Kunci Sukses Chelsea, City, dan Liverpool: Pertahanan Kuat

Tim besutan Guardiola, Tuchel, dan Klopp kini yang terbaik di Liga Inggris.

istimewa
Pelatih Manchester City Pep Guardiola dan pelatih Liverpool Juergen Klopp (kiri).
Rep: Muhammad Ikhwanuddin Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tiga klub teratas penghuni klasemen sementara Liga Primer Inggris, Chelsea, Manchester City, dan Liverpool berhasil mengumpulkan poin terbanyak dibandingkan klub peserta lainnya. Tak hanya menyoal perolehan poin, ketiganya juga impresif dalam urusan bertahan.

Jika memerhatikan jumlah gol kebobolan, ketiganya adalah yang terbaik sejauh ini. Chelsea yang memuncaki klasemen, hanya kemasukan empat gol dari 12 pertandingan Liga Primer edisi 2021/2022.

Sementara Manchester City, lapisan pertahanannya sejauh ini hanya kebobolan enam kali. Kemudian Liverpool, ada 11 gol yang diciptakan pemain lawan ke gawang the Reds. Ketiga tim teratas juga menjadi tim paling produktif dalam mencetak gol.

Catatan Chelsea, Manchester City, dan Liverpool tentu tidak layak dibandingkan dengan Manchester United (MU) saat ini. Pasalnya, MU sudah kebobolan sebanyak 21 kali dan hanya bisa mencetak gol 20 kali.

Peran para pelatih menjadi salah satu yang paling penting dalam aspek ini. Untuk MU, perjuangan Ole Gunnar Solskjaer selama memimpin musim 2021/2022 harus berakhir karena timnya tidak konsisten selama beberapa bulan ke belakang.

Jika melirik Thomas Tuchel bersama Chelsea, laman Marca pada Jumat (26/11), melaporkan bahwa Tuchel sudah membukukan 12 clean sheet di semua kompetisi. Juru taktik asal Jerman itu berhasil mengembangkan formasi 3-5-2 dengan menaruh tiga bek tengah di belakang dan menaruh bek kiri dan kanan menjadi sayap.

Performa kiper the Blues, Edouard Mendy, juga layak mendapat pujian karena cepat beradaptasi dengan dinamika sepak bola Inggris. Ia juga dianggap sukses mengganti posisi Kepa Arrizabalaga yang fluktuatif dalam menjaga gawang.

Sementara Manchester City, Pep Guardiola dinilai cenderung mengutamakan tekanan ketat kepada pemain lawan dan mengarahkan pemain agar bisa merebut bola dengan cepat. Setelah itu, Guardiola sukses menerapkan pola serangan balik kilat untuk memberi efek kejut kepada lawan.

Hal serupa juga diadaptasi oleh Juergen Klopp. Mantan pelatih Borussia Dortmund itu mengomandoi pemain Liverpool untuk menjaga kedalaman di zona pertahanan dan menerapkan serangan cepat. Peran Andy Robertson dan Trent-Alexander Arnold menjadi sangat penting untuk mengalirkan bola dari samping.

Baca Juga

Uniknya, taktik Tuchel, Guardiola, dan Klopp menjadi inspirasi bagi pelatih di liga lain. Bo Svensson yang kini menangani Mainz misalnya, mengaku meniru strategi pelatih Liga Primer Inggris.

Meski saat ini menduduki peringkat kedelapan di pekan ke-12 Bundesliga Jerman musim 2021/2022, Mainz menjadi tim kedua yang kebobolan paling sedikit, 12 gol. Mainz bahkan lebih baik dibandingkan pemimpin klasemen sementara, Bayern Muenchen yang kejebolan 13 gol.

Pelatih Chelsea Thomas Tuchel. - (EPA-EFE/ALESSANDRO DI MARCO)

 

 


Svensson pernah menimba filosofi sepak bola Tuchel dan Klopp saat masih bermain untuk Mainz. Kala itu, dirinya mengaku mendapat banyak pelajaran dari rekan setimnya.

"Tentu, saya beruntung mendapat pengalaman dan pola kerja mereka. Cara mereka menghadapi orang dan memimpin melekat pada diri saya. Semua aspek itu mengilhami saya untuk memimpin pertandingan sebagai pelatih," kata Svensson dikutip dari Marca, Jumat (26/11).

Menurut Svensson, sangat aneh jika pelatih tak terinspirasi oleh pola taktik mantan rekannya. Sebab dari strategi itu, sudah terbukti menghasilkan gelar Liga Primer Inggris hingga Liga Champions. Ia berharap bisa terus belajar dari Tuchel dan Klopp, termasuk Guardiola. "Hal yang gila jika tidak mengadopsi cara pelatih terbaik di dunia (mengolah taktik)," jelasnya.

 
Berita Terpopuler