Ilmuwan Terus Cari Keberadaan Planet Kesembilan

Banyak spekulasi tentang keberadaan planet ke sembilan.

Antara/Sigid Kurniawan
Pelajar melihat mural tentang tata surya di kawasan Pademangan Timur, Jakarta Utara, Senin (11/11/2019).
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ilmuwan masih terus mencari tanda-tanda keberadaan planet NIne, atau planet ke sembilan di Tata Surya. Data yang dikumpulkan pada 1983 menunjukkan tanda-tanda dari apa yang diyakini astronom Inggris sebagai bukti yang mungkin adalah planet kesembilan di tata surya. 

Baca Juga

Astronom Michael Rowan-Robinson dan profesor astrofísica Emeritus di Imperial College London, menemukan bahwa data yang dikumpulkan oleh teleskop ruang angkasa awal menunjukkan kemungkinan kandidat untuk teori planet kesembilan. Data diambil dari pengamatan historia yang dilakukan oleh Infrared Astronomical Satellite (IRAS), yang diluncurkan pada 1983. Ini adalah observatorium pertama yang mengorbit untuk melihat keseluruhan langit malam dalam spektrum inframerah. 

Kemungkinan bukti planet kesembilan ditemukan dalam data lama. Rowan-Robinson memutuskan untuk melihat kembali data dari misi sepuluh bulan IRAS untuk melihat apakah ada sesuatu dalam data yang masih belum ditemukan.

Rowan-Robinson memperhatikan dengan cermat objek-objek yang bergerak perlahan antara satu pengamatan dan pengamatan lainnya. Melakukan hal itu, memungkkan ia untuk mengesampingkan benda-benda yang bergerak cepat, seperti komet atau asteroid.

Rowan-Robinson mengatakan bahwa pergeseran posisi kandidat planet akan terjadi karena paralaks. Hal itu adalah karena Bumi mengorbit matahari menyebabkan posisi IRAS berubah sudut.

Astronom memeriksa ratusan sumber dalam data. Namun, sebanyak tiga pengamatan yang dilakukan pada Juni, Juli, dan September 1983 menarik perhatiannya.

 

 

 

Pengamatan menunjukkan bahwa planet baru bisa tiga sampai lima kali lebih besar dari Bumi. Planet itu bisa mengorbit matahari kira-kira 225 kali jarak planet asal manusia ini

Sayangnya, Rowan-Robinson mengakui dalam sebuah makalah penelitian baru-baru ini bahwa pengamatan tersebut tidak berkualitas tinggi. Selain itu, ia menyebut bahwa wilayah langit tempat yang diduga sebagai planet baru ini ditangkap terbuat dari filamen gas yang dikenal sebagai cirrus. 

Gas seperti awan tersebut membuat sulit untuk membaca pengamatan dengan jelas. Rowan-Robinson juga mencatat bahwa survei langit baru-baru ini oleh teleskop Pan-STARRS di Hawaii gagal merekam objek tersebut. Ini bisa menunjukkan bahwa planet kesembilan yang mungkin tidak nyata.

Rowan-Robinson juga merekomendasikan agar para astronom memeriksa orbit planet kerdil di luar Pluto. Pemeriksaan itu mungkin bisa menjelaskan pengamatan yang ia saksikan.

“Kandidat berada di orbit yang sama sekali tidak konsisten dengan prediksi kami untuk Planet Sembilan, dan tidak akan mampu secara gravitasi mengganggu tata surya yang jauh seperti yang kami sarankan. Tapi, tentu saja, itu tidak berarti itu tidak nyata," ujar Mike Brown, seorang ilmuwan planet, dilansir Bgr, Rabu (17/11).

Brown mengatakan bahwa itu hanya berarti akan menjadi penemuan kebetulan dari sesuatu saat mencari Planet Sembilan. Pluto sebelumnya juga ditemukan dengan cara yang sama. 

 

Luar angkasa terus memberikan misteri baru untuk dijelajahi. Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan bahwa asteroid bisa menjadi bagian dari bulan. Namun, untuk saat ini, jika memang planet kesembilan ada, nampaknya belum dapat diketahui keberadaannya.

 
Berita Terpopuler