Imam Besar Istiqlal Ajak Guru Madrasah Sebar Islam Toleran

Guru sewajarnya memiliki filosofi yang utuh dalam memandang perbedaan.

Prayogi/Republika.
Imam Besar Istiqlal Ajak Guru Madrasah Sebar Islam Toleran. Founder Nasaruddin Umar Office (UNO) yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar Memberikan Sambutan saat Peluncuran Buku dan Doa Bersama untuk Bangsa di Jakarta, Jumat (5/11). Kegiatan ini dimaksudkan sebagai doa dan upaya mendokumentasikan secara utuh segenap karya dan pemikiran Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus juga peganugrahan MURI kepada KH Nasaruddin Umar sebagai penulis kolom terbanyak secara berkesinambungan.Prayogi/Republika
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Prof KH Nasaruddin Umar mengajak para guru madrasah dan pesantren menyebarkan Islam yang toleran. Guru sewajarnya memiliki filosofi yang utuh dalam memandang perbedaan, sebagaimana Alquran sendiri terbuka dan mengakui agama-agama lainnya.

Baca Juga

Pernyataan itu disampaikan Prof Nasaruddin saat memberikan ceramah kunci pada Program Internasional Peningkatan Kapasitas Guru Madrasah dan Pesantren untuk Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang digelar oleh Masjid Istiqlal dan Institut Leimena, Senin (22/11).

“Saya ingin guru madrasah menjadi contoh bagi guru-guru lain. Bagaimana caranya, dengan mendeklarasikan kepada anak-anak didik kita bahwa sejak semula Alquran mentolerir perbedaan,” ujar Prof Nasaruddin dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (27/11). 

Wakil Menteri Agama tahun 2011-2014 itu mengatakan, umat Islam wajib meyakini agamanya terbaik, namun jangan sampai melarang orang yang berbeda untuk berkeyakinan sama. Menurut dia, konsep Alquran dalam beragama sangat jelas yaitu lakum dinukum waliyadin, yang artinya “untukmu agamamu dan untukku agamaku” (QS. Al-Kafirun ayat 6).

“Saya mengakui agama Islam paling baik, paling benar, itu ada ayatnya. Tapi jangan melarang orang lain berkeyakinan sama. Agama Protestan paling baik, monggo. Tapi jangan kita saling mengusik,” ucap Prof Nasaruddin.

Menurut Rektor PTIQ Jakarta ini, sangat jarang kitab suci secara eksplisit memberikan pengakuan terhadap agama lain. Namun, Alquran justru menyebut agama Nasrani dan Yahudi bahkan aliran kepercayaan Majusi.

 

 

“Kitab suci Alquran sangat terbuka, 17 kali memberikan pengakuan terhadap agama Nasrani, Katolik, Protestan, dan 15 kali memberikan pengakuan, penyebutan terhadap agama Yahudi,” kata Prof Nasaruddin.

Dia menjelaskan, sebutan orang kafir dalam surat al-Kafirun bukan merujuk kepada umat beragama lain termasuk Nasrani atau Yahudi, melainkan para penyembah berhala. Alquran memiliki empat terminologi tentang penyembah, sehingga perlu berhati-hati dalam memahami maknanya agar tidak mudah mengkafirkan orang lain.

“Jangan mengatakan yang dimaksud (surat Al Kafirun) adalah Nasrani atau Yahudi. Bukan. Jadi jangan alergi terhadap agama Nasrani dan Yahudi. Jangan alergi dengan Nabi Isa yang di sana disebut Yesus Kristus atau Nabi Musa yang di sana disebut Moses,” jelasnya.

Prof Nasaruddin menambahkan, Alquran dalam akhir surat Al Baqarah juga tidak membedakan nabi dan rasul. Umat Muslim mengakui Nabi Muhammad SWT sebagai nabinya, namun jangan mengingkari kenabian dan kerasulan orang lain.

 

“Tentu seluruh nabi dan rasul Allah masuk surga, bukan saja nabi dan rasulnya, tapi pengikut setia para nabi dan rasul pun dijanjikan surga. Jadi surga bukan monopoli umat Islam, umatnya Nabi Muhammad,” katanya.

 
Berita Terpopuler