Vaksinasi Covid-19 Bareng Vaksin Dasar, Imun Jadi Kewalahan?

Banyak anak yang terlewat jadwal vaksinasi dasarnya selama pandemi Covid-19.

ANTARA/Suwandy
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin kepada siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri X Jatiasih di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (16/11/2021). Pemberian vaksinasi Difteri Tetanus (DT) dan Tetanus Difteri (TD) kepada siswa tersebut untuk meningkatkan, penguatan, serta kekebalan imun tubuh anak terhadap penyakit.
Rep: Adysha Citra Ramadani, Rr Laeny Sulistyawati, Mabruroh Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 kini bisa diberikan untuk anak berusia 5-11 tahun. Vaksin Covid-19 bisa diberikan beriringan dengan vaksin-vaksin rutin lain yang mungkin dibutuhkan anak dalam kelompok usia tersebut.

"Anda tak akan membuat sistem imun kewalahan dengan vaksin-vaksin ini," ungkap spesialis penyakit menular anak dan kepala AAP Global Immunization Advocacy Project Dr Margaret Fisher, seperti dilansir ABC News, Kamis (18/11).

Vaksin-vaksin rutin untuk anak perlu dilakukan untuk mencegah beragam penyakit pada anak. Sebagian di antaranya adalah penyakit campak, pertussis (batuk rejan), polio, dan difteri. Di masa pandemi, tak sedikit anak yang melewatkan vaksin-vaksin rutin ini.

"Bila Anak-anak membutuhkan vaksin rutin, kita bisa memberikannya bersamaan (dengan vaksin Covid-19) dalam satu waktu, atau kita akan memprioritaskan vaksin Covid-19 dulu saat ini, (Covid-19) masih menjadi kondisi kedaruratan dunia," ungkap spesialis anak, dr Natasha Burgert.

Meski dapat diberikan bersamaan, spesialis anak dr Alok Patel mengatakan, sebagian orang tua lebih memilih untuk memberikan jarak antara pemberian vaksin Covid-19 dan vaksin rutin pada anak mereka. Alasannya, para orang tua tak ingin anak mereka merasa kesakitan karena harus disuntik beberapa kali dalam satu waktu atau mengalami beberapa gejala setelahnya.

"Dan saya memahami itu," ungkap dr Patel.

Baca Juga

Akan tetapi, memberikan jarak antara vaksin Covid-19 dan vaksin rutin bukan tanpa risiko. Semakin lama jarak yang diberikan, risiko anak untuk terpapar penyakit yang bisa dilindungi oleh vaksin pun semakin lama.

"Tak ada manfaat, tak ada bukti bahwa memberikan vaksin-vaksin itu di waktu yang bersamaan akan meningkatkan kejadian merugikan. Dan ada kerugian karena Anda membiarkan anak Anda menjadi rentan," jelas dr Fisher.

RI Butuh 59 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Vaksinasi Anak - (Republika)

Sebagai tambahan, dr Patel juga menekankan pentingnya memberikan perlindungan yang tepat untuk anak. Saat ini, salah satu hal yang paling dia rekomendasikan adalah memberikan vaksinasi Covid-19 lengkap untuk anak.

"Tapi pastikan juga anak mendapatkan perlindungan lengkap terhadap penyakit-penyakit lain yang bisa dicegah dengan vaksin," kata dr Patel.

Waktunya kejar ketertinggalan

Dokter spesialis anak Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan, pandemi Covid-19 membuat cakupan imunisasi rutin dasar lengkap, termasuk campak, turun. Vaksinasi anak terhambat di seluruh dunia, bukan cuma di Indonesia.

Padahal, ancaman campak belum hilang. Penyakit akibat infeksi virus rubeola itu bisa diatasi dengan vaksin karena termasuk dalam Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

"Semua negara juga bermasalah dalam cakupan vaksinasi campak, bahkan negara seperti Thailand, Bangladesh, sampai India sudah ada kasus (campak)," ujar dr Hinky saat dihubungi Republika.co.id, Senin (15/11).

Hinky meminta masyarakat untuk lengkapi vaksinasi rutin dasar lengkap anaknya sehingga terhindar dari penyakit yang bahaya dan sangat menular. Melandainya kasus Covid-19 saat ini dapat menjadi momen untuk mengejar ketertinggalan vaksinasi lain.

 

Sementara itu, Badan-Badan PBB dan Aliansi Vaksin GAVI telah mengingatkan bahwa sekitar 80 juta bayi di bawah satu tahun di seluruh dunia terancam menghadapi risiko penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, seperti difteri, campak, dan polio. Itu terjadi karena pandemi Covid-19 memicu keterlambatan imunisasi rutin tersebut.

"Data menunjukkan bahwa penyediaan layanan imunisasi rutin secara substansial terhambat, setidaknya di 68 negara. Kemungkinan ini akan memengaruhi sekitar 80 juta anak di bawah usia satu tahun yang tinggal di negara-negara itu," ujar Organisasi Kesehatan Dunia, Unicef, dan GAVI dalam sebuah pernyataan bersama yang dikeluarkan menjelang KTT Vaksin Global Juni.

Sebanyak 80 juta anak-anak ini terancam tidak mendapatkan imunisasi rutin karena pandemi Covid-19. Hal itu antara lain disebabkan karena adanya pembatasan perjalanan, keterlambatan pengiriman vaksin, keengganan di antara beberapa orang tua untuk meninggalkan rumah di tengah kekhawatiran terkena virus corona, dan kurangnya petugas kesehatan.

"Kita tidak bisa membiarkan perjuangan kita dalam melawan satu penyakit (Covid-19) mengorbankan kemajuan jangka panjang dalam perjuangan kita melawan penyakit lain (difteri, campak, dan polio)," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore.

Dilansir dari laman resmi WHO, Fore menyarankan agar setiap negara sesegera mungkin melanjutkan imunisasi rutin. Ia mengingatkan bahwa imunisasi penting untuk mencegahdifteri, campak, dan polio pada anak.

"Imunisasi ini harus dimulai kembali sesegera mungkin atau kita berisiko menukar satu wabah mematikan dengan yang lain," katanya.

 
Berita Terpopuler