Harga Telur Mulai Naik, Peternak: Tetap Rugi

Kenaikan harga telur belum dapat menutup biaya produksi oleh peternak.

Antara/Asprilla Dwi Adha
Peternak memanen telur di kawasan Kalimulya, Depok, Jawa Barat, Rabu (13/10). Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, sejak awal November, harga telur berangsur naik ke level kisaran Rp 24 ribu per kilogram.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, Dedy Darmawan Nasution

Baca Juga

JAKARTA -- Harga telur ayam di tingkat peternak mulai mengalami kenaikan hingga dalam rentang acuan harga pemerintah sebesar Rp 19 ribu-Rp 21 ribu per kilogram (kg). Kendati harga mulai normal sesuai acuan, peternak ayam petelur mengaku harga tersebut masih di bawah biaya produksi secara riil.

Peternak ayam petelur di Blitar, Jawa Timur, Rofi Yasifun mengungkapkan, harga telur pada tingkat peternak di kisaran Rp 20.000-Rp 20.500 per kg. Menurutnya, harga telur dalam sepekan terakhir masih fluktuatif.

"Satu minggu ke belakang harga sudah bisa naik, namun dua hari ini turun melandai lagi. (Harga saat ini) masih minus," kata Rofi kepada Republika.co.id, Jumat (12/11).

Ia mengatakan, biaya produksi saat ini sudah tinggi terutama akibat harga pakan yang menyentuh lebih dari Rp 6.000 per kg. Menurutnya, dengan situasi saat ini, biaya produksi telur ayam secara riil sudah tembus berkisar Rp 22.500 per kg-Rp 23.500 per kg.

Adapun soal permintaan, ia mengakui serapan pasar belum begitu tinggi. Kenaikan permintaan telur sempat naik hanya karena ada permintaan dari program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang digulirkan pemerintah.

Sementara itu, Presiden Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi mengatakan hal senada. Hingga Kamis (11/11) harga telur ayam dari peternak Blitar menyentuh hingga Rp 21 ribu per kg, atau batas atas dari acuan pemerintah. Namun, belum dapat memberikan keuntungan.

"Harga acuan pemerintah sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Biaya produksi naik luar biasa," kata dia.

Ia memaparkan, harga komponen pakan unggas meat and bone meal (MBM) saat ini tembus Rp 9.000 per kg-Rp 9.500 per kg. Soybean meal (SBM) dihargai Rp 7.900 per kg-Rp 8.000 per kg, jagung Rp 5.700 per kg-Rp 5.900 per kg, hingga katul Rp 4.600 per kg.

"Kalau berdasarkan harga komponen itu, harga telur tidak terelakkan harus stabil di angka Rp 24.000 di peternak dan Rp 30.000 per kg di konsumen," kata dia.

 

Direktur Bahan Pokok Penting, Kemendag, Isy Karim, mengatakan, harga telur di tingkat konsumen sudah berangsur normal. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, sejak awal November, harga telur berangsur naik ke level kisaran Rp 24 ribu per kilogram.

"Sebelumnya cukup lama berada di bawah harga acuan," katanya.

Isy Karim mengatakan, kenaikan harga tersebut disinyalir merupakan dampak dari pelonggaran aktivitas dan mobilitas masyarakat. Itu berdampak pada kenaikan permintaan telur ayam ras kepada peternakan. Pergerakan harga ke depan, diproyeksikan akan stabil.

Pekerja memanen telur ayam di salah satu peternakan ayam petelur Desa Pagerwangi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa (28/9). - (ANTARA/Oky Lukmansyah)

Adapun, stok telur ayam ras secara nasional saat ini tercatat sebesar 411,03 ribu ton. Ketahanan jumlah pasokan telur setara 0,94 bulan.

 

Sebagai tindaklanjut untuk menjaga stabilitas harga telur ayam ras hingga di konsumen, pemerintah telah berkoordinasi dengan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) untuk menjaga harga pakan unggas berada dalam kisaran Rp 7.200 - Rp 7.800 per kg dengan asumsi harga jagung stabil dan tidak tembus Rp 5.000 per kg.

Sebagai langkah stabilisasi harga telur ayam di tingkat peternak yang sempat anjlok, Kementerian Pertanian melakukan penyerapan satu juta butir telur ayam ras dari peternak. Upaya penyerapan langsung telur dari pemerintah merupakan langkah jangka pendek lantaran situasi yang mendesak.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Nasrullah, mengatakan, penyerapan satu juta butir telur setara dengan 62,5 ton. Telur tersebut diserap dari para UMKM yang berada di sentra telur wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Lampung.

Pasokan telur yang diserap Kementan dibeli dengan harga Rp 19 ribu per kg dari berbagai sentra produksi. Adapun hasil penyerapan tersebut bukan untuk dijual, namun diberikan kepada para aparatur sipil Kementan, yayasan, panti asuhan, serta bebagai pihak yang membutuhkan.

Kementan Serap Satu Juta Telur Ayam Peternak UMKM di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Senin (1/11/2021). - (Kementan RI)

"Kita (Kementan) ambil 1 juta butir, ini langkah yang tidak mudah. Yang penting jangan ada masalah terutama masalah keuangan. Sepanjang itu tidak masuk ke 'kantongmu', lakukan yang bisa dilakukan" kata Menteri Pertanian, Syahrul di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Senin (1/11).

Ia pun memastikan, penurunan harga yang terjadi beberapa waktu terakhir murni karena permintaan masyarakat yang turun secara drastis. Pasalnya, tingkat produksi telur saat ini, menurut Syahrul, masih dalam kondisi normal seperti sebelum masa pandemi.

"Perencanaan kita tahun 2021 sebanyak 5,52 juta ton produksi telur, yang dikonsumsi 5,48 juta ton. Memang ada kelebihan, tapi ini normal. Tapi harga turun karena daya beli yang lemah karena Covid-19 sudah dua tahun," kata Syahrul.

 
Berita Terpopuler