Sholat di Ruang Publik Jadi Masalah Muslim India

Umat Muslim beribadah di ruang terbuka karena paksaan karena minim masjid

EPA-EFE/RAJAT GUPTA
Pemandangan umum masjid Jama Majid di India
Rep: Meiliza Laveda Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, GURGAON – Serangan Islamofobia kembali terjadi di kota Gurgaon, India. Selama lebih dari dua bulan, kelompok Hindu sayap kanan telah memprotes umat Islam yang melakukan sholat Jumat di ruang publik. Aksi tersebut menyebabkan kemarahan dan kecemasan di kalangan kelompok Muslim.

Jumat lalu, para demonstran memarkir hampir selusin truk di salah satu tempat ibadah di Sektor 37 Gurgaon. Gurgaon termasuk di negara bagian utara Haryana yang diperintah oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.

Saat sekelompok Muslim tiba untuk melakukan sholat Jumat, kerumunan pria Hindu mulai meneriakkan slogan-slogan keagamaan, termasuk Salam Tuhan Ram, mencela para jamaah, dan tidak mengizinkan Muslim untuk menggelar sholat Jumat.

Berdasarkan data Sensus tahun 2011, Gurgaon merupakan rumah bagi 1,1 juta orang dan kurang dari lima persen penduduknya beragama Islam. Karena kekurangan masjid, Muslim Gurgaon terpaksa melaksanakan sholat Jumat di taman dan lahan kosong selama bertahun-tahun dengan persetujuan pihak berwenang.

Namun, protes yang terus terjadi oleh kelompok Hindu mendorong pejabat untuk menarik perizinan sholat Jumat di sejumlah area. Dalam sebuah video yang menjadi viral Jumat lalu, seorang warga Hindu bernama Dinesh Bharti terlihat mengolok-olok seorang imam Muslim yang diidentifikasi sebagai Shehzad Khan.

Pria Hindu itu mengatakan “Tidak ada pelaksaan ibadah di sini.” Akibat tindakannya, ia ditangkap polisi karena hasutan dan gangguan perdamaian publik. Sejak pertengahan September, kelompok Hindu sayap kanan di bawah panji Sanyukt Hindu Sangharsh Samiti atau Komite Perjuangan Bersama Hindu telah mengganggu pelaksanaan sholat Jumat di seluruh Gurgaon. Mereka juga menyebarkan kotoran sapi kepada para jamaah.

Pendiri Dewan Muslim Gurgaon Altaf Ahmad mengatakan umat Muslim beribadah di ruang terbuka karena paksaan. “Di sini, hanya ada 13 masjid yang berfungsi di seluruh wilayah Gurgaon,” kata Ahmad.

Setidaknya ada 108 ruang terbuka di kota untuk beribadah hingga tiga tahun lalu. Ahmad mengatakan gangguan pertama terjadi pada Mei 2018 yang mengurangi jumlah tempat sholat Jumat menjadi 37. “Jumlah itu semakin menurun menjadi sekitar 20 bulan lalu,” ujar dia.


Muslim menuntut tanah untuk masjid
Dilansir Aljazirah, Selasa (7/12), bulan lalu, pemerintah Gurgaon mencabut izin delapan dari 37 ruang publik yang ditunjuk untuk sholat dengan alasan penolakan oleh penduduk daerah tersebut. Wakil Komisaris Polisi Gurgaon Yash Garg mengatakan tidak ada izin tertulis bagi umat Islam untuk beribadah di 37 situs dan itu dilakukan hanya melalui persetujuan antara komunitas yang dicapai pada tahun 2018.

“Tidak ada izin resmi karena itu bukan masalah hak di tempat umum. Polisi selalu berada di lokasi. Orang-orang yang mencoba mengganggu telah ditangkap,” kata Garg.

Ahmad mengatakan umat Islam bersiap untuk berhenti beribadah di ruang terbuka jika pemerintah menyediakan tanah untuk membangun masjid baru. “Kami tidak meminta tanah gratis. Kami siap membayar. Akan tetapi, jika mereka tidak memberi kami tanah untuk membangun masjid, ke mana kami akan pergi untuk beribadah?” ucap dia.

Muslim setempat mengatakan banyak properti Wakaf di Gurgaon yang telah diambil. Mereka ingin pemerintah mengembalikannya kepada masyarakat. Sementara itu, warga Gurgaon telah berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Bulan lalu, seorang pengusaha Hindu setempat menawarkan tempat untuk sholat Jumat sementara di kuil Sikh.

 
Berita Terpopuler