10 Impian Indonesia Ala Kader Muhammadiyah Jebolan Harvard 

Kader Muhammadiyah Sukidi menawarkan 10 impian Indonesia

istimewa
Akademisi lulusan Harvard University yang juga pengurus Muhammadiyah Surakarta, Sukidi, menawarkan 10 impian Indonesia
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gagasan The Indonesian Dreams saat ini tengah mendapatkan perhatian luas dari berbagai kalangan. Pemikiran tentang Impian Indonesia ini digagas Sukidi PhD. 

Baca Juga

Dia adalah salah satu kader terbaik Muhammadiyah, pemikir Muslim, dan seorang penulis.

Sukidi lahir pada 2 Agustus 1976 dari keluarga petani asal Sragen, Jawa Tengah. Kendati demikian, Sukidi berhasil kuliah hingga ke Universtias Harvard, Amerika Serikat. 

Di kampus ternama inilah dia meraih doktor dalam studi Islam dan agama-agama di The Graduate School of Arts and Sciences pada 2019 lalu.

Sukidi mengawali pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah yang berlokasi di Desa Pengkol, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Di kampung halamannya ini, ia kemudian meneruskan ke jenjang Madrasah Tsanawiyah.

Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Negeri program khusus yang saat itu didirikan oleh Menteri Agama RI, Prof Munawir Sjadzali. 

Program khusus ini memberikan bekal yang cukup baik dalam studi Islam, sehingga minat Sukidi terhadap studi Islam mulai tumbuh.

“Yang mengubah perjalanan hidup saya adalah antara lain berkat Madrasah Aliyah Negeri program khusus itu,” ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (20/11).

Setelah lulus dari Madrasah Aliyah, dia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah dengan mengambil jurusan Peradilan Agama di Fakultas Syariah. Setelah lulus sebagai sarjana, Sukidi kemudian diangkat sebagai staf khusus Dubes RI di Norwegia.

Setelah pulang ke Tanah Air, Sukidi memilih untuk bekerja di Yayasan Puan Amal Hayati yang dipimpin oleh Shinta Nuriyah Wahid (Istri Gus Dur). Di yayasan ini, dia bekerja untuk pemberdayaan perempuan melalui pesantren.

Setelah tiga tahun bekerja di yayasan tersebut, barulah dia melanjutkan studinya ke sejumlah perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat, seperti Universtas Ohio dan Universitas Harvard. Dia memperdalam ilmu di kampus swasta Amerika tersebut selama belasan tahun.  

Sukidi belajar hingga ke Amerika lantaran terinspirasi dari dua sosok pemikir Indonesia, yaitu Nurcholish Madjid (Cak Nur) dan Buya Syafi’i Ma’arif. “Saya terinspirasi dari almarhum Nurcholis Madjid dan Buya Syafii Ma’arif dalam studi Islam di Amerika,” ucap Sukidi.

Menurut dia, kedua gurunya tersebut juga memperoleh gelar doktornya di Universitas Chicago Amerika. Setelah itu, Cak Nur dan Buya Syafi’i kemudian mendedikasikan pemikirannya untuk Indonesia, serta berbakti melalui studi keislaman.

“Keduanya guru saya, saya mengenal baik Buya Syafi’i dan Cak Nur, dan Cak Nur yang memberikan rekomendasi kepada saya untuk studi ke Amerika,” katanya.

Mengikuti jejak gurunya, Sukidi pun ingin mendedikasikan pemikirannya untuk Indonesia. Bahkan, belum lama ini dia menggagas The Indonesian Dreams. Menurut dia, gagasan ini merupakan salah satu bentuk pengabdiannya untuk Indonesia.

“Itu juga panggilan untuk berbakti kepada Indonesia di tengah situasi krisis akibat pandemi atau krisis kesehatan publik. Saya ingin menggelorakan suatu spirit optimisme yang rasional tentang Indonesia yang kita cita-citakan,” jelas Sukidi.

Karena, lanjut dia, Indonesia yang maju dan demokratis tidak mungkin dibangun di atas fondasi pesimisme. “Karena itu The Indonesian Dreams ini adalah ikhtiar saya melanjutkan gagasan dari para pendiri bangsa tentang Indonesia yang kita cita-citakan,” ujarnya.

Dalam gagasannya ini, Sukidi mengajukan 10 impian tentang Indonesia, yaitu impian kebinekaan (dream of diversity), impian ketuhanan (dream of divinity), impian gotong royong (dream of togetherness, cooperation, and mutual assistance), impian kebebasan (dream of freedom), impian kemanusiaan (dream of humanity), impian persatuan (dream of unity), impian keadilan (dream of justice), impian kesetaraan (dream of equality), impian kesejahteraan (dream of welfare), dan impian demokrasi (dream of democracy).

Sukidi telah merumuskan satu per satu 10 impian Indonesia tersebut. Misalnya, dia menjelaskan bahwa Impian Kebhinnekaan adalah memimpikan Indonesia tegak di atas pondasi kebhinnekaan. 

Menurut dia, motto Bhinneka Tunggal Ika mengandaikan bahwa masyarakat Indonesia harus menjaga persatuan di tengah kebhinnekaan dari berbagai sudut pandang agama, suku, dan etnis.

Sedangkan impinan ketuhanan, menurut dia, memberikan suatu penegasan bahwa di tengah bangsa yang sedang menghadapi tantangan keagamaan, maka perlu digelorakan satu spirit bahwa negeri ini di bangun di atas rahmat Tuhan yang memberikan suatu penekanan pada ketuhanan yang matang, yang memberikan toleransi dan memberikan spirit kesetaraan kepada semua warga negara.

 

“Karena itu, impian ketuhanan ini memberikan suatu penegasan bahwa kita ini bangsa yang religus, tapi religiusitas kita itu memberikan ruang kebebasan kepada semua untuk menganut agama dan keyakinannya sesuai dengan tuntunan nuraninya,” jelas Sukidi.  

 
Berita Terpopuler