Gubernur DKI Bicara Soal Bhineka di Ijtima Ulama

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan jelaskan kata terpenting pada Bhineka Tungga Ika

Republika/Putra M. Akbar
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan sambutan pada acara Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-VII di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (7/11). MUI menggelar Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-VII untuk membahas berbagai persoalan keumatan dan kebangsaan dalam perspektif keagamaan. Republika/Putra M. Akbar
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menjelaskan kata terpenting pada Bhineka Tunggal Ika saat menghadiri Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-VII bertema 'Optimalisasi Fatwa Untuk Kemaslahatan Bangsa' di Hotel Sultan Jakarta pada 9-11 November 2021.

Baca Juga

Anies mengatakan, bersatu dalam tujuan itulah Indonesia. Sering kali kalau melihat Indonesia, lebih menekankan unsur-unsurnya, bukan entitas barunya.

"Sehingga lambang Garuda Pancasila yang di bawahnya ada kalimat Bhineka Tunggal Ika, apa kata terpenting dari tiga kata ini? Yang paling banyak digaungkan adalah Bhineka, sesungguhnya kata terpentingnya adalah Tunggal," kata Anies saat menyampaikan pidato pada pembukaan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-VII yang diselenggarakan Komisi Fatwa MUI, Selasa (9/11).  

Anies menerangkan, Bhineka itu bukan ciptaan manusia, Bhineka adalah ciptaan Allah dan karunia Allah yang perlu disyukuri oleh semuanya sebagai karunia. Tapi Tunggal atau bersatu adalah ikhtiar manusia.

"Karena itu ketika kita menyampaikan Indonesia merayakan Kebhinekaan, kita perlu pandang ini sebagai mensyukuri nikmat dari Allah, tapi Indonesia merayakan persatuan ini adalah hasil ikhtiar dari tiap unsur yang ada di bangsa ini," ujarnya.

Anies mengatakan, terlalu sering menyebut Bhineka, padahal Tunggal itulah yang penting. Sebab kalimat aslinya Bhina Ika Tunggal Ika disebut Bhineka Tunggal Ika.

"Kenapa saya perlu sampaikan ini, karena di Jakarta simpul ini dibuat, di Jakarta tunggal itu terjadi dan kita punya tanggung jawab untuk merawatnya agar tunggal ini tidak hilang, justru tunggal ini yang harus kita rawat," jelasnya.

 

 

Ia menjelaskan, perbedaan dan keragaman adalah qudrat iradat Allah, tapi bersatu adalah tanggungjawab dan pilihan manusia. Seperti bangsa Indonesia, negeri ini adalah negeri yang kaya raya, itu karunia dari Allah. Tapi makmur itu adalah hasil kerja manusia.

"Yang membuat Indonesia dikagumi dunia itu karena persatuannya, kalau karena beragamnya ada India, Papua Nugini dan Afghanistan yang lebih beragama. Tapi yang bersatu di tempat ini ijtima ulama dikerjakan tanpa perlu ada penerjemah yang duduk di belakang, karena semua suku menyepakati satu bahasa persatuan bahasa Indonesia," jelasnya. 

Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-VII digelar pada 9-11 November 2021. Kegiatan ijtima ulama ini dilaksanakan secara hybrid dengan protokol kesehatan, diikuti oleh 700 peserta undangan. Peserta yang hadir secara fisik sebanyak 250 orang, dan sisanya hadir secara virtual.

 

Kepesertaan dalam kegiatan ijtima ulama kali ini terdiri dari Dewan Pertimbangan dan Dewan Pimpinan MUI, pimpinan dan anggota Komisi Fatwa MUI pusat, pimpinan lembaga fatwa ormas Islam tingkat pusat, Ketua MUI Bidang Fatwa dan Komisi Fatwa MUI Provinsi se-Indonesia, Pimpinan Pondok Pesantren, Pimpinan Fakultas Syariah PTKI, serta para pengkaji, peneliti, dan akademisi di bidang fatwa.

 
Berita Terpopuler