Butuh Sinergi Agar Wakaf tak Sebatas Pidato dan Grafik

Mengoptimalkan potensi wakaf butuh sinergi.

Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Inovasi Wakaf
Rep: Fuji Eka Permana, Umar Mukhtar, Imas Damayanti Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Fuji Eka Permana, Umar Mukhtar, Imas Damayanti

Baca Juga

JAKARTA -- Instrumen wakaf dinilai akan menjadi salah satu kendaraan atau mesin penggerak agar Indonesia bisa tumbuh. Namun, instrumen wakaf ini belum dimanfaatkan secara maksimal.

"Betapa potensi wakaf kita itu sangat besar tapi itu hanya ada di grafik dan pidato, kita belum mampu menjadikan potensi wakaf menjadi sebuah kekuatan yang real (nyata), padahal itu semua ada di tangan kita," kata Bendahara Yayasan Dompet Dhuafa, Hendri Saparini, saat pidato dalam acara Wakif Gathering di Khadijah Learning Center Dompet Dhuafa, Tangerang Selatan, Selasa (30/11).

Menurutnya, dalam kondisi yang tidak mudah seperti sekarang ini tentu peran kekuatan wakaf menjadi semakin besar dan diharapkan. Mungkin yang sering didengarkan adalah wakaf akan bisa mengurangi kesmiskinan dan pengangguran.

Ia mengatakan, sekarang mungkin pemerintah telah melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan dasar dan pelayanan dasar masyarakat. Namun, fakta di lapangan dan data juga menyebutkan ternyata banyak hal yang masih harus dikerjakan.

Potensi Wakaf Uang di Indonesia - (ihram.co.id)

Menurutnya, waktu sangat berharga dan terbatas, waktu Indonesia masuk dalam era banyak penduduk dalam usia tidak produktif itu sebentar lagi. Kalau sekarang tahun 2021, maka tahun 2030 atau 2035 akan masuk era banyak penduduk dalam usia tidak produktif.

"Sehingga kita tidak bisa bicara bonus demografi, defisit demografi, kita khawatir itu akan menjadi bencana demografi," jelasnya.

Saparini mengatakan, karena penduduk dalam usia tidak produktif jumahnya sangat banyak, maka tidak mampu dibiayai pemerintah. Bahkan penduduknya sendiri tidak mampu membiayai dirinya sendiri.

"Ancaman yang sangat menegerikan ini semestinya harus kita carikan solusi, jadi kenapa kita harus melakukan kerjasama dalam mengoptimalkan wakaf, karena kita memiliki agenda-agenda tersebut, kita memiliki PR yang sangat besar," ujarnya.

 

 

Pengamat ekonomi syariah Irfan Syauqi Beik menilai, pemberian manfaat wakaf kepada umat dan bangsa dirasa masih di bawah realisasi potensi wakaf. Untuk itu diperlukan perluasan dalam program wakaf produktif yang dijalankan. “Peningkatan proporsi wakaf produktif merupakan hal yang sangat mendesak dilakukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata dia. 

Irfan menilai, guna menggenjot pemanfaatan wakaf untuk kesejahteraan umat dan bangsa maka kualifikasi dan kompetensi nazhir harus ditingkatkan. Kualitas pengelolaan dan pemanfaatan aset wakat dinilai sangat tergantung pada kualitas nazhir. “Nazhir harus dibekali dengan skill yang lengkap, mulai dari aspek manajemen, pengelolaan resiko, investasi, keuangan, dan lainnya. Intinya, kualitas nazhir harus ditingkatkan,” kata Irfan.

Terkait hal itu, pihaknya bersyukur bahwa Badan Wakaf Indonesia (BWI) telah memiliki lembaga sertifikasi profesi (LSP) yang telah mendapat lisansi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk menyelenggarakan sertifikasi kompetensi nazhir. Di samping itu dia menilai, diperlukan juga penguatan dari sisi laporan program yang transparan, akuntabel, kredibel, dan dapat diakses oleh masyarakat. 

Hal tersebut, kata dia, bertujuan agar kepercayaan masyarakat dapat tumbuh pada institusi nazhir sehingga mereka dapat ikut berpartisipasi lebih aktif lagi khususnya dalam mengoptimalisasi potensi wakaf. Dia menjabarkan bahwa pemanfaatan wakaf di Indonesia sesungguhnya sudah berlangsung selama berabad-abad sejak Islam masuk di Indonesia.

Dominasi aset wakaf saat ini berada di bidang dakwah, pendidikan, dan sosial. Sehingga yang perlu diperkuat saat ini, kata dia, adalah mengembangkan wakaf produktif yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan bisa memberi dampak secara makro. Baik pada sisi pembukaan lapangan kerja, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan. 

“Saat ini saya melihat pengembangan wakaf produktif semakin meningkat dari waktu ke waktu. Ini sesuatu yang sangat positif. Tinggal kita perbesar cakupan programnya, baik dari sisi jumlah, ukuran program dan jangkauan wilayah dan penerima manfaatnya,” ujar dia.

Irfan mengungkap, Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan beberapa lembaga wakaf sedang memperluas program wakaf produktif di bidang kesehatan, yakni melalui rencana pembangunan RS Wakaf di Bandung dan Semarang, melengkapi yang sudah ada di Banten. Pihaknya menambahkan, beberapa nazhir juga tengah mengembangkan sejumlah proyek wakaf produktif di bidang pertanian dan industri makanan dan restoran. BWI sebagai lembaga wakaf nasional juga telah memiliki katalog program wakaf.

Berdasarkan catatannya, terdapat 14 program dengan nilai total Rp 2,2 triliun. Hal itu sebagai upaya mendorong penguatan wakaf produktif tersebut. Menurut dia, semua upaya yang dilakukan itu adalah untuk memperkuat pengembangan wakaf pada jangka panjang.

 

  

 

Sinergi 

Ketua Divisi Pengelolaan Badan Wakaf Indonesia (BWI) Nurul Huda menyampaikan, BWI berfokus melakukan sinergi dengan berbagai pihak dalam mengembangkan aset wakaf sehingga menjadi produktif. Dia mengatakan, ketika BWI memperoleh aset wakaf yang tidak produktif, tentu ditemukan cara agar aset tersebut dapat menjadi produktif.

"Kalau aset produktif, manfaat terhadap mauquf alaih atau penerima manfaat dari harta benda wakaf itu menjadi sangat tinggi nantinya," tutur dia.

Huda menjelaskan, BWI telah menginisiasi kerja sama antara satu nadzir dengan nadzir lainnya agar sebuah aset wakaf memiliki produktifitas yang tinggi. Salah satu contohnya ialah pengembangan aset wakaf berupa tanah di Serang, Banten.

BWI menjalin kerja sama dengan Dompet Dhuafa untuk mendirikan rumah sakit di atas tanah wakaf, yang kini dikenal dengan Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi. "Sekarang sudah sangat luar biasa manfaatnya. Pasiennya dari dari seluruh wilayah Indonesia," terangnya.

Sinergi lain yang dilakukan BWI, lanjut Nurul, yaitu bekerja sama dengan Yayasan Pembina Masjid Salman ITB yang difasilitasi Badan Pengelola Keuangan Haji untuk pembangunan Rumah Sakit Salman JIH Bandung. Rumah sakit ini berdiri di atas tanah wakaf seluas 16.400 meter persegi di Soreang Kabupaten Bandung. "Sekali lagi, skema kita adalah sinergi untuk mengoptimalkan aset-aset wakaf yang tidak produktif," paparnya.

 

 

Nurul juga menjabarkan, aset wakaf terbagi dua. Pertama aset harta benda wakaf tidak bergerak seperti tanah. Kedua ialah aset harta benda bergerak berupa wakaf uang, wakaf saham, dan Hak Kekayaan Intelektual. Dari jenis-jenis aset wakaf ini, yang kurang produktif sebagian besar adalah aset wakaf tidak bergerak berupa tanah.

Dalam tanah wakaf sendiri, lanjut Nurul, ada yang sudah dan belum bersertifikat. BWI terus mengupayakan agar pencatatan seluruh tanah wakaf diurus sampai terbit sertifikat wakaf terhadap aset tersebut. Saat ini sebanyak 70 persen tanah wakaf telah tersertifikasi.

"Namun dari yang tersertifikasi ini ada yang sifatnya produktif dan tidak. Sekarang ini boleh dikatakan lebih banyak yang tidak produktif," ucapnya.

Untuk itu, Nurul menyampaikan, BWI secara bertahap melakukan kajian terhadap aset wakaf yang tidak produktif melalui studi kelayakan. Studi ini untuk mengetahui apa peruntukan yang sebaiknya dibuat pada aset tanah wakaf itu. "Bagusnya dibuat apa, lalu ketika ketemu, kita mengumpulkan para investor agar terjadi sinergi," tutur dia.

Selain itu, BWI juga telah melaksanakan sertifikasi kompetensi kepada para nadzir. Dengan sertifikasi ini diharapkan nadzir wakaf menjadi lebih profesional dan memiliki pandangan bagaimana mengelola aset wakaf secara lebih produktif dalam rangka mengoptimalisasi harta benda wakaf.

"Kami juga melakukan pengembangan model-model wakaf yang di antaranya cash waqf linked sukuk untuk mengoptimalkan aset wakaf yang tidak produktif," imbuhnya.

 

 

 

 

 
Berita Terpopuler