Membaca Surat At Takatsur: Gambaran Realitas Saat ini

Surat At Takatsur benar-benar menggambarkan realitas kehidupan saat ini.

Republika/Agung Supriyanto
Alquran
Rep: Mabruroh Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ada tiga peringatan yang disampaikan Allah SWT dalam Surat At Takatsur yakni akhirat, kebangkitan, dan pertanggungjawaban di hadapan-Nya.

Baca Juga

 

Allah berfirman yang artinya, "Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan, hiburan, kemewahan, saling membanggakan, dan persaingan tentang banyaknya harta dan anak-anak."(QS Al-Hadid ayat 20).

Dilansir dari About Islam, Selasa (9/11), ayat ini benar-benar menggambarkan realitas kehidupan saat ini. Mereka disibukkan dengan mengumpulkan keuntungan duniawi dan persaingan satu sama lain sampai kematian menimpa mereka dan mereka lupa untuk bersyukur kepada Allah, zat pemberi kenikmatan tersebut.

Umar ibn Abdel Aziz mengatakan, makna dari Surah At Takatsur membuktikan Hari Kebangkitan. Yang artinya, manusia hanya berkunjung dan tidak tinggal selamanya, orang mati tidak akan tinggal selamanya di alam kuburan mereka. Suatu hari, mereka harus pergi dan kembali kepada Allah di hari penghakiman.

Melalui surat At Takatsur Allah juga memberitahu sekaligus memperingatkan, untuk tidak bermegah-megahan yang dapat melalaikan. Dengan kalimat yang berulang, “Janganlah Begitu" yang dapat berarti bahwa masalahnya tidak seperti yang manusia pikirkan.

Dan apabila mereka tetap melakukan, Alquran juga memberitahu bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi buruk dari apa yang mereka percayai yang salah.

 

Kemudian Allah kembali memperingatkan disertai dengan penekanan dan ancaman, "Seandainya kamu mengetahui dengan pengetahuan yang pasti", tentu kamu tidak akan menyibukkan diri dengan kemegahan dan persaingan seperti itu.

 

Semua kesenangan itu kelak akan dimintai pertanggung jawabannya, seperti makanan, minuman, kebutuhan seksual, kesehatan, kedudukan yang tinggi, waktu luang dan segala bentuk kesenangan dan kenikmatan lainnya.

Hal ini dibuktikan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang mengatakan:

“Rasulullah SAW keluar (dari rumahnya) suatu hari atau satu malam, dan di sana dia bertemu Abu Bakar dan `Umar RA juga. Rosul berkata, ' Apa yang membuatmu meninggalkan rumahmu pada jam ini? '

Mereka berkata, 'Ini kelaparan, ya Rasulullah.'

Dia berkata, ' Demi Dia yang jiwaku ada di tangan-Nya, apa yang membuatmu pergi, membuatku juga pergi, jadi ikutlah! '

Dan dia pergi bersama mereka ke seorang pria dari Ansar, tetapi mereka tidak menemukannya di rumahnya. Ketika istri pria itu melihat Nabi, dia berkata, 'Sama-sama.'

Rasulullah SAW berkata kepadanya, ' Di mana si fulan? '

Dia berkata, 'Dia pergi mengambil air bersih untuk kita.'G

 

Tamu Terhormat

Sementara itu, Ansari kembali, melihat Rasulullah dan dua sahabatnya dan berkata: 'Segala puji bagi Allah, hari ini tidak ada tamu yang lebih terhormat dari saya.' 

Dia kemudian keluar dan membawakan mereka seikat buah kurma, yang memiliki kurma, beberapa masih hijau, beberapa matang, dan beberapa matang sepenuhnya, dan meminta mereka untuk memakannya. Dia kemudian mengambil pisaunya (untuk menyembelih seekor domba).

Rasulullah (saw) berkata kepadanya, ' Jangan menyembelih domba perah. '

Jadi dia menyembelih seekor domba untuk mereka. Setelah mereka makan dan minum sampai kenyang, Rasulullah (saw) berkata kepada Abu Bakar dan `Umar (Semoga Allah meridhoi mereka),

' Demi Allah Yang Tangan jiwa saya adalah, Anda pasti akan ditanya tentang memperlakukan ini pada hari kiamat. Kelaparan membawamu keluar dari rumahmu, dan kamu tidak kembali ke rumahmu sampai kamu diberkati dengan suguhan ini' ”. (Muslim)  

Melalui Surat At Takatsur, Allah juga memberitahui bahwa kita tidak dilarang untuk menikmati kesenangan yang halal dari kehidupan sekarang ini. Hanya saja kita tidak boleh lupa bahwa kita akan ditanyai tentang suguhan ini pada Hari Kebangkitan. Karena itu, seseorang harus selalu bersyukur kepada Allah dan menunjukkan rasa syukur kepada Allah. 

Kita harus bersyukur kepada Allah atas semua rahmat, nikmat dan berkah-Nya dengan hati, lidah, dan anggota badan. Artinya hati kita harus selalu dipenuhi dengan rasa syukur dan syukur kepada Allah, lidah kita harus selalu mengingat dan bersyukur, dan anggota tubuh kita harus selalu menggunakan nikmat ilahi ini dalam ketaatan-Nya.

Kita harus menahan diri dari keserakahan dan merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita karena kepuasan adalah harta yang tak habis-habisnya.

 

 

 
Berita Terpopuler