Gabungan AstraZeneca dan Moderna Hasilkan Antibodi Kuat

Studi Oxford buktikan gabungan AstraZeneca dan Moderna hasilkan antibodi tinggi.

AP/Virginia Mayo
Studi Oxford buktikan gabungan AstraZeneca dan Moderna hasilkan antibodi tinggi.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, 

Baca Juga

Oleh Gumanti Awaliyah

Menggabungkan dua jenis vaksin berbeda, yakni dosis pertama AstraZeneca dengan dosis kedua Moderna atau Novavax bisa menghasilkan tingkat antibodi dan sel-T yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dua dosis vaksin AstraZeneca. Ini mengacu pada studi Com-Cov yang dipimpin University of Oxford.

Temuan ini memiliki implikasi penting bagi negara-negara berpenghasilan rendah yang program vaksinasinya belum sukses. Sebab kini, respons sel T terkuat dihasilkan oleh dosis vaksin AstraZeneca diikuti dengan dosis vaksin Novavax, yang keduanya bisa disimpan di lemari es standar.

Studi ini difokuskan untuk menjawab apakah penggabungan vaksin Covid-19 selama jadwal imunisasi primer dapat merusak respons imun keseluruhan atau malah sebaliknya. Studi ini juga meningkatkan keyakinan bahwa menggunakan vaksin Moderna sebagai dosis booster pada individu yang sebelumnya telah menerima suntikan AstraZeneca akan menghasilkan antibodi penetral dan sel-T tingkat tinggi.

“Apa yang kami lihat adalah bahwa ada sejumlah besar fleksibilitas untuk vaksin Covid-19. Jika Anda telah menerima dosis pertama dari vaksin tertentu, Anda bisa menerima vaksin lain untuk dosis kedua,” kata pemimpin studi, Prof Matthew Snape, seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (8/12).

Studi melibatkan 1.070 peserta di Inggris yang menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca atau Pfizer, diikuti sembilan minggu kemudian dengan dosis kedua vaksin yang sama, atau suntikan Moderna atau Novavax. Tingkat antibodi penetral 17 kali lebih tinggi di antara mereka yang menerima vaksin AstraZeneca diikuti oleh vaksin Moderna, dan empat kali lebih tinggi di antara mereka yang menerima AstraZenaca diikuti oleh Novavax, dibandingkan dengan mereka yang menerima dua dosis vaksin AstraZeneca.

Bagi mereka yang memulai dengan suntikan Pfizer, menerima suntikan vaksin Moderna dosis kedua menghasilkan antibodi penetral 1,3 kali lebih banyak dibandingkan dengan dua dosis Pfizer. Studi yang dipublikasikan di Lancet, juga mengungkapkan perbedaan respons sel T setelah kombinasi berbagai jenis vaksin.

Dua dosis vaksin AstraZeneca atau Pfizer menghasilkan jumlah sel T yang serupa, menggabungkan vaksin AstraZeneca dengan dosis kedua Moderna menghasilkan sel T 3,5 kali lebih banyak. Dosis kedua Novavax menghasilkan 4,8 kali lebih banyak sel T. Untuk suntikan pertama Pfizer, dosis kedua Moderna menghasilkan sel T 1,5 kali lebih banyak, sedangkan suntikan kedua Novavax menghasilkan lebih sedikit sel T.

“Ini memberi tahu kita bahwa RNA dan viral vector virus melakukan sesuatu yang sangat berbeda dalam hal priming untuk respons sel-T,” kata Snape.

Studi ini juga meneliti dampak dari kombinasi vaksin yang berbeda ini terhadap varian delta dan beta. Dalam semua kasus, ada penurunan tingkat antibodi penetral, tetapi hanya ada sedikit penurunan dalam respons sel-T.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini sedang mempertimbangkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Novavax. Otorisasi WHO akan memungkinkan vaksin dikirim melalui inisiatif Covax.

Dr Richard Hatchett, kepala eksekutif Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi, mengatakan bahwa studi ini sangat menggembirakan. 

“Mengetahui bahwa dosis kedua dari vaksin Covid-19 yang berbeda dapat menghasilkan respons imun yang kuat adalah menguntungkan dalam membantu peluncuran vaksin Covid-19 melalui Covax, terutama pada populasi yang masih sangat menunggu imunisasi utama mereka atau pada mereka yang divaksinasi sebagian,” kata Hatchett.

Untuk diketahui, vaksin yang berbasis mRNA, seperti vaksin Pfizer dan Moderna, mengirimkan kode genetik yang dikenal sebagai messenger RNA ke sel manusia, menginstruksikan mereka untuk membuat protein lonjakan virus korona sendiri. 

Adapun Viral vector virus seperti vaksin AstraZeneca melakukan hal yang sama, tetapi menggunakan virus yang tidak berbahaya untuk mengirimkan instruksi ini. Sedangkan vaksin berbasis protein, seperti Novavax, mengirimkan fragmen protein lonjakan yang sudah jadi bersama dengan bahan pembantu yang merangsang kekebalan.

 
Berita Terpopuler