Pesantren Miliki Potensi Ciptakan Kontren Kreatif

Pesantren memiliki potensi yang besar dalam berkontribusi ciptakan konten kreatif.

Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Santri Mandiri
Rep: Bowo S Pribadi Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, SEMARANG -- Pesantren memiliki potensi yang besar dalam berkontribusi menyuarakan pesan- pesan kebaikan melalui berbagai konten kreatif. Terlebih saat ini sudah banyak pesantren yang  adaptif dengan teknlogi dan digitalisasi.

Baca Juga

Sehingga, pesantren bisa mengisi ruang- ruang dakwah, ruang kemaslahatan bahkan juga ruang pengetahuan, melalui berbagai keratifitas untuk ikut menyebarkan pesan- pesan kebaikan tersebut.

Dosen Strategi Media Online Universitas Semarang (USM), Edi Nurwahyu Julianto mengungkapkan, sangat bisa sekali pesantren berkontribusi menyebarkan pesan kebaikan melalui konten kreatif.

Sebab berbicara konten sebenarnya sudah tidak lagi atau harus terkotak- kotak pada segmen,  kelompok atau komunitas masyarakat tertentu.

“Namun tergantung pada pesan utama apa sih yang akan disampaikan kepada masyarakat dan dikresikan dengan konten yang menarik,” ungkapnya, saat menjadi pemateri pada Workshop Penyebaran Pesan Baik dari Dalam Pesantren, yang digelar Akatara JSA dan Unicef, di Hotel Noormans Semarang, Sabtu (18/12).

 

 

Sebagai contoh, jelasnya, untuk saat ini adalah pesan- pesan kebaikan dari dalam terkait dengan ramainya pemberitaan mengenai lembaga pendidikan seperti pesantren yang sedang diterpa isu  kurang nyaman.

“Melalui konten- konten kreatif, para santri di pondok pesantren justru dapat menyampaikan bahwa ternyata di pesantren masih banyak kok hal- hal positif dan baik dan bisa dikreasi dalam konten- koten positif,” tambahnya.

Mungkin, lanjut Edi, kalau sudah membicarakan tentang konten yang berhubungan dengan pesantren maupun tentang nilai Islami –selama ini—masih dianggap membosankan, terlalu kaku atau terikat oleh kaidah- kaidah tertentu.

Padahal, sebenarnya juga bisa membuat konten- konten yang sesuai dengan kaidah, tetapi dikomunikasikan dengan gaya- gaya kekinian, sehingga menjadi lebih menarik dan mudah diterima oleh masyarakat. 

Yang penting adalah disesuaikan dengan targetnya siapa, kemudian platformnya media yang dipakai sebelum akhirnya memikirkan kreatifitas.

 

 

“Bahwa kreatifitas harus ada standar kaidah- kaidah tertentu yang harus dipenuhi, karena itu juga tidak bisa dilarang iya. Tetapi sebenarnya juga tetap fleksibel jika dikemas dalam konten yang kreatif,” tegasnya.  

Memang, lanjutnya, tantangannya ada di lembaga pesantren sendiri, apakah mau mengikuti perkembangan jaman atau tidak, karena kultur pesantren memang spesifik.

Tetapi kalau lembaganya (pesantren) mau, sebenarnya bisa saja konten itu dibuat sedemikian rupa sehingga masyarakat umum akan bisa melihat, ternyata di dalam lingkungan pesantren itu menyenangkan juga.

 

 

 

Sehngga tidak seperti yang baru- baru ini ramai di pemberitaan. “Bahkan, tidak menutup kemungkinan dari lingkungan pesatren pun akan muncul konten- konten kreatif yang lebih variatif,” tandasnya.

 
Berita Terpopuler