Sekjen MWL Usulkan Zakat Atasi Perubahan Iklim

Zakat harus memenuhi tujuannya yang lebih luas.

Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Zakat. Republika/Thoudy Badai
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia-Muslim World League (MWL), Muhammad bin Abdul Karim Issa mengungkapkan pendapatnya terkait dana zakat untuk mengatasi perubahan iklim. Hal ini dia sampaikan dalam kolom opini di laman The Star.

Baca Juga

"Gagasan inti untuk semua Muslim adalah zakat, pajak amal wajib di mana 2,5 persen dari kekayaan tahunan seseorang diberikan kepada yang kurang beruntung," kata Muhammad, dilansir dari The Star pada Senin (15/11).

"Zakat menghasilkan sekitar satu triliun dolar per tahun cukup untuk membantu PBB memenuhi 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Atau lebih dari lima puluh kali lipat dari 19 miliar dolar COP26 (Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2021), yang berkomitmen untuk mengatasi deforestasi," lanjut dia.

Menurut Muhammad, saat ini, sebagian besar zakat mengentaskan kemiskinan dengan cara yang sangat langsung dalam bentuk bantuan kemanusiaan jangka pendek. Dia mengatakan, itu tentu saja penting. Akan tetapi gagal untuk memobilisasi banyak zakat menuju tantangan jangka panjang.  

"Zakat harus memenuhi tujuannya yang lebih luas untuk mengatasi ketidaksetaraan, kriteria inti dari distribusi zakat. Dan perubahan iklim tidak diragukan lagi akan menjadi pendorong ketidaksetaraan terbesar di dunia di tahun-tahun mendatang," kata Muhammad.

Dia melanjutkan, Timur Tengah sudah memanas dengan kecepatan dua kali lipat dari bagian dunia lainnya, dengan sebagian besar berisiko menjadi tidak dapat dihuni. Keadaan ekstrem seperti itu mengharuskan zakat diterapkan secara holistik seperti yang semula dimaksudkan, dengan mencegah krisis daripada hanya merawat para penyintas bencana.

 

 

"Ada preseden agama untuk melakukannya.  Bagaimanapun, mengatasi ketidaksetaraan kesempatan dan memberantas pendorong kemiskinan di masa depan adalah alasan mengapa zakat digunakan untuk program pendidikan," kata dia.

"Jadi mengapa prinsip yang sama tidak digunakan untuk mengkatalisasi zakat menjadi salah satu lembaga pembiayaan iklim terkemuka? Jawabannya terletak pada pendidikan dan pemahaman iklim, atau kekurangannya," lanjutnya. 

Muhammad mengungkapkan, banyak pemimpin Islam masih gagal untuk memahami tuntutan aksi iklim urgensi 'do or die'. Kemungkinan mereka mengerti bahwa pelestarian lingkungan sejalan dengan nilai-nilai keimanan.  

"Tetapi apakah mereka memahami urgensi tindakan yang harus diambil? Kesadaran itu akan menjelaskan hubungan yang tak terbantahkan antara aksi iklim dan pengentasan kemiskinan. Mengatasi defisit ini membutuhkan pertemuan pikiran yang mendalam dan luas antara dunia sains dan agama," kata dia. 

 

Dia mengatakan, agama mungkin secara tradisional dipandang sebagai antitesis dari sains. Tetapi dengan merangkul semangat sejati amal keagamaan dan melibatkan pikiran ilmiah demi kemanusiaan, agama mungkin saja merevolusi pembiayaan iklim, dan menyelamatkan planet ini.

 
Berita Terpopuler