Hasil Uji Coba Awal: Vaksin Alzheimer Bisa Kembalikan Memori

Pengembang vaksin Alzheimer sedang mencari mitra untuk uji coba pada manusia.

Republika
Pengidap Alzheimer (Ilustrasi). Uji coba vaksin Alzheimer pada hewan menunjukkan hasil yang spektakuler, klaim peneliti di Inggris dan Jerman.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uji coba awal vaksin Alzheimer menunjukkan hasil yang spektakuler. Harapan bahwa penyakit itu dapat dihentikan suatu hari nanti pun semakin besar.

Penelitian sebelumnya telah berfokus pada plak, protein beta amiloid yang terbentuk di otak, sebagai klaster target. Protein ini dianggap mendorong terjadinya Alzheimer.

Para ahli di Inggris dan Jerman telah mengembangkan pendekatan perintis yang menargetkan protein. Mereka menciptakan pengobatan antibodi dan vaksin yang mampu menghentikan penyakit, mengurangi pembentukan plak, bahkan mengembalikan memori dan fungsi sel saraf selama uji coba pada tikus.

"Hasilnya benar-benar spektakuler. Saya menyadari itu ada pada tikus, bukan pada manusia, tapi efeknya tidak marginal," kata ahli biologi struktu dan kimia di University of Leicester, Mark Carr, dilansir Express UK, Selasa (16/11).

Baca Juga

Amiloid beta secara alami ada sebagai molekul fleksibel seperti dalam larutan, yang dapat bergabung membentuk serat dan plak. Protein itu dianggap berperan dalam siklus tidur, tetapi fungsi pastinya di otak tidak dipahami dengan baik.

Pada penyakit Alzheimer, sebagian besar molekul seperti tali ini menjadi pendek atau terpotong, sehingga beberapa ilmuwan sekarang berpikir bentuk-bentuk ini adalah kunci untuk perkembangan penyakit. Dalam beberapa dekade terakhir, sebagian besar perawatan eksperimental berfokus pada upaya membersihkan plak dari otak.

Peneliti dari University Medical Center Göttingen, Thomas Bayer, mengatakan, sejauh ini tidak ada yang berhasil mengurangi gejala Alzheimer. Timnya pun mencoba mengambil pendekatan yang berbeda.

"Kami mengidentifikasi antibodi pada tikus yang akan menetralkan bentuk terpotong dari amiloid beta terlarut, tetapi itu tidak akan mengikat bentuk normal protein atau plak," ujar Bayer.

Kenali gejala Alzheimer. - (Republika)

Badan amal penelitian medis Inggris, LifeArc mengadaptasi antibodi tikus sehingga tidak akan ditolak oleh sistem kekebalan manusia. Para peneliti di University of Leicester kemudian mempelajari bagaimana antibodi itu mengikat protein. Mereka terkejut menemukan protein telah terlipat kembali menjadi bentuk jepit rambut, hal belum pernah terlihat sebelumnya dalam beta amiloid.

Peneliti berhipotesis bahwa bentuk yang tidak biasa ini juga dapat terjadi ketika protein berinteraksi dalam tubuh dan mendorong penyakit. Meskipun begitu, mereka juga tidak tahu bagaimana caranya itu bisa terjadi.

Tim merekayasa bentuk struktur jepit rambut, yang digunakan untuk membuat vaksin yang menginduksi sistem kekebalan untuk membuat antibodi untuk menyerangnya. Ketika perawatan diuji pada dua kelompok tikus dengan bentuk Alzheimer ringan atau agresif, para peneliti tercengang dengan hasilnya.

Baik antibodi dan vaksin membantu memulihkan memori dan fungsi neuron. Keduanya juga meningkatkan metabolisme glukosa di otak dan mengurangi pembentukan plak beta amiloid, tanpa efek samping yang buruk.

Carr mengatakan, metode yang digunakan untuk menilai efek, termasuk pemindaian otak MRI dan PET, sama dengan yang digunakan untuk melacak penyakit pada manusia. Timnya pun sangat yakin bahwa apa yang mereka lihat pada tikus sangat mungkin untuk direplikasi pada manusia.

"Ini secara dramatis mengurangi pembentukan plak, secara dramatis melindungi terhadap hilangnya sel-sel saraf," kata Carr.

Para peneliti sekarang mencari mitra komersial untuk membawa antibodi dan vaksin ke dalam uji coba pada manusia. Mereka mengatakan, vaksin akan berbiaya relatif rendah antara 15-50 pound (sekitar Rp 285 ribu sampai Rp 952 ribu) per dosis, mirip dengan harga vaksin Covid-19.

 
Berita Terpopuler