Mesir Izinkan Sholat Jenazah di Masjid Besar

Sholat jenazah di dalam masjid diizinkan untuk pertama kali sejak pandemi.

AP / Nariman El-Mofty
Mesir Izinkan Sholat Jenazah di Masjid Besar. Seorang turis Amerika melihat Masjid Agung Muhammad Ali Pasha di komplek Benteng, Kairo, Mesir, Rabu (18/3). Seperti banyak tempat lain di dunia, pandemi coronavirus sedunia bisa berakhir rentan di Mesir
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir telah memutuskan mengizinkan pelaksanaan sholat jenazah di dalam masjid-masjid besar yang telah disetujui. Hal itu diumumkan pemerintah Mesir dalam rapat Komite Tertinggi Penanganan Krisis virus corona yang dipimpin Perdana Menteri Mostafa Mabdouly, Senin (6/12).

Baca Juga

Dilansir di Ahram Online, Selasa (7/12), keputusan itu ditetapkan berdasarkan tindakan pencegahan antivirus corona. Pelaksanaan sholat jenazah di dalam masjid diizinkan untuk pertama kalinya sejak dimulainya pandemi awal tahun lalu.

Menurut pernyataan Kabinet, keputusan tersebut dikeluarkan sesuai dengan permintaan Kementerian Wakaf. Tahun lalu, Mesir menutup masjid-masjid selama beberapa bulan karena pandemi Covid-19.

Negara itu kemudian mengizinkan sholat jenazah yang dilaksanakan secara terbuka hanya di masjid yang memiliki halaman. Kini, pemerintah setempat mengizinkan sholat jenazah dilakukan di dalam masjid-masjid besar yang telah diberi izin menggelar sholat Jumat.

Mulai bulan ini, Mesir melarang orang yang tidak divaksinasi memasuki institusi pemerintah. Sedangkan mulai bulan lalu, pegawai negeri yang tidak divaksinasi tidak lagi diizinkan masuk ke tempat kerja mereka tanpa menunjukkan tes PCR negatif.

Penjabat Menteri Kesehatan Khaled Abdel-Ghaffar selama pertemuan pada Senin mengatakan Mesir tengah berupaya menerapkan semua rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menghadapi varian virus corona baru Omicron dan mencegah penyebarannya. Menurutnya, mendapatkan vaksin Covid-19 tetap diperlukan untuk menghadapi varian baru tersebut dan membatasi dampaknya.

 

Abdel-Ghaffar mengatakan WHO telah menegaskan kembali bahwa varian Omicron dapat dideteksi dengan tes PCR. Varian tersebut menyebar lebih banyak di antara mereka yang tidak divaksinasi.

Meskipun Mesir telah berulang kali menegaskan mereka belum mendeteksi kasus Omicron, Kanada dan Kazakhstan telah mengumumkan penangguhan penerbangan ke negara itu karena kekhawatiran akan Omicron. Qatar juga telah memberlakukan periode karantina hotel selama tujuh hari pada pelancong yang divaksinasi penuh dengan visa kedatangan yang telah disetujui sebelumnya dan tiba dari Mesir sejak 26 November 2021.

Di sisi lain, Swiss mencabut persyaratan karantina 10 hari untuk pelancong dari semua negara dalam daftar karantina, di antaranya Mesir, Malawi, Inggris, Republik Ceko, dan Belanda, mulai Sabtu mendatang. Abdel-Ghiffar menuturkan Mesir telah dipasok dengan sekitar 98,4 juta dosis vaksin virus corona yang berbeda, baik yang dibuat seluruhnya maupun dalam bentuk bahan mentah sejak awal pandemi. Menurutnya, sekitar 51 juta dosis siap digunakan dan sekitar 48 juta dosis tunggal telah diberikan.

Sementara itu, sekitar 513 ribu orang di bawah usia 18 tahun telah terdaftar untuk menerima vaksin. Sedangkan sekitar 261.500 orang telah divaksinasi.

Mesir telah mengizinkan pendaftaran bagi orang berusia 15 hingga 18 tahun sejak November untuk menerima vaksin Pfizer. Kemudian di bulan yang sama, Mesir juga menyetujui penurunan batas usia vaksinasi menjadi 12 tahun untuk vaksin dari AS tersebut.

Mesir juga telah memberi wewenang kepada kelompok prioritas, termasuk tenaga medis untuk mendaftar guna menerima suntikan penguat. Sejak awal kampanye vaksinasi awal tahun ini, Mesir telah mengimpor dosis vaksin Sinopharm, Sinovac, AstraZeneca, Sputnik V, Moderna, Pfizer, dan Johnson & Johnson. Mesir juga secara lokal memproduksi jutaan dosis vaksin Sinovac China.

 
Berita Terpopuler