Menengok Penggalian Rel Tertua di Indonesia

Agustus 2021 lalu rel serupa juga ditemukan dekat Museum Mandiri, Jakarta Utara.

ANTARA/Aditya Pradana Putra
Sejumlah alat berat pembangunan MRT Jakarta fase 2A paket kontrak atau CP 203 Glodok-Kota terparkir di lokasi ditemukannya rel trem di Glodok, Jakarta, Sabtu (25/12/2021). PT MRT Jakarta bersama arkeolog saat ini masih menginvestigasi rel trem yang ditemukan di bawah beton saat kegiatan tes tanah tersebut.
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Pukul 22.30 WIB, para pekerja konstruksi proyek pembangunan PT MRT Jakarta fase 2A di Glodok-Kota, Jakarta Pusat, terhenti dan rehat sejenak di pelataran toko. Di depan mereka, seng khas penutup proyek terbentang, menghalangi pandangan siapapun dari temuan rel trem tertua di Indonesia yang baru saja di gali. 

Memasuki wilayah proyek, mulai terlihat pagar pembatas yang melindungi temuan rel trem tersebut. Meski ditutupi, Republika berkesempatan melihat secara langsung awal temuan rel yang baru tergali sekitar 10-15 meter tersebut dengan kedalaman sekitar 15-100 cm dari permukaan.

Temuan rel tersebut memang bukan yang pertama terjadi di Jakarta, mengingat Agustus 2021 lalu rel serupa juga ditemukan dekat Museum Mandiri, Jakarta Utara. Kendati demikian, baik temuan pertama atau yang terbaru ini masih banyak masyarakat belum mengetahui lokasi ataupun menaruh perhatian pada temuan tersebut.

“Emang iya? Ada di sini? Baru tau saya juga,” kata Aldo (25 tahun) warga yang bermukim di sekitar Glodok, Jakarta Pusat, saat ditemui Republika dekat lokasi, kemarin. 

Menurut Aldo, jika nyatanya rel trem yang baru ditemukan itu tertua di Indonesia, merupakan berita yang sangat baik. Tetapi, di sisi lain, dia juga menyayangkan alasan penimbunan rel tersebut, alih-alih dari memuseumkannya sejak dahulu.

“Kalau yang ini bisa dioperasionalkan lagi, wah itu keren sih. Biarpun nggak mungkin juga karena udah tua,” katanya sambil tertawa.

Berdasarkan pantauan Republika di lokasi, jalanan di sekitar proyek itu memang merupakan jalur yang biasa ramai dan macet. Kendati demikian, proyek penggalian yang terus berjalan setiap harinya itu membuat lalu lalang teralihkan dan menutup proyek penggalian rapat-rapat.

Sementara itu, Demi (28) pengendara yang melintas dekat proyek itu, juga mengungkapkan hal serupa. Menurut dia, temuan itu menjadi nilai cagar tersendiri bagi Indonesia, khususnya Jakarta. 

Dia mengatakan, dengan adanya rel berusia ratusan tahun itu diharapkan bisa dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta semaksimal mungkin. Terlebih, kata dia, ketika hal itu menjadi bukti jika Indonesia telah mengalami kemajuan sejak dahulu.

“Siapa tau mungkin bisa dimanfaatkan buat ekonomi juga kan?” jelas dia.

 

Petugas berjaga di lokasi ditemukannya rel trem di lokasi pembangunan MRT Jakarta fase 2A paket kontrak atau CP 203 Glodok-Kota, Jakarta, Sabtu (25/12/2021). PT MRT Jakarta bersama arkeolog saat ini masih menginvestigasi rel trem yang ditemukan di bawah beton saat kegiatan tes tanah tersebut. - (ANTARA/Aditya Pradana Putra)

 

 

Sisa zaman penjajahan Belanda

Menanggapi temuan rel trem tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan, temuan jalur trem di lokasi pembangunan MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota, Jakarta Pusat, memang berdasarkan pada sisa-sisa zaman penjajahan Belanda dulu. Rencananya, kata dia, diduga jalur kereta tertua di Indonesia itu, bisa saja dipindahkan.

“Karena di situ kan lagi proses penggalian untuk MRT,” kata Riza saat ditemui di Balai Kota DKI, kemarin malam.

Ditanya apakah jalur itu akan dihidupkan kembali, Riza menampiknya. Menurut dia, selama periode Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, ataupun periode Anies-Riza, tidak ada rencana membuat jalur trem. Alih-alih menghidupkan kembali jalur itu, pihak dia akan tetap berfokus pada rencana pembangunan awal.

“Adanya kan MRT, LRT, Busway, angkot ya kan, Gojek, ya. Jadi nggak ada (menghidupkan kembali jalur trem)” jelas Riza.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Hendri, mengatakan, langkah dari MRT untuk merelokasi dan menyelamatkan jalur trem yang terkubur itu merupakan upaya untuk mengembalikan peradaban masa lampau. Utamanya, saat MRT, kata dia, juga terus berupaya membangun transportasi di masa kini. 

“Kami mewakili Pemprov DKI mengucapkan terima kasih kepada MRT,” kata Iwan, dalam diskusi daring, Senin (27/12) sore.

Dia menambahkan, temuan trem tersebut akan menjadi bukti kekayaan sejarah DKI di masa lampau. Menurut dia, upaya MRT untuk menyelamatkan jalur trem dengan banyak pihak itu juga merupakan bentuk implementasi UU No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya.

“Di mana setiap badan usaha atau orang yang menemukan cagar budaya, wajib melaporkan pada instansi berwenang, tapi yang dilakukan MRT saat ini, melakukan pergerakan juga di lokasi berwenang dengan dinas kebudayaan,” tuturnya. 

Koordinasi secara berkala

Dengan adanya itikad baik dari PT MRT, kata dia, pihaknya akan terus melakukan koordinasi secara berkala. Khususnya, menyoal temuan atau ekskavasi dari temuan diduga jalur kereta tertua di Indonesia itu. “Sekarang kita belajar, besok jadi pariwisata atau lainnya,” ucap Iwan.

Sementara itu, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim, menegaskan, temuan jalur Trem yang ditemukan pihak dia sudah ada sejak Agustus 2021 silam di Jakarta Utara. Terbaru, dikatakan dia, temuan itu kembali ada saat PT MRT Jakarta mengetes tanah untuk pembangunan MRT fase 2, rute Bundaran HI-Kota di jalan kawasan Glodok, Jakarta Pusat. 

“Terakhir, juga ditemukan di kedalaman antara 15-110 cm dan ditemukan di Desember ini,” kata dia.

Dia menambahkan, pihaknya sejauh ini masih melakukan pembahasan mengenai jalur yang terkubur itu. Utamanya dengan banyak pihak terkait, termasuk Pemprov DKI Jakarta.

Sementara itu, Arkeolog dari Universitas Indonesia, Yunus, memandang jika temuan jalur trem yang diduga ada sejak 1869 itu merupakan yang tertua di Indonesia. Karenanya, rel yang ditimbun alih-alih dari dihapus, menjadi temuan menarik. 

“Beberapa pekan lalu, saya ke lapangan dan menemukan rel ini. Semua kondisi baik, jadi sangat mungkin di dismantle dan dipindahkan,” jelas Yunus.

Walaupun ke depannya ada pemugaran antara MRT dengan Pemprov DKI, kata dia, pihaknya juga bisa saja mendukung untuk opsi tersebut. Terlebih, ketika cagar itu justru akan diselamatkan dari kerusakan.

 

“Saya juga sarankan dipindah sementara dan akan dikonservasi, kita putuskan lagi nanti. Tim arkeologi masih akan membantu juga,” ucapnya.

 
Berita Terpopuler