Ledakan Operasi Plastik di Kalangan Muda Iran

Operasi plastik sangat populer di kalangan anak muda di Iran terutama saat pandemi

REUTERS/Bernadett Szabo
Operasi plastik. (ilustrasi)
Rep: Kiki Sakinah Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, TEHERAN -- Operasi plastik telah sangat populer di kalangan anak muda di Iran selama beberapa dekade. Namun, sejak Covid-19, tren tersebut telah mendapatkan momentum yang serius. Semakin banyak orang Iran yang menunjukkan minat untuk mengubah penampilan mereka, terlepas dari risiko yang sangat nyata.

Salah satu dari banyak orang di Iran yang telah menjalani operasi plastik sejak awal pandemi Covid-19 adalah Assal. Wanita berusia 21 tahun itu telah lama terobsesi dengan hidungnya. Sampai saat ini, dia merasa terlalu sadar diri tentang penilaian orang lain. Sehingga, ia melakukan apapun tentang hal itu.

"Saya ingin menghilangkan benjolan di hidung saya untuk waktu yang cukup lama, tetapi saya selalu takut dengan operasi, terutama karena saya tidak ingin rekan kerja saya mengetahuinya," ungkap Assal kepada Middle East Eye, dilansir Senin (22/11).

Di bawah aturan pembatasan karena pandemi, mereka bekerja dari rumah. Itulah sebabnya Assal memutuskan untuk mengambil kesempatan untuk melakukan operasi plastik dan menyelesaikan pekerjaan itu.

"Meskipun masih terlalu dini untuk mengatakan, saya pikir hidung saya terlihat lebih cantik sekarang daripada sebelumnya," ujarnya dengan perban masih terbentang di hidungnya.

Seorang dokter spesialis bedah plastik dan kosmetik mengatakan kepada kantor berita ISNA pada Maret lalu, bahwa setelah merebaknya pandemi Covid-19, keinginan untuk operasi kosmetik mengalami peningkatan. Hal itu menurutnya disebabkan fakta bahwa sejumlah besar pegawai pemerintah tidak perlu lagi hadir secara fisik di tempat kerja mereka, dan juga universitas dan sekolah ditutup.

Di samping itu, fakta bahwa banyak orang memiliki lebih banyak waktu luang. Menurutnya, lebih dari enam bulan kemudian, jumlahnya masih terus meningkat.

"Dalam beberapa bulan terakhir, jumlah pasien yang datang ke klinik saya dan rekan-rekan yang meminta operasi kosmetik meningkat secara signifikan," kata Ali Ataei, spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT), kepada MEE.

"Pada bulan-bulan awal pandemi, ketika banyak klinik bedah kosmetik tutup, kami tidak melakukan operasi, tetapi beberapa rekan dokter melakukannya di klinik mereka sendiri secara diam-diam," tambah Ataei.

Operasi kosmetik yang paling umum dilakukan di Iran adalah operasi hidung (rhinoplasty). Namun, jenis operasi plastik lainnya juga semakin populer, seperti pembesaran payudara, pengangkatan alis dan kelopak mata, dan operasi rekonstruktif seperti prosedur pembentukan tubuh.

Body contouring (pembentukan tubuh), atau body sculpting, adalah sejenis operasi plastik yang bertujuan untuk membentuk kembali bagian-bagian tubuh. Operasi ini bisa melibatkan penghilangan lemak, penyuntikan ulang di bagian tubuh yang berbeda, dan pencukuran tulang.

Warga Iran lainnya, Elnaz (26), baru-baru ini menjalani operasi pembesaran payudara. Ia mengaku merasa selalu tidak senang dengan ukuran payudaranya yang kecil, sehingga banyak gaun untuk pesta yang dinilainya tidak cocok untuknya.

Elnaz bekerja sebagai sekretaris untuk sebuah perusahaan. Karena itu, dia memutuskan untuk menjalani prosedur operasi kosmetik selama pandemi ini.

"Karena kerja jarak jauh, pekerjaan saya berkurang hampir nol, dan saya tidak punya banyak pekerjaan kecuali menyiapkan surat dan mengirim beberapa email perusahaan. Itu sebabnya saya memutuskan untuk menyelesaikannya," ujar Elnaz.


Seorang ahli bedah plastik, yang tidak ingin disebutkan namanya, menjelaskan kepada MEE mengapa bedah kosmetik memiliki daya tarik seperti itu di Iran. Ia mengatakan, perhatian masyarakat terhadap penampilan fisik dan bagaimana seseorang terlihat menjadi jauh lebih umum daripada sebelumnya. Menurutnya, masalah ini justru bertambah besar selama pandemi virus corona.

"Mungkin alasan utama untuk ini harus dipelajari oleh psikolog. Namun, saya pikir kebosanan akibat isolasi yang lama di rumah, bersama dengan keinginan lama untuk terlihat lebih cantik, telah membuat orang tertarik pada operasi semacam itu," katanya.

Namun di balik penampilan yang dianggap akan lebih cantik, ada sisi gelap dari ledakan operasi plastik ini. Seorang pejabat di Organisasi Kedokteran Hukum Iran, Babak Sakahshiur, mengatakan pada 27 Oktober 2021 lalu bahwa jumlah operasi kosmetik di Iran tampaknya lebih tinggi daripada rata-rata global.

"Masalah yang sama telah menyebabkan peningkatan jumlah keluhan (tuntutan) di bidang kecantikan baru-baru ini, dan banyak orang tidak puas dengan hasil operasi mereka dan telah mengajukan keluhan terhadap dokter," katanya.

Namun, Salahshour tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang berapa banyak keluhan hukum yang telah dibuat terhadap ahli bedah plastik. Ia mengatakan, peningkatan permintaan telah disertai dengan peningkatan prosedur yang dilakukan dengan murah oleh orang-orang yang tidak memiliki keahlian atau kualifikasi bedah yang diperlukan.

"Sayangnya, banyak orang yang tidak terspesialisasi membodohi orang dengan iklan Instagram dan memikat mereka ke dalam bisnis mereka dengan menawarkan diskon, meskipun faktanya itu dapat membahayakan kesehatan mereka," kata seorang ahli bedah plastik di Teheran, yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya, kepada MEE.

"Masalah klinik dan anestesi yang berkualitas bukanlah lelucon. Jika orang yang melakukan operasi tidak memiliki keahlian dalam profesinya, pasien bisa kehilangan nyawanya," tambah ahli bedah tersebut.

Peningkatan jumlah operasi plastik juga mengejutkan banyak orang. Pasalnya, ekonomi Iran telah hancur di bawah sanksi asing, dan banyak orang di negara itu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan.

Rial Iran terus terdepresiasi terhadap dolar AS, dengan inflasi mencapai rekor tertinggi baru setiap bulan. Bagi mereka yang mungkin masih tergoda dengan operasi plastik, daya pikat prosedur yang lebih murah sangat kuat, tetapi berpotensi fatal.

Risiko dari operasi plastik membuat salah seorang warga Iran ini urung diri melakukannya. Niloufar (31) mengatakan dia telah merencanakan untuk melakukan sedot lemak, namun berubah pikiran setelah menyaksikan apa yang terjadi pada seorang kerabat.

"Sepupu saya, yang berusia 40 tahun dan memiliki dua anak, memutuskan untuk menjalani operasi untuk menghilangkan kerutan di perutnya. Meskipun dia melakukan operasi ini di klinik khusus dan sepenuhnya profesional, dia tidak pernah sadar kembali setelah operasi, menyusul masalah anestesi," ujarnya.

"Empat bulan kemudian, sepupu saya masih koma. Dia tidak mati atau hidup. Dokter mengatakan dia tidak akan hidup kembali," tambah Niloufar.

 
Berita Terpopuler