Bahaya Berlebihan dalam Beragama dan Peringatan Alquran

Alquran ingatkan bahaya berlebihan dalam beragama seperti Yahudi Nasrani

Reuters/Ronen Zvulun
Alquran menjelaskan bahaya berlebihan dalam beragama seperti Yahudi Nasrani. Ilustrasi Yahudi
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menegakkan tauhid tak pernah berjalan mulus. Dalam perjalanan sejarah misalnya dapat dilihat adanya distorsi yang membuat melesetnya pemahaman umat mengenai Tuhan hingga berlebih-lebihannya mereka dalam beragama.

Baca Juga

Allah ﷻberfirman dalam Alquran surat Al Maidah ayat 77: 

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

“Qul ya ayyuhal-kitaab laa taghluu fi dinikum ghairal-haqqi wa laa tattabi’uu ahwaa-a qaumin qad dhalluu min qablu wa adhallu katsiran wa dhallu an sawaa-I as-sabil.” 

Yang artinya, “Wahai Ahlul Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam agama kamu dengan cara yang tidak benar. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dan mereka telah menyesatkan banyak (orang) dan mereka sesat dari jalan yang lurus.” 

Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, setelah jelas kesesatan dan kekeliruan orang Yahudi serta Nasrani, maka kedua kelompok Ahlul Kitab itu diingatkan agar tidak melampaui batas dalam beragama. 

Termasuk melampaui batas dalam keyakinan tentang Isa AS dengan memertuhankannya sebagaimana orang-orang Nasrani, atau orang Yahudi yang menuduhnya sebagai anak haram.

Prof Quraish menjelaskan bahwa kata taghlu (kamu berlebih-lebihan) digunakan juga dalam arti meneliti hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh, serta menganalisis yang tersembunyi dari satu teks. Karena itu, ayat tersebut menambahkan kata ‘ghairu haq’ yang bermakna tercela, dalam arti yang tidak dibenarkan.

Baca juga: Mualaf Sulthon, Murtad dan Kembali Bersyahadat: Saya Rindu Islam

Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa boleh jadi ada sesuatu yang berlebihan tetapi tidak tercela, seperti memuji satu amal kebaikan. Demikianlah pendapat Ibnu Asyur sebagaimana dikutip Prof Quraish Shihab.

Disebutkan juga dalam ayat itu mengenai dua kesesatan. Kesesatan pertama menyangkut kandungan tuntunan Nabi Musa dan Isa. Kesesatan kedua berkaitan dengan tuntunan Nabi Muhammad ﷺ dan Alquran.  

Sedangkan Thabathabai berpendapat lain. Menurut beliau, ayat ini mengajak orang-orang Yahudi dan Nasrani sejak terjadinya kekeliruan akidah mereka hingga masa kini tentang manusia dan Tuhan agar tidak melampaui batas dalam beragama. 

Yakni dalam memandang Isa AS sebagai anak Tuhan, sebagaimana keyakinan umat Nasrani dan tidak juga memandang Uzair demikian sebagaimana keyakinan orang Yahudi.

Mereka dilarang mengikuti hawa nafsu kaum sebelum mereka, yakni para penyembah berhala yang meyakini adanya anak-anak Tuhan sebagaimana dijelaskan dalam sejarah agama-agama. Seperti Mesir Kuno, Yunani, India, dan China. 

Memang, kata Prof Quraish, sangat logis jika ajaran mereka itu telah menyusup dan meresap ke dalam keyakinan umat Yahudi dan Nasrani sehingga mereka pun mempercayai Isa dan Uzair sebagai anak-anak Tuhan.

Hal ini juga telah diisyaratkan oleh Alquran dengan firman Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 30: 

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Wa qalatil-yahudu uzairunibnullahi wa qaalatinnasara al-masihu ibnullahi dzalika qauluhum bi-afwaahihim yudhaa-ihuna qaulalladzina kafaruu min qablu qatalahumullahu anna yu-fakun.” 

Yang artinya, “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair itu putra Allah’ dan orang-orang Nasrani berkata, ‘Al-Masih itu putra Allah’. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” 

Prof Quraish juga menyebutkan bahwa Nabi Muhammad  ﷺ juga memperingatkan umatnya agar tidak melampaui batas dalam beragama. “Janganlah melampaui batas dalam beragama, karena umat sebelum kamu binasa disebabkan olehnya,” (HR Ahmad).

Baca juga: Mualaf Koh Asen, Tergugah Buku Seputar Alam Gaib  

Dalam Shahih Bukhari, sebagaimana dikutip Prof Quraish, disebutkan sebuah hadits riwayat Ibnu Umar, Nabi bersabda: 

لا تُطْروني كما أَطْرت النصارى ابنَ مريم؛ إنما أنا عبده، فقولوا: عبد الله ورسوله

 

“Janganlah kamu memujiku sebagaimana orang Nasrani memuji putra Maryam. Aku tidak lain kecuali hamba, maka katakanlah hamba Allah dan Rasul-Nya.”     

 
Berita Terpopuler