Kementan Jelaskan Penyebab Kenaikan Harga Cabai 

Cuaca yang buruk berdampak buruk pada produksi cabai dan risiko hama.

ANTARA FOTO
Pedagang memilah cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (22/12). Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan, kenaikan harga cabai saat ini tak bisa dihindari lantaran faktor cuaca yg menurunkan produksi dan serta hambatan logistik.
Rep: Dedy Darmawan Nasution/M Fauzi Ridwan/Lilis Sri Handayani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan, kenaikan harga cabai saat ini tak bisa dihindari lantaran faktor cuaca yg menurunkan produksi dan serta hambatan logistik. Meski demikian, ia memastikan produksi cabai tetap akan surplus pada akhir tahun ini.

Baca Juga

"Memang cuaca sedang kurang baik di lain sisi juga terjadi banjir sehingga menganggu transportasi," kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktur Jenderal Hortikultura, Kementan, Tomny Nugraha saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (23/12). 

Tommy menjelaskan, cuaca yang buruk berdampak buruk pada produksi cabai dan risiko hama penyakit. Itu sebabnya volume cabai yang dihasilkan tidak optimal. 

Di saat yang bersamaan, mobilitas masyarakat yang mulai tinggi di akhir tahun turut berdampak pada konsumsi, termasuk terhadap komoditas cabai. "Jadi kita bisa maklumi bahwa pasokan berkurang sementara permintaan tinggi," ujarnya. 

Namun, Tommy menyampaikan, produksi cabai pada Desember ini akan surplus. Ia menyebut, berdasarkan data Early Warning System (EWS) Kementan, produksi cabai rawit merah pada bulan ini diproyeksi mencapai 8.800 ton. 

Sementara, permintaan masyarakat sekitar 7.200 ton. Adapun ada Januari mendatang produksi diperkirakan akan sama sementara konsumsi akan naik menjadi 7.300 ton. 

Cabai rawit merah merupakan jenis cabai yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Saat ini, rata-rata harga nasional tembus mencapai lebih dari Rp 90 ribu per kilogram. 

"Jadi tidak ada defisit, masalahnya memang saat ini disaat ada hambatan cuaca yang berpengaruh ke produksi, tingkat permintaan ada kenaikan," ujar dia. 

Harga cabai rawit di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jawa Barat, naik dari Rp 40 ribu per kilogram menjadi Rp 100 ribu per kilogram. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disdagin) Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan komoditas yang mengalami kenaikan signifikan yaitu cabai rawit dan telur. Penyebab kenaikan harga ditengarai kondisi cuaca dan menjelang natal dan tahun baru.

"Pertama yang signifikan itu cabai rawit itu tembus Rp 100 ribu per kilogram kalau cabai tanjung Rp 60 ribu. Signifikan cabai karena faktor cuaca dan cabai dapat dari Jawa Timur Blitar dan Priangan Timur, Kabupaten Bandung dan Bandung Barat tetangga sekitar Ciamis," katanya.

Ia mengatakan harga normal cabai rawit sekitar Rp 30-40 ribu per kilogram. Kenaikan harga cabai rawit dan telur terjadi sejak satu pekan terakhir. Sedangkan harga telur Rp 31 ribu dari harga eceran tertinggi sebesar Rp 24 ribu per kilogram.

"Telur (harga) tiap pedagang berbeda tapi ada yang menyentuh Rp 31 ribu dalam peraturan menteri perdagangan HET telur Rp 24 ribu ini Rp 31 ribu, kemarin dipantau Rp 28 ribu ada kenaikan signifikan karena memang pasokan aman tapi permintaan meningkat saat natal," katanya.

 

 

Selain itu kenaikan terjadi untuk komoditas daging ayam dari Rp 34 ribu menjadi Rp 36 per kilogram namun begitu harga daging ayam relatif masih wajar. Pihaknya berharap harga tidak mengalami kenaikan hingga akhir tahun.

"Kami berharap sebenarnya pasokan aman, peningkatan karena permintaan. Kami mengharapkan sampai akhir tahun tidak ada peningkatan cukup di harga tertinggi sekarang," katanya. Ia mengatakan apabila harga terus mengalami kenaikan maka bisa dilakukan intervensi operasi pasar.

Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat apabila harga terus mengalami kenaikan signifikan. Selain itu dilakukan intervensi yang dapat dilakukan.

"Ada beberapa komoditas yang naik seperti cabai, bawang, telur, minyak goreng, daging ayam dan yang lain stabil," katanya. Ia akan melakukan rapat untuk menentukan langkah antisipasi kenaikan harga.

 

"Kita lihat apakah (tindakan) operasi pasar apakah minta bantu ke pemerintah pusat," ungkapnya.

Harga tinggi juga terjadi di Kabupaten Indramayu. Harga cabai rawit sudah mencapai Rp 100 ribu per kilogram. 

Salah seorang pedagang sayuran di Pasar Baru Indramayu, Opik, mengatakan, kenaikan harga cabai rawit merah itu terjadi secara bertahap sejak setengah bulan terakhir. Dalam kondisi normal, harga cabai rawit merah hanya di kisaran Rp 30 ribu – Rp 35 ribu per kg.

"Harga naik terus sampai sekarang sudah Rp 100 ribu per kg," ujar Opik saat ditemui Republika di Pasar Baru Indramayu, Rabu (22/12).

Selain cabai rawit merah, lanjut Opik, kenaikan harga juga terjadi pada cabai rawit hijau yang kini mencapai Rp 50 ribu per kg. Harga itu naik 100 persen dari kondisi normalnya sebesar Rp 20 ribu-Rp 25 ribu per kg.

Hal serupa juga terjadi pada cabai merah, yang naik harganya dari Rp 15 ribu-Rp 20 ribu per kg menjadi Rp 40 ribu per kg. Begitu pula cabai hijau, naik dari Rp 15 ribu per kg menjadi Rp 25 ribu per kg.

 
Berita Terpopuler