Prof Tjandra: Varian Omicron Pengaruhi Tes PCR

Varian Omicron bisa membuat gen S tidak terdeteksi lewat tes PCR.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Calon penumpang pesawat terbang menjalani tes usap PCR di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung.
Rep: Rizky Suryarandika, Rizky Jaramaya Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama menganalisis dampak Covid-19 varian Omicron terhadap pemeriksaan tes PCR. Ada indikasi bahwa Omicron mempengaruhi pemeriksaan tes PCR.

Tjandra menjelaskan dampak Omicron menimbulkan mutasi spike protein di posisi 69-70. Kondisi ini menyebabkan terjadinya fenomena “S gene target failure (SGTF)”, di mana gen S tidak akan terdeteksi dengan PCR lagi atau hal ini disebut juga drop out gen S.
 
"Walau ada masalah di gen S tetapi untungnya masih ada gen-gen lain yang masih bisa dideteksi sehingga secara umum PCR masih dapat berfungsi," kata Tjandra dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (2/12).
 
Tjandra menerangkan, tidak terdeteksinya gen S pada pemeriksaan PCR dapat dijadikan indikasi awal untuk kemungkinan yang diperiksa adalah varian Omicron. Lalu dalam hal ini menurutnya, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) untuk memastikannya.
 
"Kalau kemampuan WGS terbatas maka ditemukannya SGTF dapat menjadi semacam bantuan untuk menyaring mana yang prioritas dilakukan WGS, selain kalau ada kasus berat, atau ada klaster, atau ada kasus yang tidak wajar perburukan kliniknya," ujar Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu.
 
Selain itu, Tjandra menyinggung indikasi sudah beredarnya varian Omicron bila di suatu daerah ditemukan peningkatan sampel laboratorium yang menunjukkan SGTF. Sehingga, ia menyarankan Pemerintah mempublikasikan laporan peningkatan SGTF.
 
"Penting juga bagi kita di Indonesia dalam menganalisa hasil PCR yang setiap hari dilaporkan jumlah pemeriksaannya di media, artinya jangan hanya jumlah total saja tetapi apakah ada peningkatan SGTF atau tidak," ucap Prof Tjandra.
 
Terlepas dari hal ini, dampak pada PCR memang merupakan salah satu dari enam kemungkinan dampak Omicron.

"Lima yang lain adalah apakah penularan akan makin tinggi, kemungkinan penyakitnya memberat, terjadinya infeksi ulang pada mereka yang sudah sembuh, dampak pada vaksin yang sekarang sudah dipakai termasuk di negara kita serta analisa tentang obat Covid-19 yang ada, seperti penghambat reseptor Interleukin 6 yang bermanfaat untuk menangani badai sitokin serta obat anti peradangan/inflamasi yaitu kortikosteroid," sebut Tjandra.

Baca Juga

 

Hingga Kamis (2/12), setidaknya 23 negara telah melaporkan kasus Covid-19 varian Omicron berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Direktur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus, memperkirakan, jumlah negara yang melaporkan kasus varian baru tersebut akan bertambah.

“Munculnya varian omicron dapat dipahami telah menarik perhatian global. WHO menanggapi perkembangan ini dengan sangat serius, begitu pula setiap negara. Tapi itu seharusnya tidak mengejutkan kita. Karena inilah yang dilakukan virus (terus bermutasi)," ujar Tedros, dilansir Anadolu Agency, Kamis (2/12).

Tedros mengatakan, para ilmuwan saat ini masih terus mempelajari tentang varian Omicron, mulai dari cara penularan, tingkat keparahan penyakit, efektivitas tes, dan vaksin. Tedros mengatakan, dunia tidak boleh lupa bahwa sebelumnya mereka sudah berurusan dengan varian yang sangat menular dan berbahaya yaitu varian Delta. Saat ini, varian Delta menyumbang hampir semua kasus secara global.

"Kita perlu menggunakan alat yang sudah kita miliki untuk mencegah penularan dan menyelamatkan nyawa dari Delta. Dan jika kita melakukan itu, kita juga akan mencegah penularan dan menyelamatkan nyawa dari Omicron,” ujar Tedros.

Beberapa kelompok penasihat WHO telah bertemu untuk mengevaluasi bukti, dan memprioritaskan studi yang diperlukan untuk mempelajari varian Omicron.  Tedros meminta semua negara untuk mengambil langkah-langkah pengurangan risiko yang rasional dan proporsional sesuai dengan Peraturan Kesehatan Internasional.

Termasuk langkah-langkah untuk menunda atau mengurangi penyebaran varian baru. Seperti penyaringan penumpang sebelum bepergian dan pada saat kedatangan atau penerapan karantina untuk pelancong internasional.

Tedros menjelaskan bahwa, larangan perjalanan secara menyeluruh tidak akan mencegah penyebaran omicron secara internasional. Larangan perjalanan justru akan membebani kehidupan dan mata pencaharian.

 

Gejala Ringan tak Lazim Pasien Omicron - (Infografis Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler