Varian Omicron Picu Momen Darurat Tim Kesehatan Biden

Kehadiran varian Omicron membuat tim kesehatan pemerintah Biden gelar rapat darurat

EPA
Pakar penyakit menular AS, Anthony Fauci. Kehadiran varian Omicron membuat tim kesehatan pemerintah Biden gelar rapat darurat. Ilustrasi.
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kemunculan virus corona Omicron mendorong tim kesehatan pemerintah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggelar rapat darurat mengenai bagaimana menahan potensi lonjakan kasus infeksi di AS. Tiga pejabat pemerintah AS mengatakan tim itu juga membahas kebutuhan mempercepat pemberian vaksin booster dalam beberapa pekan ke depan.

Kehadiran virus corona varian baru itu juga menekankan pentingnya keharusan memperluas pasokan vaksin, terutama ke negara-negara berkembang yang angka imunisasinya rendah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali menerima laporan mengenai varian baru pada 24 November lalu.

Baca Juga

Varian ini tampaknya berpotensi meningkatkan risiko infeksi. Ilmuwan mengatakan varian ini yang menyebabkan lonjakan kasus infeksi provinsi terbesar di Afrika Selatan, Guateng, baru-baru ini dan kemudian menyebar ke seluruh negeri.

Varian ini telah terdeteksi di Afrika Selatan, Belgia, Hong Kong, Israel, dan Botswana. Pada Jumat (26/11) lalu WHO menetapkan varian itu sebagai 'varian yang sangat mengkhawatirkan'.

Masih banyak yang tidak diketahui mengenai Omicron termasuk di mana dan kapan varian itu pertama kali muncul dan apakah akan menyebabkan gejala parah. Namun varian ini telah berpotensi menekan respons pandemi Covid-19 di seluruh dunia dan memundurkan kemajuan dalam upaya menahan penyebaran virus.

Meski varian ini belum ditemukan di AS, tapi tim kesehatan Biden dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), Departemen Layanan Manusia dan Kesehatan, serta Gedung Putih menggelar serangkaian rapat selama dua hari terakhir. Mereka membuat rencana pada kasus infeksi varian Omicron di AS dan kemungkinan lonjakan kasus infeksi di seluruh negeri.

Tiga pejabat pemerintah AS mengatakan Washington masih memperdebatkan berapa lama menutup perjalanan dari negara-negara bagian selatan Afrika, apakah mengizinkan warga AS pulang, dan apakah perlu mengubah pedoman kesehatan publik untuk melindungi masyarakat AS dari potensi infeksi. AS sudah memberlakukan pembatasan perjalanan pada Senin (22/11) lalu tapi tidak berlaku bagi warga AS.

"Tidak ada bukti sudah ada di sini tapi saya akan terkejut jika pada akhirnya tidak tiba di sini," kata Kepala Medis Presiden AS Anthony Fauci kepada Politico, Ahad (28/11).

Hingga saat ini pemerintah meminta warga AS untuk mematuhi pedoman kesehatan yang dikeluarkan CDC dan mendaftarkan untuk vaksin booster dalam beberapa pekan ke depan. Belum ada rencana untuk mengimplementasikan langkah perlindungan yang lain.

Berkoordinasi dengan pejabat internasional di Afrika Selatan dan Israel, Fauci dan petinggi tim kesehatan Biden telah meninjau data terbatas mengenai Omicron. Set data itu fokus pada varian mana yang dapat menyebar.

Bersama pejabat-pejabat CDC pada Jumat lalu, Fauci memberi pengarahan pada Joe Biden. Ia menyarankan untuk menutup perjalanan dari tujuh negara di bagian selatan Afrika termasuk Afrika Selatan.

"Satu hal yang sudah jelas (Omicron) sangat menular. Alasan Anda menutup perbatasan adalah untuk mengulur waktu sehingga Anda memiliki persiapan yang lebih baik dan belajar lebih banyak mengenai varian itu, penularannya, potensi evansi pada respon imun, dan keparahan gejala yang ditimbulkannya," papar Fauci.

Ilmuwan-ilmuwan di Afrika Selatan mengatakan butuh dua pekan untuk mempelajari varian ini dan mengetahui seberapa baik virus itu dapat menghindari imunitas vaksin. Omicron yang banyak bermutasi mendorong peningkatan pengawasan dan tes genetik. Akan tetapi belum diketahui tepatnya seberapa baik virus itu beradaptasi atau ancaman apa yang ditimbulkannya pada populasi dunia.

"Dapat dibayangkan ini hanya virus yang sangat menular mungkin tidak berdampak besar pada keseriusan infeksi," kata Fauci.

Ia menambahkan meski terinfeksi virus tersebut mungkin masyarakat tidak perlu dirawat di rumah sakit. Kemunculan Omicron juga meningkatkan kekhawatiran pemerintah internasional dan perwakilan kesehatan mengenai kebutuhan menyalurkan vaksin ke negara pendapatan rendah seperti di Afrika dalam beberapa pekan kedepan.

"Ini ketakutan terburuk yang menjadi kenyataan," ujar kepala advokasi kesehatan dan respons pandemi UNICEF Lily Caprani.

"Taruhannya sangat tinggi karena banyak (negara-negara selatan Afrika) yang memiliki sistem kesehatan yang benar-benar rentan. Tidak hanya karena akses mereka pada vaksin sangat rendah, konsekuensi bagi sistem kesehatan mereka jika terjadi lonjakan kasus akan benar-benar menimbulkan bencana, dan artinya risiko pada anak-anak dan keluarga sangat tinggi," katanya.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, saat ini dunia sudah menyalurkan 7,89 miliar dosis vaksin. Pakar kesehatan mengatakan untuk menghilangkan pandemi Covid-19 maka harus ada 11 miliar vaksin yang disalurkan.

 
Berita Terpopuler