Ketua Satgas IDI Heran Masih Ada yang tak Percaya Vaksin

Ketua Satgas IDI meminta mereka tak percaya vaksin tidak memaksa idenya ke orang lain

Dok pribadi
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Zubairi Djoerban. Prof Zubairi Djoerban menyindir orang-orang yang menolak vaksin Covid-19. Ia menyebut mereka terkesan memaksakan kepercayaannya kepada orang lain.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia Prof Zubairi Djoerban menyindir orang-orang yang menolak vaksin Covid-19. Ia menyebut mereka terkesan memaksakan kepercayaannya kepada orang lain.

Baca Juga

Prof Zubairi mengeluhkan sikap mereka yang tak percaya Covid-19 termasuk vaksinnya. Ia meminta mereka tak perlu menghina siapapun yang punya kepercayaan berbeda.

"Tak perlu marah-marah jika tak percaya vaksin atau Covid-19. Berkata kasar tidak menguntungkan siapapun," ungkap Prof Zubairi di akun Twitter resminya yang dikutip Republika pada Kamis (2/12).

Prof Zubairi sebenarnya menghargai pendapat para penolak vaksin Covid-19 sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Namun, ia berharap mereka tak menebar kebencian terhadap penerima vaksin.

"Silakan berpendapat. Monggo. Tapi kalau ada yang percaya vaksin bagian dari ikhtiar, jangan dimaki juga," tulis Prof Zubairi.

Selain itu, Prof Zubairi menekankan pentingnya sikap saling menghargai antara penerima dan penolak vaksin Covid-19. Ia menyinggung para penolak vaksin pun tak mau dipaksa menerima vaksin.

"Anda pun tak mau dipaksa, tapi kok justru mendikte, cenderung maksa," tulis Prof Zubairi.

Sebelumnya, varian baru Omicron diperkirakan bisa muncul karena rendahnya tingkat vaksinasi Covid-19 di negara-negara Afrika. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pertemuan Senin (29/11) mengisyaratkan dugaan tersebut.

“Orang-orang Afrika tidak dapat disalahkan atas rendahnya tingkat vaksinasi yang tersedia di Afrika, dan mereka tidak boleh dihukum karena mengidentifikasi serta berbagi informasi ilmu pengetahuan dan kesehatan yang penting dengan dunia,” kata Guterres, dikutip dari laman All Africa, Selasa (30/11). 

Pernyataan Guterres muncul akibat kekhawatirannya terhadap larangan penerbangan dari negara-negara Afrika ke berbagai negara dunia. 

 
Berita Terpopuler