Permintaan Produk Halal di Kalangan Non-Muslim Meningkat

Konsumen non-Muslim sadar pentingnya sertifikasi halal untuk produk aman dikonsumsi.

Republika/Kurnia Fakhrini
Permintaan Produk Halal di Kalangan Non-Muslim Meningkat
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Konsumsi Muslim di seluruh dunia terus meningkat dan permintaan akan produk bersertifikat halal di pasar non-Muslim juga meningkat secara bertahap.

Baca Juga

Menurut Kamar Dagang dan Industri Malaysia (ACCCIM), peningkatan ini karena konsumen non-Muslim menyadari pentingnya sertifikasi halal untuk produk mereka sebagai bagian dari tren makan sehat dan aman dikonsumsi dibandingkan dengan produk non-halal.

"Perkembangan dan pertumbuhan pasar halal belakangan ini telah mengubah persepsi dan penerimaan konsumen non-Muslim terhadap konsumsi halal," kata Sekjen ACCCIM Datuk Tan Tian Meng, dilansir dari Abna24, Jumat (3/12)

Didukung oleh meningkatnya permintaan, menurut Tan, sektor halal Malaysia siap menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Malaysia ke depan. Tan mencatat ada sekitar 1,9 miliar Muslim di dunia saat ini yang merupakan sekitar 26 persen dari populasi global.

“Angka ini memberi tahu kita produk halal memiliki potensi besar di pasar global. Saya yakin sektor halal dapat menjadi kontributor yang kuat dan menjadi katalisator melalui berbagai value proposition dalam pemulihan ekonomi global," ujarnya.

 

 

Tan menuturkan industri halal telah merambah di luar sektor makanan meliputi minuman, farmasi, fashion, kosmetik, produk kesehatan, perlengkapan mandi dan alat kesehatan, serta komponen sektor jasa seperti logistik, pemasaran, media cetak dan elektronik dan masih banyak lainnya. Hal terseut ia ungkapkan dalam sesi webinar “Prospek dan Peluang Sertifikasi Halal Pasar Dunia Halal” yang diselenggarakan oleh ACCCIM.

Selain itu, Tan mengatakan sektor halal dianggap sebagai salah satu industri terpenting di Malaysia, oleh karena itu, ia menekankan pemerintah harus terus berupaya untuk mempertahankan posisinya sebagai industri terkait halal terkemuka untuk mendorong lebih banyak investasi asing dan lokal ke dalam negeri.

“Memiliki sertifikat halal adalah alat pemasaran yang hebat untuk membantu menembus pasar konsumen yang begitu besar, serta menyediakan jalur ekspansi untuk memasuki pasar global," jelasnya.

Menurut laporan dari Unit Perencanaan Ekonomi di Departemen Perdana Menteri, pasar halal diproyeksikan untuk berkontribusi 8,1 persen dari PDB dengan menghasilkan ekspor RM 56 miliar pada 2025. Pada 2020 saja, industri halal kontribusi RM9.7 miliar untuk GDP negara.

Pada tingkat global, pasar halal diharapkan tumbuh dari 3,1 triliun dolar AS atau RM 13.03 triliun (Rp 44,7 triliun) pada 2018 menjadi 5 triliun dolar AS (Rp 72 triliun) pada 2030, sementara pasar halal Malaysia diperkirakan 68,4 miliar dolar AS pada 2018 dan akan terus tumbuh sampai 113,2 miliar dolar AS pada 2030.

Sebelumnya, Perdana Menteri Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob mengatakan Departemen Pembangunan Islam Malaysia (Jakim) sedang mengembangkan RM3.4 juta Halal Sistem Informasi Terpadu untuk melayani sebagai database untuk produk halal, untuk memperkuat sertifikasi halal Malaysia.

Database akan terdiri enam sistem, yaitu MYeHALAL (domestik), MYeHALAL (internasional), e-Cert Cetak System, Malaysia International Halal Authority Board (MyIHAB), Modul Aplikasi pemotongan Luar Negeri dan Modul Bahan Halal Produk Manajemen Malaysia (Bahan MyHALAL). Basis data ini diharapkan selesai pada 2023 dan warga Malaysia dapat menggunakan sistem ini untuk memeriksa status halal produk dari luar negeri.

 
Berita Terpopuler