Selandia Ungkap Penyebab Kematian Pria Setelah Divaksin Pfizer

Selandia Baru ungkap penyebab kematian pria yang meninggal dua pekan usai divaksin

EPA-EFE/JUSTIN LANE
seseorang berjalan melewati kantor pusat Pfizer di New York, New York, AS, 9 November 2021. Selandia Baru ungkap penyebab kematian pria yang meninggal dua pekan usai divaksin. Ilustrasi.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Pihak berwenang Selandia Baru pada Senin (20/12) mengungkap kematian seorang pria berusia 26 tahun setelah menerima vaksin Covid-19 dari Pfizer. Pria tersebut menderita miokarditis atau peradangan otot jantung yang langka setelah mengambil dosis vaksin pertamanya.

Kasus tersebut adalah kematian kedua yang terkait dengan efek samping vaksinasi Covid-19. Otoritas kesehatan melaporkan kasus kematian pertama terhadap seorang wanita yang meninggal dunia setelah mendapatkan vaksinasi dosis pertama.

“Dengan informasi yang tersedia saat ini, dewan telah mempertimbangkan bahwa miokarditis mungkin disebabkan oleh vaksinasi pada individu ini,” kata Dewan Pemantau Keamanan Independen Vaksin Covid-19 Selandia Baru.

Pria itu meninggal dalam waktu dua pekan setelah mendapatkan vaksinasi dosis pertama. Ketika muncul gejala, pria itu tidak segera pergi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung yang dapat membatasi kemampuan organ untuk memompa darah. Miokarditis dapat menyebabkan perubahan ritme detak jantung.

Dewan keamanan vaksin mengatakan, dua orang lainnya termasuk seorang anak berusia 13 tahun telah meninggal dengan kemungkinan miokarditis usai melakukan vaksinasi. Dewan keamanan vaksin menambahkan, butuh rincian lebih lanjut sebelum secara resmi menghubungkan kematian anak remaja tersebut dengan vaksin Covid-19.

Dewan keamanan vaksin menyebut kematian seorang pria lainnya yang berusia 60-an tidak mungkin terkait dengan vaksin. Efek samping akibat vaksin sangat jarang. Dewan keamanan vaksin mengatakan manfaat vaksinasi jauh lebih besar daripada risikonya.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler