Kisah Para Ilmuwan Nuklir Iran yang Dibunuh Mossad

Menjadi ilmuwan nuklir di Iran berarti berada dalam bahaya dan jadi target pembunuhan

Iranian Defense Ministry via AP
Dalam foto yang dirilis oleh situs resmi Kementerian Pertahanan Iran, personel militer berdiri di dekat peti mati terbungkus bendera Mohsen Fakhrizadeh, seorang ilmuwan yang terbunuh pada hari Jumat, saat upacara pemakaman di Teheran, Iran, Senin, 30 November, 2020.
Rep: Dwina Agustin Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menjadi ilmuwan nuklir di Iran berarti berada dalam bahaya. Selama dekade terakhir, setidaknya lima orang meninggal dunia dalam pengeboman kendaraan dan baku tembak.

Orang yang diduga sebagai arsitek program nuklir militer Iran bergabung dengan barisan yang terbunuh pada 27 November 2020. Pembunuh bersenjata menembak mati Mohsen Fakhrizadeh di mobilnya dalam penyergapan di kota Absard, di luar ibukota Teheran.

Fakhrizadeh merupakan perwira di Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran. Dia telah dikenal sebagai salah satu fisikawan paling terkenal di Iran karena karyanya pada program nuklir negara itu, Proyek 111. Ketika rekannya, Majid Shahriari, dibunuh pada 2010, PBB menggambarkan Fakhrizadeh sebagai pemimpin dalam upaya Teheran untuk memperoleh hulu ledak nuklir.

Baca Juga

Dilansir Fars News pada Senin (29/11), Wakil Kepala Kehakiman dan Kepala Markas Besar Hak Asasi Manusia Iran Kazzem Qaribabadi mengatakan pembunuhan ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh adalah pelanggaran terang-terangan terhadap hak asasi manusia. Badan-badan internasional harus mengejar kejelasan dari kasus tersebut.

"Pembunuhan martir Fakhrizadeh, seperti pembunuhan ilmuwan nuklir terkasih lainnya yang menjadi martir, adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran hukum internasional dan hak asasi manusia," kata Qaribabadi pada kesempatan peringatan pertama pembunuhan Fakhrizadeh.

Qaribabadi mengkritik kelambanan dan keheningan organisasi internasional dan negara-negara yang mengklaim memerangi terorisme terhadap kejahatan ini. Dia mengatakan peradilan Teheran telah menyelesaikan penyelidikan hukum atas empat kasus pembunuhan ilmuwan nuklir dan putusan yang relevan akan segera diumumkan.

Di sisi lain, penyelidikan kriminal atas pembunuhan ini juga menjadi agenda Kantor Kejaksaan Teheran. Qaribabadi menyatakan sebuah kasus telah diajukan dan kasus-kasus lain akan segera diajukan.

"Kami berharap dengan koordinasi dan kerja sama badan-badan terkait lainnya, kami akan mengejar dan menyelidiki kejahatan ini di kancah internasional juga," kata Qaribabadi.

Mobil Fakhrizadeh menjadi sasaran ledakan dan tembakan senapan mesin di Absard Damavand 40 kilometer di sebelah Timur Teheran pada 27 November 2020. Ilmuwan nuklir itu dan salah satu temannya segera dibawa ke rumah sakit terdekat tetapi tidak dapat diselamatkan.

Setelah serangan itu, Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami menggarisbawahi pembunuhan Fakhrizadeh tidak merusak tekad Iran. Dia mengatakan balas dendam atas serangan teror sudah menjadi agenda negara.

"Musuh bangsa Iran, khususnya dalang, pelaku dan pendukung kejahatan ini, juga harus tahu bahwa kejahatan semacam itu tidak akan merusak tekad Iran untuk melanjutkan jalan yang mulia dan menghasilkan kekuatan ini, dan balas dendam serta hukuman yang keras sedang berlangsung. Ini agenda untuk mereka," tegas komandan IRGC itu dalam peringatan kematian.

Ilmuwan nuklir Iran telah menjadi target upaya pembunuhan badan mata-mata Barat dan Israel dalam beberapa tahun terakhir. Selain Fakhrizadeh, beberapa nama ilmuwan nuklir Iran telah dibunuh. Berikut daftarnya dikutip dari Middle East Eye.

1.Massoud Ali-Mohammadi
Massoud Ali-Mohammadi merupakan seorang profesor fisika partikel di University of Tehran. Dia terbunuh pada Januari 2010 oleh bom yang dikendalikan dari jarak jauh yang dipasang pada sepeda motornya.

Pada saat itu, otoritas pemerintah Iran serta rekan universitasnya bersumpah bahwa Ali-Mohammadi tidak ada hubungannya dengan program nuklir negara itu. "Dia adalah seorang profesor terkenal tetapi tidak aktif secara politik," kata direktur departemen sains University of Tehran Ali Moghari saat itu.

Namun, setahun sebelum pembunuhannya, Ali-Mohammadi telah menandatangani surat bersama dengan ratusan lainnya menyatakan dukungan untuk kandidat oposisi utama, mantan perdana menteri Mir Hussein Mousavi, dalam pemilihan presiden tahun itu. Hanya saja, setelah kematiannya, pihak berwenang Iran mencap Alimohammadi sebagai loyalis pemerintah dan menangkap beberapa tersangka dalam pembunuhannya, menuduh mereka bekerja untuk dinas intelijen Israel.

2. Majid Shahriari
Sebelas bulan kemudian, ilmuwan yang mengelola proyek besar untuk Organisasi Energi Atom (AEO), Majid Shahriari, juga terbunuh. Seorang pengemudi sepeda motor dilaporkan berhenti di mobil Shahriari dan memasang bom, membunuhnya dalam ledakan itu. Istri dan sopirnya terluka tetapi selamat.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad saat itu mengatakan serangan tersebut tidak diragukan lagi adalah tangan rezim Zionis dan pemerintah barat. Baik Amerika Serikat dan Israel membantah terlibat.

3. Darioush Rezaeinejad
Darioush Rezaeinejad menjadi ilmuwan Iran berikutnya yang mengalami nasib berdarah pada Juli 2011. Dua pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati Rezaeinejad pada suatu sore, melukai istrinya dalam serangan itu.

Sosok Rezaeinejad adalah mahasiswa doktoral di Khajeh Nasroldeen Toosi University. Dia diduga bekerja pada detonator nuklir, dan menurut laporan Israel, sering terlihat memasuki laboratorium nuklir di Teheran utara.

Pihak berwenang Iran menolak intelijen semacam itu. Mereka melukiskan Rezaeinejad tidak lebih dari seorang akademisi. "Siswa yang dibunuh tidak terlibat dalam proyek nuklir dan tidak memiliki hubungan dengan masalah nuklir," kata Menteri Intelijen Iran Heidar Moslehi saat itu.

4. Mostafa Ahmadi Roshan
Kurang dari setahun kemudian, pada Januari 2012, Mostafa Ahmadi Roshan menjadi target pembunuhan berikutnya. Pengendara sepeda motor lain digunakan dalam pembunuhan Roshan, naik ke mobilnya dan memasang bom magnet yang membunuh ilmuwan dan sopirnya.

Roshan adalah seorang profesor di universitas teknik di Teheran dan supervisor departemen di pabrik pengayaan uranium Natanz. Kematiannya terjadi sepekan setelah pejabat tinggi nuklir Iran mengumumkan produksi akan segera dimulai di situs pengayaan uranium utama kedua negara itu.

AS mengutuk pembunuhan itu dan membantah bertanggung jawab. Sementara juru bicara militer Israel merilis semacam penyangkalan non-penolakan dalam sebuah pernyataan di Facebook. "Saya tidak tahu siapa yang membalas dendam pada ilmuwan Iran itu. Namun, saya jelas tidak meneteskan air mata," tulis Brigadir Jenderal Israel Yoav Mordechai.

Pada Juni 2012, Iran mengumumkan pasukan intelijennya telah mengidentifikasi dan menangkap semua elemen teroris di balik pembunuhan ilmuwan nuklir negara itu. "Semua elemen yang terlibat dalam pembunuhan ilmuwan nuklir negara itu telah diidentifikasi dan ditangkap," Kementerian Intelijen Iran mengumumkan dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Intelijen Iran menyatakan sejumlah negara yang wilayah dan fasilitasnya telah disalahgunakan oleh tim teroris yang didukung Mossad telah memberikan informasi yang relevan kepada pejabat Iran. "Selama penyelidikan, semua elemen lain di balik pembunuhan ilmuwan Iran Massoud Ali-Mohammadi, Majid Shahriari dan Mostafa Ahmadi Roshan serta Reza Qashqaei (pengemudi Roshan) telah ditangkap," bunyi pernyataan itu.

"Beberapa pelaku pembunuhan Fereidoun Abbasi, kepala Organisasi Energi Atom Iran saat ini, termasuk di antara mereka yang ditangkap," tambah kementerian itu.

Kementerian Intelijen Iran telah mendeteksi beberapa pangkalan Mossad di dalam wilayah salah satu tetangga Barat Iran. Pangkalan ini diklaim memberikan pelatihan dan dukungan logistik kepada jaringan teroris.

 
Berita Terpopuler