Dua Dosis Vaksin tak Lagi Relevan, Booster Masih Belum Pasti

Ahli menyebut vaksinasi lengkap Covid-19 adalah tiga dosis suntikan.

ANTARA/Fauzan
Warga melintas di depan mural bertema vaksin COVID-19 di Tanah Tinggi, di Kota Tangerang, Banten, Senin (22/11/2021). Menurut data Satgas COVID-19 per tanggal 22 November 2021 pukul 18.00 WIB, sebanyak 135 juta masyarakat telah mengikuti vaksin tahap pertama dan 89 juta orang sudah mendapat vaksin dosis kedua dari target 208 juta orang untuk sasaran vaksin nasional.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Fauziah Mursid, Antara

Dua dosis suntikan vaksin Covid-19 saat ini tak lagi relevan disebut vaksinasi lengkap. Banyak penelitian telah menegaskan bahwa, imunitas menurun enam bulan setelah disuntik dua dosis vaksin.

"Bicara konteks sekarang dengan varian baru, menurunnya imunitas, yang disebut vaksinasi penduduk itu bukan dua kali suntik, harus tiga kali suntik. Jadi definisi vaksinasi penuh itu bukan dua kali suntik, itu sudah tidak relevan dengan riset saat ini," kata epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman dalam sebuah diskusi daring, Senin (22/11).

Dengan redefinisi vaksinasi lengkap tiga dosis, menurut Dicky, cakupan vaksinasi di Indonesia saat ini masih jauh dari target untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Meski, ia mengakui, imunitas terhadap Covid-19 juga bisa didapatkan secara alami dari adanya infeksi yang terjadi di masyarakat (penyintas).

"Yang disebut cakupan 90 persen, 85 persen, 80 persen itu yang tiga kali suntik. Artinya masih jauh, karena sekarang yang dosis dua kali pun masih mengarah 50 persen, artinya perjalanan masih panjang," katanya.

Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia Prof Zubairi Djoerban pun mengatakan, vaksinasi dosis ketiga penting dilakukan. Menurutnya, vaksin booster bisa dilakukan dengan vaksin yang tersedia.

"Negara-negara yang masyarakat sudah banyak disuntik vaksin dua dosis kini mengalami peningkatan kasus Covid-19, karenanya penting vaksin booster," kata Zubairi, Kamis (18/11) pekan lalu.

Baca Juga

Menurut Zubairi, booster bisa dengan merek vaksin yang sama di dua dosis sebelumnya atau vaksin yang berbeda. Vaksinasi booster bisa dilakukan enam bulan setelah vaksin dosis kedua.

Zubairi memastikan, vaksin booster aman selayaknya vaksin dosis pertama dan kedua. "Vaksin booster aman buat usia lanjut seperti saya yang sudah hampir 75 tahun, dan memiliki komorbid, saya diabet, darah tinggi dan pernah operasi jantung," katanya.

Sementara, vaksinolog Dr. dr. Sukamto Koesno menambahkan, ada masa di mana kekebalan yang dirangsang oleh vaksin pada waktu tertentu akan turun. Karenanya perlu diberikan booster dengan

harapan antibodi yang telah menurun bisa meningkat kembali.

"Pada prinsipnya vaksin yang akan digunakan sebagai booster, sama atau berbeda, yang bisa untuk meningkatkan antibodi," tuturnya.

In Picture: Capaian Vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta

Tenaga kesehatan menyuntikan Vaksin Covid-19 dosis kedua pada warga di Puskesmas Cilandak Timur, Jakarta, Senin (22/11). Vaksinasi tersebut diberikan kepada warga DKI Jakarta dengan kuota per hari sebanyak 200 orang, sementara itu vaksinasi di DKI Jakarta telah mencapai 8,84 juta warga yang mengikuti vaksinasi dosis kedua, diantaranya 70 persen merupakan warga ber-KTP DKI dan 30 persen warga KTP Non DKI dan untuk vaksinasi dosis pertama jumlahnya mencapai 11,04 juta warga yang daintaranya 67 persen merupakan warga ber-KTP DKI dan 33 persen warga KTP Non DKI. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

 

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, pekan lalu, mengatakan rencana pemberian vaksin booster dosis ketiga bagi masyarakat umum masih menunggu dilakukan pengkajian. Saat ini, vaksin booster ketiga baru dilakukan untuk tenaga kesehatan.

"Rencana perluasan target penerima vaksin booster ketiga di luar kategori tenaga kesehatan dapat dilakukan segera setelah adanya pengkajian terlebih dahulu. Salah satunya berdasarkan pada data  hasil seroprevalensi yang saat ini dilakukan oleh kementerian kesehatan dan kementerian dalam negeri," ujar Wiku.

Wiku mengatakan, saat ini Pemerintah masih fokus untuk mencapai target vaksinasi dosis pertama sebesar 70 persen dari target penerima vaksin di akhir Desember 2021. Karena itu, vaksin booster ketiga untuk umum akan dilakukan usai capaian vaksin dosis pertama dan kedua terpenuhi.

Sementara, Wiku juga menanggapi pertanyaan terkait apakah vaksin booster ketiga akan dikenai biaya atau tidak. Wiku menegaskan pada dasarnya vaksin adalah hak setiap warga negara.

"Sekali lagi pemerintah menegaskan bahwa vaksin adalah hak setiap warga negara dan tidak akan dipungut biaya bagi target penerimanya," ujarnya.

Hingga Ahad (21/11), Satgas Covid-19 melaporkan jumlah warga Indonesia yang telah menerima dosis vaksin secara lengkap mencapai 89,22 juta jiwa. Data Satgas Covid-19 menyebutkan jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan dua dosis vaksin Covid-19 per hari ini bertambah 460.144 menjadi 89.220.341 orang.

Sementara itu, jumlah penerima vaksin dosis pertama yang tercatat hari ini sebanyak 393.277 jiwa. Dengan tambahan tersebut, jumlah penerima vaksin dosis pertama menjadi 134.418.286 jiwa, sedangkan vaksinasi untuk dosis ketiga sebanyak 1.203.846 orang.

Pemerintah berencana memvaksinasi penduduk di Tanah Air sebanyak 208.265.720 juta orang. Dengan demikian, suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 sudah diberikan pada 64,54 persen dari total 208.265.720 warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19. Sementara warga yang sudah selesai menjalani vaksinasi baru mencapai 42,83 persen dari total sasaran.

Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro mengingatkan kepada masyarakat akan pentingnya meningkatkan kekebalan bersama ketimbang mencari vaksin Covid-19 booster.

"Hanya dengan bersama-sama kita bisa mengakhiri pandemi ini. Bukan suntikan booster yang seharusnya kita cari, tapi booster untuk meningkatkan kekebalan bersama yang harus kita fokuskan saat ini," ujar Reisa.

Reisa juga mengutip pernyataan dr Maria Van Kekrhove dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan vaksin harus menjangkau orang-orang yang paling membutuhkan. "Jadi, bukan hanya tentang berapa cakupan vaksin yang sudah kita capai, tetapi juga tentang siapa saja yang sudah divaksinasi," kata dia.

 

Booster vaksin Covid-19 - (Republika)

 

 
Berita Terpopuler