Erupsi Gunung Semeru, Mungkinkah Misprediction?

Sebelum erupsi, kenaikan aktivitas kegempaan Semeru sempat 100 kali sehari.

ANTARA/Umarul Faruq
Suasana Jalur guguran awan panas letusan Gunung Semeru di kawasan Curah Besuk Kobokan, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Senin (6/12/2021). Gunung Semeru kembali mengeluarkan awan panas dengan jarak luncur sejauh 2,5 kilometer yang mengarah ke Curah Besuk Kobokan.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana, Dian Fath Risalah, Antara

Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur, Sabtu (4/12), sejauh ini sudah menyebabkan 15 orang meninggal dunia. Pakar Vulkanologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyudi menyebutkan penghitungan volume kubah lava Gunung Semeru sebenarnya memungkinkan digunakan untuk memprediksi jarak luncur awan panas gunung itu saat meletus pada Sabtu lalu.

Baca Juga

"Seharusnya memang (kubah lava) bisa dihitung volumenya apalagi sudah ada teknologi image sehingga bisa diperkirakan jarak luncurannya. Ini yang kita bertanya-tanya kenapa bisa 'misprediction'," kata dia, saat jumpa pers di Auditorium Fakultas MIPA UGM di Yogyakarta, Senin (6/12).

Selain data volume kubah lava, informasi mengenai jumlah material di puncak Gunung Semeru juga belum tersedia. Sejak 2012 status Gunung Semeru telah dinyatakan level II atau waspada. Kemudian, September 2020 mulai teramati aktivitas berupa kepulan asap putih dan abu-abu 200-700 meter di puncak Semeru.

Aktivitas serupa berlanjut Oktober setinggi 200-1000 meter, dan 1 Desember terjadi awan panas 2-11 kilometer ke arah Kobokan di lereng tenggara. Pada 90 hari terakhir, ada peningkatan aktivitas kegempaan, terutama gempa erupsi.

"Ada yang mencapai 100 kali per hari, ini sudah bisa dijadikan prekursor terjadinya erupsi yang lebih besar," kata Wahyudi.

Menurut Wahyudi, guguran kubah lava yang dipicu tingginya curah hujan sebabkan luncuran awan panas yang jarak luncurnya capai 11 kilometer. Secara saintifik, curah hujan yang tinggi bisa menyebabkan ketidakstabilan dari endapan lava.

Dalam beberapa kasus, lanjut Wahyudi, faktor eksternal seperti curah hujan yang tinggi memang bisa menyebabkan thermal stres dan memicu ketidakstabilan dalam tubuh kubah lava. Kubah lava sudah tidak stabil, dipicu curah hujan tinggi. "Ini yang menyebabkan adanya longsor," ujar Wahyudi.

Dosen Fakultas Geografi UGM, Dr Danang Sri Hadmoko mengatakan, setelah erupsi potensi ancaman bencana masih ada. Sebab, pada Desember, Januari dan Februari masih perlu memperhatikan potensi aliran lahar dan juga erupsi susulan.

Ia mengingatkan, fenomena La Nina memunculkan potensi hujan tinggi, sehingga masyarakat yang ada di area sungai berhulu Gunung Semeru perlu waspada. Warga juga harus menghindari aktivitas dalam radius bahaya yang sudah ditetapkan.

"Beberapa sungai yang berhulu di Semeru itu perlu diwaspadai supaya ketika terjadi aliran lahar di bagian tengah dan hilir yang banyak pemukiman bisa terselamatkan," kata Danang.

Ada pula potensi material yang masih panas, sehingga proses evakuasi perlu dilakukan hati-hati, melibatkan pihak-pihak yang pahami kondisi gunung api. Warga sekitar area erupsi dianjurkan memakai masker dan kacamata pelindung. "Untuk menghindari bahaya kesehatan akibat abu vulkanik yang mempunyai kandungan silika dan berukuran mikro," ujar Danang.

Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani menyatakan berdasarkan pengamatan visual dan alat-alat seismometer, awan panas guguran pada Sabtu (4/12) memiliki jarak luncur mencapai 11 km dari puncak Semeru. Sementara rekomendasi batas aman kepada masyarakat di lereng Gunung Semeru masih ditetapkan dalam Status Level II (Waspada) yakni pada radius satu kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru dan jarak lima kilometer dari arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.

"Informasi 11 kilometer itu memang dari PVMBG. Jadi jarak dari puncak sampai ke titik terjauh," kata dia.

Baca juga : Gunung Semeru Kembali Muntahkan Awan Panas

Selain itu, kata dia, informasi mengenai data kegempaan di Gunung Semeru yang meningkat selama 90 hari terakhir juga bisa digunakan untuk mengidentifikasi gejala awal atau prekursor letusan. "Sejak 90 hari terakhir itu ada peningkatan kegempaan. Jadi rata-rata di atas 50 kali per hari dalam 90 hari terakhir, bahkan ada yang sampai mencapai 100 kali per hari. Ini sebenarnya sudah tanda-tanda, bisa dijadikan prekursor terjadinya erupsi," ujar dia.

Aktivitas vulkanik gunung api tapi tidak sama dengan gempa bumi yang prekursornya tidak bisa diketahui. Meski demikian, seperti perkiraan Kementerian ESDM, ia menyebutkan luncuran awan panas guguran di Gunung Semeru cenderung dipicu oleh faktor eksternal yakni tingginya curah hujan.

Curah hujan yang tinggi di sekitar Semeru mengakibatkan ketidakstabilan kubah lava akibatnya menyebabkan longsoran awan panas. "Sehingga jarak luncurannya jauh ya kebetulan memang prediksinya hanya lima kilometer," ucap dia.

Seismolog UGM Ade Anggraini menyebutkan berdasarkan data seismik PVMBG, grafik gempa letusan atau gempa erupsi selama 90 hari terakhir menunjukkan peningkatan. Data tersebut mengindikasikan bahwa material sudah naik ke permukaan Semeru.

"Material di permukaan itu sudah kelihatan di 90 hari terakhir sebelum 4 Desember kemarin. Jadi kalau kita lihat analisis lebih detail, sudah ada penumpukan material di permukaan cukup banyak," kata dia.

Meski demikian, lanjut Ade, data PVMBG yang menyebut tidak ada gempa vulkanik dalam (VTA) dan gempa vulkanik dangkal (VTB) di gunung itu sebelum terjadi letusan menunjukkan tidak adanya kecenderungan suplai material baru dari bawah. "Jadi benar-benar (sudah ada) penumpukan material di permukaan lalu terjadi awan panas, maka analisisnya mengarah pada awan panas disebabkan oleh runtuhnya kubah lava," kata dia.

Menurut dia, setiap gunung memiliki karakteristik yang tidak sama. Ia berpendapat letusan yang terjadi pada Sabtu (4/12) berkaitan dengan karakteristik erupsi Semeru yang berbeda dengan gunung api aktif lainnya. "Ketidakpastian di dalam faktor yang kemudian membuat menjadi lebih panjang itu memang kadang di luar kuasa kita, karena kita hanya berbicara dengan data analisis yang kita punya," kata dia.






Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat ini menyatakan  pemerintah berfokus menyelamatkan korban erupsi Gunung Semeru, di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. "Sesuai dengan arahan Bapak Presiden, setiap ada bencana seperti ini yang diprioritaskan adalah keselamatan korban. Terutama mereka yang cedera, yang kesakitan itu harus betul-betul mendapatkan perawatan maksimal. Sehingga terselamatkan," ujarnya Senin (6/12).

Muhadjir mengatakan, korban cedera akibat erupsi Gunung Semeru di RSUD Pasirian banyak yang mengalami luka bakar parah. Selain itu, ada pula korban cedera yang tertimpa reruntuhan bangunan.

"Bahkan ada korban yang alami luka bakar sampai 80 persen. Karena itu, ini sedang kita perhatikan secara khusus untuk korban-korban ini yang terbakar," tuturnya.

Menko PMK menyebut telah berkoordinasi dengan pihak Kementerian Kesehatan untuk dapat mengirimkan bantuan peralatan untuk menangani korban. Kata dia, dengan kondisi luka bakar separah itu, korban tidak bisa dibawa ke RS yang representatif dan lokasinya cukup jauh.

"Kita meminta bantuan dokter spesialis dan dokter sub spesialis untuk menangani, kemudian dokter bedah plastik, kemudian perawat yang sudah pengalaman merawat orang terbakar, dan seterusnya. Tadi saya sudah meminta Pak Menkes untuk segera mengirimkan bantuan-bantuan itu," paparnya.

Lebib lanjut, Menko Muhadjir menyatakan pemerintah juga akan menangani korban pengungsi secara maksimal. Penyediaan tempat pengungsian yang layak, kebutuhan logistik, dan dapur umum sudah dilakukan oleh BNPB bersama Kemensos, dan Pemerintah Daerah.

Baca juga : Anatomi Pembaca Berita Letusan Gunung Semeru dan Mitos

"Untuk mereka yang masih yang ditampung di Kantor Kelurahan, itu saya minta malam ini juga dipindahkan ke sekolah. Karena kalau di sekolah kan lebih tertutup di ruang-ruang kelas. Malam ini juga akan ditangani," imbuhnya.

Saat ini ada beberapa tempat pengungsian yang rawan terdampak erupsi susulan, yakni di lokasi pengungsian di Desa Curah Kobokan dan Desa Sumberwuluh. Dia mengatakan, para pengungsi di dua desa tersebut akan ditarik dan dipindahkan ke pengungsian di Desa Penanggal.

"Karena tempat yang dijadikan penampungan di dua desa itu rawan termasuk zona merah. Kita khawatir kalau ada erupsi susulan atau seandainya ada hujan deras, maka lahar yang tertahan di atas akan turun," kata dia.

Untuk mengkoordinasikan lebih lanjut penanganan pasca erupsi Gunung Semeru, Muhadjir menyampaikan, kepala BNPB telah membentuk Satuan Tugas Penanggulangan Darurat Bencana yang terdiri dari Komandan Korem, Bupati, dan Kapolres agar koordinasi mulai dari tanggap bencana sampai masa rehabilitasi dan rekonstruksi bisa berjalan baik.

Selain itu, juga telah dibentuk Posko Penanggulangan Darurat Bencana. Diharapkan dengan adanya posko, seluh relawan dan lembaga kemanusian lainnya, termasuk Dunia Usaha, media dan akademisi agar berkolaborasi dengan Posko dan Satgas  Penanggulangan Darurat Bencana erupsi Gunung Semeru.

"Sekarang mereka semua sudah bergerak. Dan Insya Allah penanganannya semua lancar," pungkas Menko PMK.

Sebagai informasi, erupsi Gunung Semeru yang mengakibatkan terjadinya banjir lahar dan guguran awan panas telah berdampak parah di Kecamatan Candipuro, Pronojiwo dan Pasirian. Total data korban jiwa atau terdampak yang berhasil dihimpun oleh Posko, yaitu warga terdampak 5.205 jiwa, hilang 27 dan meninggal dunia 15. Posko masih memutakhirkan data warga terdampak.

Dari jumlah mereka yang meninggal dunia, sebanyak 8 jiwa teridentifikasi di Kecamatan Pronojiwo. Sedangkan 7 lainnya di Kecamatan Candipuro.

Sementara itu, warga yang mengungsi berjumlah 1.707 jiwa yang tersebar di 19 titik. Posko menginformasikan sebaran penyintas sebagai berikut, Kecamatan Pronojiwo terdapat 9 titik pos pengungsian. Pos pengungsian berada di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Supiturang 04, Masjid Baitul Jadid Dusun Supiturang, SDN Oro Oro Ombo 3, SDN Oro Oro Ombo 2, Masjid Pemukiman Dusun, Kampung Renteng (Desa Oro Ombo), Balai Desa Oro Oro Ombo, Balai Desa Sumberurip, SDN Sumberurip 2 serta beberapa rumah kerabat di sekitar Dusun Kampung Renteng dan Dusun Sumberbulus di Desa Oro Oro Ombo.

Sebaran pos pengungsian di Kecamatan Candiro berada di 6 titik pos pengungsian, antara lain  Balai Desa Sumberwuluh, Balai Desa Penanggal, Balai Desa Sumbermujur, Dusun Kampung Renteng (Desa Sumberwuluh), Dusun Kajarkuning (Desa Sumberwuluh), Kantor Camat Candipuro. Sebaran pos pengungsi di Kecamatan Pasirian sebanyak 4 titik yaitu Balai Desa Condro, Balai Desa Pasirian, Masjid Baiturahman Pasirian dan Masjid Nurul Huda Alon Pasirian.

Selain berdampak pada korban jiwa, awan panas guguran juga merusak sektor pemukiman dan infrastrukur di beberapa kecamatan di Kabupaten Lumajang. Data sementara menyebutkan rumah terdampak berjumlah 2.970 unit, fasilitas pendidikan terdampak langsung 38 unit, jembatan putus 1 unit (Gladak Perak yang berada di Desa Curah Kobokan, penghubung antara Lumajang dan Malang).

Kronologi Semeru meletus. - (republika)

 
Berita Terpopuler