Periode Penuh Gejolak Newcastle United

Manajemen Newcastle menunjukkan tidak punya visi dan rencana yang jelas.

EPA-EFE/PETER POWELL
Penggemar Newcastle United sebelum pertandingan Liga Primer Inggris antara Newcastle United dan Tottenham Hotspur, Inggris, 17 Oktober 2021.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, NEWCASTLE -- Butuh waktu lebih dari dua pekan buat manajemen Newcastle United, di bawah kendali pemilik anyar, untuk menemukan pelatih baru sebagai pengganti Steve Bruce. Penunjukan Eddie Howe sebagai pelatih anyar the Magpies pun berjarak sebulan pasca-Newcastle resmi diakuisisi oleh konsorsium yang dimotori lembaga investasi milik Pemerintah Arab Saudi, Public Investment Fund (PIF).

7 Oktober 2021 menjadi momen bersejarah buat Newcastle. Kucuran dana mencapai 300 juta poundsterling, yang sebagian besar berasal dari PIF, mengakhiri 14 tahun periode kepemilikan Mike Ashley. Akhir dari era Mike Ashley itu sekaligus mengawali era baru buat klub yang bermarkas di Stadion Saint James Park tersebut di bawah pemilik anyar.

Kendati begitu, era baru Newcastle, yang baru berjalan kurang dari dua bulan, sudah diwarnai berbagai gejolak. Geliat dan langkah manajemen klub terkait upaya membangun kembali the Magpies terus menjadi sorotan.

Terlebih, status Newcastle yang disebut-sebut sebagai klub terkaya di Inggris menyusul pergantian kepemilikan tersebut. Sulitnya manajemen Newcastle dalam menemukan pelatih anyar menjadi gejolak terbesar pada bulan pertama the Magpies di bawah kendali pemilik baru.

Sejumlah nama pelatih, mulai dari Rafael Benitez, Paulo Fonseca, Unai Emery, Roberto Martinez, Lucien Favre, Joachim Low, Xavi, hingga Antonio Conte, disebut-sebut masuk radar the Magpies. Bahkan, Fonseca diketahui sudah melakoni serangkaian wawancara dengan manajemen Newcastle.

Namun, ujungnya eks pelatih AS Roma itu urung menukangi the Magpies. Pun dengan pernyataan terbuka pelatih Villarreal, Unai Emery, soal ketertarikan manajemen Newcastle.

Kendati begitu, setelah melakukan diskusi dengan petinggi Villarreal, eks pelatih Paris Saint Germain (PSG) itu memilih bertahan di the Yellow Submarine. Seolah sudah menjadi rahasia umum, Howe sebenarnya bukanlah pilihan utama manajemen Newcastle United untuk mengisi kekosongan kursi pelatih.

Mantan pelatih Bournemouth itu muncul sebagai alternatif usai kegagalan Newcastle memboyong pelatih-pelatih papan atas. Kegagalan membujuk pelatih-pelatih papan atas itu justru menunjukkan tidak adanya visi dan rencana yang jelas yang diusung manajemen Newcastle di bawah pemilik baru.

Baca Juga

Pemilik baru the Magpies dinilai cenderung naif dan tidak memiliki pemahaman yang lengkap soal proses yang berjalan di industri sepak bola. Anggapan ini diperkuat dengan kegamangan pemilik anyar Newcastle dalam mengevaluasi atau bahkan merombak personel di jajaran manajemen klub.

Alih-alih menunjuk direktur eksekutif klub yang baru, pemilik anyar malah tetap mempertahankan Lee Charnley. Terlepas dari rencana pemilik Newcastle untuk mempertahankan Charnley, the Magpies sebenarnya membutuhkan sosok baru yang lebih segar di posisi krusial tersebut. Pun dengan ditunjuknya direktur sepak bola yang baru.

Direktur klub Amanda Staveley dan suaminya Mehrdad Ghodoussi (kiri) berpose dengan pelatih Newcastle United yang baru diangkat Eddie Howe di St James Park, Newcastle upon Tyne, Inggris, Rabu, 10 November 2021. - (Owen Humphreys/PA via AP)


Padahal, posisi ini cukup penting untuk merancang visi dan rencana jangka panjang the Magpies, terutama dalam hal penguatan di tim utama. Nama mantan Direktur Sepak Bola Chelsea dan AS Monaco, Michael Emenalo, sempat disebut-sebut sebagai kandidat terkuat untuk mengisi jabatan ini.

Saat masih menjabat sebagai Direktur Sepak Bola Chelsea, Emenalo menjadi sosok penting dalam keputusan Chelsea merekrut Mohamed Salah, Kevin de Bruyne, dan Thibaut Courtois.

Namun, hingga kini, bergabungnya Emenalo ke Newcastle masih terus bertahan menjadi sebatas rumor. Amanda Staveley, yang membidani peralihan kepemilikan Newcastle dan duduk menjadi salah satu pemilik the Magpies, mengakui, satu bulan terakhir menjadi masa yang begitu sibuk buat dirinya.

''24 jam sehari, kecuali untuk tidur selama beberapa jam. Sebulan terakhir benar-benar melelahkan. Benar-benar waktu yang sangat menantang. Kami tidak ingin mengecewakan semua pihak, terutama fan klub. Apabila kami berbuat kesalahan, maka akan segera kami perbaiki,'' ujar Staveley seperti dikutip BBC.

Kendati begitu, periode sibuk Staveley dan jajaran direksi Newcastle sepertinya belum berakhir. Bahkan, riak dan gejolak yang lebih besar bukan tidak mungkin akan dihadapi pemilik anyar the Magpies.

Kurang dari dua bulan mendatang, bursa transfer pemain pertengahan musim ini akan dibuka. Manajemen klub diharapkan bisa mendatangkan pemain anyar demi meningkatkan kualitas permainan skuad utama the Magpies, yang masih terpuruk di peringkat ke-19 klasemen usai gagal memetik satu pun kemenangan dari 11 laga awal Liga Primer Inggris.

 
Berita Terpopuler