Bias Pemberitaan Media Inggris Terhadap Muslim

Sebagian besar liputan tentang Muslim dan Islam atau keduanya, bernada negatif.

practicumpioneers.wordpress.com
Lomba jurnalistik (ilustrasi)
Rep: Zahrotul Oktaviani / Alkhaledi kurnialam Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, LONDON -- Sebuah laporan terkait liputan media Inggris selama 2018-2020 menemukan terjadi bias pemberitaan terhadap Muslim. Hampir 60 persen artikel media daring dan 47 persen klip televisi mengaitkan Muslim dan Islam dengan aspek atau perilaku negatif.

Laporan Center for Media Monitoring menganalisis lebih dari 48.000 artikel daring dan 5.500 klip siaran. Didukung editor The Sunday Times dan Daily Mirror, ditemukan kesimpulan sebagian besar liputan tentang Muslim dan Islam atau keduanya, bernada negatif.

Dilansir di The News, Kamis (2/12), studi ini adalah salah satu bagian paling luas dari penelitian statistik yang telah dilakukan sebelumnya. Utamanya, membahas tentang bagaimana Muslim dan Islam dilaporkan di media Inggris dan mengungkapkan ratusan contoh skala pelaporan negatif yang terkait dengan Muslim di Inggris.

Studi ini juga melihat 10 studi kasus yang menunjukkan Muslim disalahartikan dan difitnah dalam publikasi besar, dengan kerugian yang dibayarkan dalam sembilan kasus, di samping permintaan maaf publik.

Pusat Pemantauan Media Dewan Muslim Inggris memantau 34 outlet media melalui situs daring mereka dan 38 saluran televisi (termasuk semua saluran regional) antara Oktober 2018 hingga September 2019.

Laporan tersebut diluncurkan pada Selasa (30/11) malam, dengan partisipasi dari Alison Phillips dari The Mirror; Emma Tucker dari The Sunday Times; Mark Easton dari BBC; Nasrine Malik dari The Guardian, Inzamam Rashid dari Sky, dan akademisi Brian Cathcart, Profesor John Holmwood, dan Waj Iqbal.

Secara umum, outlet media sayap kanan lebih kritis tentang Islam daripada publikasi berhaluan kiri. 'The Spectator' memiliki proporsi artikel tertinggi tentang Muslim yang digolongkan sebagai "antagonis", dengan 37 persen karya masuk kategori ini.

Sementara, media 'The New Statesman' memiliki proporsi artikel tertinggi yang dianggap "mendukung" Muslim, sebesar 16 persen.

"Saya menyambut baik laporan ini - dengan pengetahuan penuh bahwa itu berisi kritik terhadap pers, termasuk makalah saya sendiri," ujar editor The Sunday Times, Emma Tucker.

Pemimpin redaksi The Mirror, Alison Philips, mengatakan laporan dar Center for Media Monitoring ini menunjukkan betapa pihaknya sebagai jurnalis, harus mempertanyakan diri sendiri dan pekerjaan yang dihasilkan, dalam kaitannya dengan pelaporan Muslim dan Islam.

Tak hanya itu, laporan tersebut juga menunjukkan beberapa perbaikan dalam perlakuan terhadap Muslim, dengan menyoroti liputan positif dan adil terhadap Muslim di media.

Termasuk di dalamnya pelaporan BBC tentang penganiayaan terhadap Muslim Uighur, The Sun menampilkan Asma Shuweikh sebagai “pahlawan minggu ini”, serta menonjolnya wanita Muslim pendukung NHS di halaman depan The Daily Telegraph.

Laporan tersebut mengatakan bahwa hampir 60 persen artikel di semua publikasi diidentifikasi mengaitkan aspek dan perilaku negatif dengan Muslim atau Islam. Lebih dari seperlima artikel memiliki fokus utama pada terorisme/ekstremisme.

Publikasi yang condong ke kanan dan religius, disebut memiliki persentase artikel yang lebih tinggi, yang menunjukkan bias, generalisasi, atau salah mengartikan keyakinan atau perilaku Muslim.

Lembaga penyiaran nasional juga disebut memiliki persentase bias yang lebih tinggi terhadap Muslim dan/atau Islam, dibandingkan dengan lembaga penyiaran regional. 47 persen dari semua klip menunjukkan Muslim dan/atau Islam dengan cara yang menampilkan aspek dan/atau perilaku negatif.

Laporan yang sama menyebut cendekiawan sayap kanan dalam banyak kesempatan diposisi yang tidak tertandingi, ketika membuat generalisasi terhadap Muslim termasuk mempromosikan kepalsuan.


Tiga penyedia berita teratas yang paling mungkin menerbitkan artikel negatif tentang Muslim adalah agensi AFP, Reuters dan The Associated Press. Mereka berargumen, media-media ini telah mengatur pembingkaian Muslim dan Islam dalam pelaporan berita.

Lebih lanjut, laporan studi ini menuduh publikasi di sebelah kanan secara politis semakin menunjukkan kiasan sayap kanannya. Komentator di sebelah kanan terus menerus mencela Muslim sebagai ancaman eksistensial ke Inggris dan dunia yang lebih luas.

“Laporan terbaru ini tidak berusaha untuk menyalahkan surat kabar atau penyiar mana pun, atau pada jurnalis atau reporter individu mana pun," kata Direktur Pusat Pemantauan Media MCB, Rizwana Hamid.

CFMM tetap berkomitmen pada media bebas yang melaporkan tanpa rasa takut, atau mendukung dan meminta pertanggungjawaban mereka yang memegang kekuasaan.

Namun, ia menyebut sudah waktunya bagi industri untuk mengakui, kadang-kadang bahkan terlalu sering ketika menyangkut Muslim dan Islam, hal yang ditampilkam itu salah.

"Profesional media harus menyambut pengawasan ini, dan menerapkan rekomendasi ini untuk meningkatkan standar jurnalistik," lanjut dia.

Penulis laporan, Faisal Hanif, menyatakan meskipun Muslim maupun Islam tidak boleh kebal dari kritik atau penyelidikan jika diperlukan, namun ia berharap hal ini dilakukan secara adil dan hati-hati, tanpa menggunakan kiasan dan generalisasi yang sudah usang.

"Studi ini berharga, baik bagi komunitas akademik, terlebih lagi bagi ruang redaksi dan jurnalis. Dalam beberapa hal, ini akan meningkatkan pelaporan dan peliputan Muslim dan keyakinan mereka di tahun-tahun mendatang," ucapnya.

Di akhir laporan, para peneliti membagikan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan pelaporan. Salah satunya, menghindari menghubungkan kepercayaan Muslim biasa dengan kejahatan, terorisme, atau ekstremisme, kecuali ada alasan khusus yang dapat dibenarkan untuk melakukannya.

Mereka juga merekomendasikan untuk menyediakan platform bagi perspektif Muslim yang lebih luas, serta menghindari suara Muslim yang tidak representatif. Keterwakilan Muslim dalam peran editorial disebut bisa ditingkatkan.

Selanajutnya, mereka menawarkan adanya pelatihan dan mendorong reporter untuk waspada terhadap segala kemungkinan bias, mempublikasikan koreksi dengan bobot yang sama dengan laporan aslinya, serta sangat berhati-hati dengan terminologi, terutama kata “Islamisme”.

Media diminta menghindari merujuk pada Muslim atau Islam, kecuali mereka benar-benar relevan dengan cerita. Jurnalis dan editor disebut perlu dilatih untuk mewaspadai kiasan rasis dan teori konspirasi, serta menghindari menggunakan gambar umum Muslim ketika berisiko memperkuat stereotip.

 
Berita Terpopuler