Sepedaan di Kulonprogo, Kulinerannya di Geblek Pari

Geblek Pari menjadi salah satu lokasi favorit pesepeda untuk kulineran di Kulonprogo.

Wihdan Hidayat / Republika
Makanan Geblek yang menjadi nama Geblek Pari di kawasan Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta, Kamis (2/12). Kawasan Nanggulan menjadi idola wisata baru atau alternatif di Kulon Progo. Dimulai dengan viralnya wisata kuliner Geblek Pari, konsep warung tradisional dengan pemandangan hamparan persawahan perbukitan Menoreh.
Rep: Wahyu Suryana Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, KULONPROGO -- Mengunjungi Kulonprogo, Yogyakarta tentu tidak lengkap tanpa melakukan wisata kuliner. Apalagi, belakangan Kulonprogo banyak pula dikunjungi pesepeda atau pelari yang biasanya mampir ke warung-warung untuk sekadar melepas lelah.

Geblek Pari jadi salah satu lokasi favorit pelancong untuk singgah. Lokasinya yang mudah dijangkau banyak dipilih sebagai tempat melepas lelah sebelum atau sesudah menjelajahi keindahan alam lain yang ada di Perbukitan Menoreh.

Apalagi, tempat itu menawarkan bentang alam berupa persawahan dan pegunungan. Tidak heran, Geblek Pari yang berlokasi di Padukuhan Pronosutan, Kalurahan Kembang, Kapanewon Nanggulan, banyak dipilih pelancong sebagai spot foto.

Pelancong dapat pula menyewa sepeda atau scooter listrik seharga Rp 20 ribu untuk dapat memulai petualangan kecil menyusuri sawah-sawah di sana. Geblek, bisa dibilang menjadi menu wajib yang kerap dipesan pelancong yang singgah.

Geblek merupakan makanan tradisional yang dibuat dari tepung tapioka dan bawang yang digoreng seperti gorengan cireng berwarna putih. Geblek biasa disajikan bulat-bulat dan ditemani saus kecap dilengkapi potongan-potongan cabai rawit.

Baca Juga

Pesepeda berkeliling di kawasan Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta, Kamis (2/12). Kawasan Nanggulan menjadi idola wisata baru atau alternatif di Kulon Progo. Dimulai dengan viralnya wisata kuliner Geblek Pari, konsep warung tradisional dengan pemandangan hamparan persawahan perbukitan Menoreh. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Selain geblek, kopi merupakan salah satu hidangan yang mulai dikenal dari Menoreh. Selain kopi robusta Pak Rohmat yang ada di puncak, banyak terdapat kedai-kedai di kaki perbukitan yang menawarkan rasa khas kopi Kulonprogo.

Ada banyak kedai yang bisa dijajal kenikmatan racikan kopinya. Sebut saja Kedai Kopi Pari, Kopi Ampirono, Kopi Klotok Menoreh, Kopi Ingkar Janji, Kopi Cantel, Kopi Sulingan, Kopi Kepo, Omah Kopi Nanggulan, Kopi Kenteng, Teraloka, Kopi Kenteng, hingga Kedai Depan Rumah.

Mereka memang menawarkan kopi jos atau kopi yang disajikan dengan memasukkan arang panas ke seduhan kopi. Selain arang, banyak dari mereka menyajikan kopi dengan gula batu, sehingga memberi nuansa rasa yang berbeda dari tempat lain.

Salah satu pegawai di salah satu kedai kopi, Hanafi, mengatakan bahwa sebagian besar pelancong yang datang memang hampir pasti memesan kopi. Baik mereka yang datang sekadar beristirahat, berwisata kopi atau yang memang datang untuk makan besar.

"Pagi, siang, sore sebagian besar memang kopi yang dipesan," kata Hanafi saat hendak mengantarkan pesanan.

Hangat seduhan kopi ditambah pemandangan hamparan sawah dari Kulonprogo memang menjadi kenikmatan yang tidak bisa dilewati pelancong. Ditemani geblek sebagai camilan, lengkap rasanya melepas lelah usai nikmati keindahan alam Kulonprogo.

Selain kopi, legen banyak dicari pelancong saat mengunjungi destinasi-destinasi wisata alam di Menoreh sebagai oleh-oleh. Legen merupakan minuman yang berasal dari nira kelapa yang biasanya diambil dari getah batang muda bunga kelapa.

Pengunjung beristirahat di Geblek Pari di kawasan Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta, Kamis (2/12). Kawasan Nanggulan menjadi idola wisata baru atau alternatif di Kulon Progo. Dimulai dengan viralnya wisata kuliner Geblek Pari, konsep warung tradisional dengan pemandangan hamparan persawahan perbukitan Menoreh. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Nuansa hangat yang dihadirkan legen membuatnya tidak cuma digemari pelancong domestik, tapi juga mancanegara. Biasanya, dijual menggunakan botol-botol air mineral 600 mililiter dengan harga yang bervariasi mulai Rp 5.000- Rp 10 ribu.

Salah satu pelaku usaha kuliner di Kedung Pedut, Mbok Sujiyem, mengungkapkan, biasanya pelancong yang datang langsung memesan terlebih dulu sebelum ke air terjun. Kemudian, mereka baru mengambil legen pesanannya ketika akan pulang.

"Banyak yang dari luar kota, banyak juga bule-bule yang pesan," ujarnya.

Sujiyem biasanya menyajikan singkong rebus bagi pelancong yang baru menikmati wisata air terjun. Walaupun di warungnya ada pula makanan-makanan penyet dengan harga sangat terjangkau, legen tetap jadi oleh-oleh favorit pelancong.

 
Berita Terpopuler