Diktator Terakhir Eropa yang Buat Barat Frustrasi

Lukashenko dinilai buka perbatasan untuk migran sebagai balasan sanksi Eropa.

AP/Nikolay Petrov/BelTA Pool
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID,  MOSCOW -- Presiden Belarusia Alexander Lukashenko telah menjabat posisi tertinggi selama 27 tahun. Ia merupakan pemimpin yang secara lantang menantang Barat.

Pada Mei lalu, Pemerintah Lukashenko secara paksa mengalihkan sebuah pesawat yang terbang di antara Yunani dan Lithuania untuk menangkap lawan politiknya. Ketika Uni Eropa (UE) memberlakukan sanksi atas tindakan itu, Belarus merespons dengan melonggarkan pengawasan perbatasannya untuk para migran dari Timur Tengah dan Afrika. Kondisi itu memungkinkan para migran berbondong-bondong menuju perbatasan UE.

Baca Juga

Peristiwa itu telah memaksa Polandia, Latvia, dan Lithuania untuk mengumumkan keadaan darurat di zona perbatasan guna menghentikan penyeberangan ilegal. Warsawa telah mengirim ribuan polisi antihuru-hara dan pasukan untuk meningkatkan keamanan yang menyebabkan konfrontasi.

Tak hanya itu, tekanan Eropa dibalas Lukashenko dengan mengancam akan memotong pengiriman gas alam dari Rusia yang transit di Belarus. Ancaman ini menjadi pukulan berat yang berpotensi berdampak ke Eropa saat musim dingin.

Langkah tersebut merupakan eskalasi dramatis sosok yang menjadi presiden pada 1994. Penghinaannya terhadap norma-norma demokrasi dan catatan hak asasi manusia yang buruk di negara itu telah membuat Belarus menjadi paria di Barat, memberinya julukan diktator terakhir Eropa.

Demonstran ditangkapi

Lukashenko yang berusia 67 tahun lebih suka disebut sebagai "Batka" atau "Ayah". Meskipun dia sesekali melakukan langkah menuju pemulihan hubungan dengan Barat, Lukashenko meninggalkan rekonsiliasi setelah demonstrasi besar-besaran menentangnya pada 2020 setelah pemilihan untuk masa jabatan keenam sebagai presiden. Pihak oposisi dan banyak pihak di Barat menolak hasil tersebut sebagai kecurangan.

Puluhan ribu pengunjuk rasa ditangkap, banyak dari mereka dipukuli oleh polisi dengan tokoh-tokoh oposisi utama melarikan diri dari negara itu atau dipenjarakan. Wartawan asing diusir dan warga biasa dilaporkan ditangkap karena pertemuan massal yang tidak sah, termasuk pesta ulang tahun.

Dengan menekan oposisi melalui tindakan keras seperti itu, Belarus telah menjadi neo Soviet. Waspada terhadap tetangga NATO dan UE yang berkembang, Lukashenko kerap melancarkan pernyataan provokatif.

Pada 2006, Lukashenko mengancam para pengunjuk rasa dengan mengatakan akan 'memeras leher mereka seperti bebek'. Dia juga menarik perhatian tidak nyaman tahun ini dalam wawancara TV ketika dia membiarkan anjing kecilnya yang berbulu berjalan di atas meja di antara hidangan pesta.

Lukashenko pun sering menghadirkan citra pria tangguh dengan menunjukkan bermain hoki es, termasuk tamasya musim semi 2020 dengan menepis virus korona. Dia bertanya kepada reporter TV apakah bisa melihat ada virus yang berterbangan di arena.

Dia juga menyarankan warga Belarusia untuk membunuh virus dengan vodka, pergi ke sauna, dan bekerja di ladang untuk menghindari infeksi. "Traktor akan menyembuhkan semua orang!" katanya.

Lukashenko lahir di sebuah desa di Belarusia dan mengikuti jalan konvensional untuk sebuah provinsi Soviet yang ambisius. Setelah lulus dari akademi pertanian, dia menjadi instruktur politik di dinas penjaga perbatasan dan akhirnya diangkat menjadi direktur pertanian kolektif. Pada 1990, dia menjadi anggota Soviet Tertinggi Belarusia, parlemen republik.

Menentang pembubaran Soviet

Sosok Lukashenko adalah satu-satunya anggota pada 1991 yang memberikan suara menentang pembubaran Uni Soviet. Ketika dia memenangkan pemilihan presiden pertama negara baru itu tiga tahun, dia muncul menjaga Belarus sebagai sisa Soviet yang menakutkan dan disfungsional.

Sementara republik-republik bekas Soviet yang bertetangga beradaptasi dengan kapitalisme, Lukashenko mempertahankan sebagian besar ekonomi Belarusia di bawah kendali negara. Awalnya ini membuatnya mendapat dukungan karena Belarusia tidak menderita rasa sakit dari restrukturisasi ekonomi.

Namun, pengawasan negara yang kaku terhadap industri tidak dapat mengimbangi energi dan fleksibilitas pasar. Rubel Belarusia dipaksa melakukan devaluasi berulang dan pada 2020 upah bulanan rata-rata hanya 480 dolar AS.

Belarus pun masih memiliki hukuman mati, tidak seperti setiap negara lain di Eropa, bahkan menggemakan eksekusi pengadilan Soviet yang memakan waktu sekitar dua menit. Pola ini menempatkan tahanan dilaporkan dibawa ke sebuah ruangan, diberitahu bahwa semua banding telah ditolak, dipaksa untuk berlutut, kemudian ditembak di belakang kepala.

Semua keputusan menunjukkan Lukashenko sangat condong ke timur. Pada 1997, dia menandatangani perjanjian dengan Rusia untuk membentuk negara serikat yang memiliki hubungan ekonomi, militer, dan politik yang erat, tetapi tidak melakukan merger penuh.

Perjanjian tersebut mendukung ekonomi di Belarus yang sangat bergantung pada minyak Rusia dengan harga di bawah pasar. Namun, Lukashenko memendam keyakinan bahwa Rusia pada akhirnya bertujuan untuk mengambil alih Belarus sepenuhnya dan dia semakin vokal tentang itu.

Ketika protes mengguncang negara itu pada 2020 dan tekanan Barat meningkat, Lukashenko tidak punya tempat untuk meminta bantuan selain Moskow. Putin mengatakan akan bersedia mengirim polisi ke Belarus jika demonstrasi berubah menjadi kekerasan, tetapi dia tidak pernah melakukan tindakan itu.

Tahun ini, Lukashenko dan Putin mengumumkan berbagai kesepakatan untuk memperkuat negara serikat, termasuk doktrin militer bersama. Meskipun perjanjian tersebut secara substansial meningkatkan pengaruh Rusia di Belarus, Lukashenko juga mendapatkan jaminan dukungan.

NATO mengecam

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Jumat mengecam keras Belarus karena secara sengaja menciptakan krisis migran untuk tujuan politik. NATO menyampaikan rasa solidaritas terhadap negara sekutu yang terdampak.

“Sekutu NATO berdiri dalam solidaritas dengan Polandia, Lituania, Latvia, dan negara-negara sekutu lainnya yang terkena dampak, dan mendukung langkah-langkah, dipandu oleh nilai-nilai fundamental dan hukum internasional yang berlaku dalam menanggapi situasi yang memerlukan koordinasi erat dengan mitra internasional," kata aliansi militer itu dalam sebuah pernyataan tertulis.

NATO menegaskan akan tetap waspada terhadap risiko eskalasi dan provokasi lebih lanjut oleh Belarus di perbatasannya dengan Polandia, Lithuania, dan Latvia.

Blok militer itu berjanji untuk terus memantau implikasinya terhadap keamanan Aliansi.

 
Berita Terpopuler