Taliban Salahkan AS Atas Krisis di Afghanistan

AS bertanggung jawab atas krisis yang ada di Afghanistan.

AP/Petros Giannakouris
Bayi tidur di sebelah ibu mereka saat mereka menjalani perawatan di bangsal gizi buruk Rumah Sakit Anak Nasional Ataturk di Kabul, Afghanistan, Kamis, 2 Desember 2021. Menurut angka PBB dari awal November, hampir 24 juta orang di Afghanistan, sekitar 60 % persen dari populasi, menderita kelaparan akut, termasuk 8,7 juta yang tinggal di dekat kelaparan.
Rep: Kiki Sakinah Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Wakil Menteri Luar Negeri Afghanistan, Sher Mohammad Abbas Stanikzai, mengatakan Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas krisis yang ada di Afghanistan. Ia menegaskan bahwa AS harus memainkan peran aktif dalam ekonomi Afghanistan karena ekonomi Afghanistan telah rusak selama 20 tahun terakhir.

Baca Juga

Hal itu diungkapkan Stanikzai di acara yang diadakan dalam rangka menandai Hari Migran Internasional di Kabul, yang dihadiri para pejabat tinggi termasuk Menteri Pengungsi dan Repatriasi, Khalil Rahman Haqqani.

"Adalah tugas dunia, terutama AS, untuk berperan aktif dalam pembangunan Afghanistan, karena telah merusak ekonomi kami dalam 20 tahun terakhir, sekarang adalah tanggung jawab mereka untuk datang dan membangun kembali ekonomi Afghanistan," kata Stanikzai, dilansir di Tolonews, Ahad (19/12).

Menurut Stanikzai, AS berjanji selama pembicaraan Doha bahwa mereka akan mengakui sistem Islam berikutnya di negara itu dan tetap membuka kedutaan (AS) di Kabul.

"Dalam perjanjian Doha, AS berjanji bahwa setelah penarikan pasukannya, mereka akan mengakui sistem berikutnya dan membuka kedutaannya," ujarnya.

 

 

Sementara, penjabat Menteri Pengungsi dan Repatriasi Haqqani meminta negara-negara kawasan untuk memperlakukan para pengungsi Afghanistan dengan kemanusiaan, dan sesuai dengan nilai-nilai Islam dan norma-norma internasional.

Wakil Menteri Penerangan dan Kebudayaan, Zabiullah Mujahid, juga menyampaikan terima kasih kepada negara-negara kawasan karena telah menampung para migran Afghanistan.

"Kami meminta dunia untuk bersabar, sehingga kami dapat memfasilitasi pekerjaan dan menciptakan ekonomi yang baik dan warga Afghanistan dapat kembali ke rumah mereka," katanya.

 

Taliban mulai mengambil alih kekuasaan di Afghanistan sejak Agustus 2021 lalu. Kelompok itu kemudian mendirikan Imarah Islam. Ketika Imarah Islam di bawah kepemimpinan Taliban ini berkuasa, ribuan warga negara Afghanistan meninggalkan negara itu karena masalah ekonomi dan keamanan. 

 
Berita Terpopuler