dan TBC Dewan Penelitian Medis Afrika Selatan. 

Afrika Selatan mencabut aturan jam malam dari rapat kabinet khusus. Pejabat mengatakan bahwa semua indikator menunjukkan negara itu mungkin telah melewati puncak gelombang keempat di tingkat nasional. 

 
Berita Terpopuler