Masjid Harus Didorong Wujudkan SDGs

Peran asosiasi atau perhimpunan masjid sangat dibutuhkan agar pencapaian SDGs

Republika/Yogi Ardhi
ILUSTRASI SUNSET, MENARA MASJID, ILALANG, SILUET
Rep: Arie Lukihardianti Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, BANDUNG -- Masjid-masjid di Indonesia harus di dorong menjadi miniatur terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) di tingkat komunitas. Oleh karena itu, peran asosiasi atau perhimpunan-perhimpunan masjid sangat dibutuhkan agar pencapaian SDGs masjid dan komunitasnya terorganisasikan dengan baik.

Salah satu bentuk dukungan asosiasi masjid adalah menjadi wadah untuk menyebarkan dan mengkolaborasikan praktik-praktik terbaik (best practices) program-program SDGs di antara sesama masjid. Asosiasi masjid terutama diharapkan berperan mendorong anggotanya berkontribusi dalam pencapaian sasaran-sasaran pendidikan maupun ekonomi dalam SDGs.

Demikian beberapa kesimpulan utama dari Seminar/Webinar Ilmiah Masjid (S/WIM) III 1443 H/2021 M, yang diselenggarakan Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) bekerja sama dengan Masjid Salman ITB pada Sabtu-Ahad, 20-21 November 2021. Acara yang diikuti lebih kurang 400 orang peserta ini mengangkat tema besar: “Mendorong Peran Masjid dalam Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia: Skenario & Strategi Pasca Pandemi Covid-19”.

Menurut Ketua YPM Salman ITB Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Prof Suwarno, Seminar/Webinar Ilmiah Masjid adalah kegiatan yang telah dilaksanakan rutin setiap tahun oleh AMKI sejak tahun 2019 bekerja sama dengan Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman ITB.

"Isu SDGs diangkat sebagai tema seminar pada tahun ini melihat kondisi pencapaian target SDGs Indonesia yang semakin memprihatikan sejak pandemi Covid-19 merebak di dunia dua tahun terakhir ini," ujar Suwarno dalam siaran persnya, Rabu (24/11).

Pencapaian target SDGs memprihatinkan, kata dia, antara lain terlihat dari Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) Indonesia yang stagnan bahkan memburuk. Misalnya, BPS pada Juli 2021 merilis persentase penduduk usia muda Indonesia tanpa kegiatan (Not in Employment, Education or Training—NEET) sebesar 24,28 persen.

"Ini berarti, nyaris 1 dari 4 pemuda usia produktif di Indonesia, bukan saja tidak bekerja melainkan juga tidak melakukan apa-apa," katanya.

Dalam aspek pendidikan, kata dia, angka partisipasi sekolah di perdesaan kurang dari 20 persen. Di sisi lain, angka dispensasi pernikahan usia dini sepanjang Covid-19 mencapai 64 ribu kasus.

Angka-angka IPP yang memprihatinkan tersebut, kata dia, tentunya semakin memperlemah produktivitas bangsa ini. Hal ini antara lain diindikasikan oleh stagnannya pertumbuhan ekonomi Indonesia (middle income trap) di angka 5 persen sejak 2011. Bahkan, sempat menyentuh minus 2,03 persen pada tahun 2020.

"Produktivitas yang mendorong pertumbuhan ekonomi hanya dapat tercapai jika pembangunan ekonomi berjalan selaras dengan pembangunan manusia dan pelestarian alam. Keselarasan ini dikenal sebagai prinsip People-Prosperity-Planet dalam wacana SDGs," paparnya.

Webinar Ilmiah Masjid III, kata dia, diharapkan dapat menjadi ajang berbagi gagasan maupun pengalaman kegiatan berbagai masjid, khususnya dalam konteks pencapaian SDGs. Selain itu, seminar Ilmiah yang menjadi kegiatan rutin tahunan AMKI ini diharapkan menjadi wadah menumbuhkan dan mengasah budaya intelektual di kalangan para aktivis dan takmir masjid.

“Tanpa budaya intelektual yang kokoh, tidak mungkin peradaban Islam akan kembali bangkit dan bersemi,” katanya.

Di samping itu, kata dia, seminar Ilmiah rutin ini diharapkan dapat berkontribusi menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi umat dan bangsa dalam menghadapi masa depan.

“Masyarakat dunia termasuk Indonesia tengah berhadapan dengan gejala Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity (VUCA) dalam berbagai aspek kehidupan. Masjid-masjid kampus perlu berkontribusi menghasilkan pemikiran-pemikiran untuk menghadapi hal ini,” paparnya.



Sementara menurut Ketua Umum AMKI yang juga menjabat sebagai Ketua Senat Akademik ITB, AMKI sebagai penyelenggara kegiatan seminar/webinar ilmiah masjid untuk organisasi perhimpunan masjid-masjid kampus se-Indonesia yang berdiri pada tahun 2004. Asosiasi ini berdiri sebagai hasil kesepakatan Kongres Masjid Kampus I di Masjid Salman ITB pada 29-30 Mei 2004.

Saat ini, kata dia, AMKI beranggotakan sekitar 200 masjid dari berbagai kampus PTN maupun PTS di seluruh Indonesia.  Program-program AMKI utamanya berfokus pada pembinaan kepemimpinan di tengah generasi muda kampus, serta pengelolaan dan pemberdayaan masjid-masjid di kampus agar lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

Seminar ilmiah tersebut, berlangsung secara daring dibagi ke dalam dua sesi. Yakni, sesi pleno dan sesi presentasi paralel. Pada sesi pleno, hadir para pembicara nasional yaitu Prof Wawan Dhewanto (Guru Besar Kewirausahaan Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB dan salah seorang konseptor program One Pesantren One Product/OPOP), Dr Itje Chodidjah (Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO), Prof Abdul Hamid Habbe (Guru Besar Fak. Ekonomi dan Bisnis Unhas), serta Ir. Adiwarman Azwar Karim (Komisaris Bank Syariah Indonesia).

Sedangkan pada sesi presentasi paralel di siang hingga sore hari, tampil 70 orang penyaji dari kalangan akademisi, takmir maupun aktivis masjid, serta para aktivis LSM. Topik diskusi yang disajikan merentang dari isu pendayagunaan zakat-infak-sedekah-wakaf untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan, peran masjid dalam circular economy, peran masjid dalam kedaulatan pangan, teknologi ramah lingkungan di masjid, pendidikan bermutu hingga pengasuhan keluarga berbasis masjid.

Hasil-hasil diskusi tersebut akan dituliskan para penyaji menjadi makalah lengkap, yang sebagaimana tahun-tahun sebelumnya diterbitkan YPM Salman ITB dalam Prosiding Seminar Ilmiah Masjid.

 
Berita Terpopuler