Perlukah Solskjaer Dipecat?

Gema suara untuk mendepak Solskjaer dari kursi panas pelatih MU terus menguat

EPA-EFE/PETER POWELL
Reaksi Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer setelah pertandingan sepak bola Liga Inggris antara Manchester United dan Liverpool FC di Manchester, Inggris, 24 Oktober 2021.
Rep: Muhammad Ikhwanuddin Red: Muhammad Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Badai kekalahan dari rival besar sepertinya masih belum menjauh dari perjalanan Manchester United pada musim ini.

Hanya berselang dua pekan setelah Liverpool mempermalukan dengan skor lima gol tak berbalas, Sabtu (7/11) lalu, giliran Manchester City yang turut menodai muruah Stadion Old Trafford dengan membuat MU menjadi pecundang 0-2 di hadapan pendukung setianya.

Gema suara untuk mendepak Ole Gunnar Solskjaer dari kursi panas pelatih MU terus menguat. Sejumlah nama pelatih telah mengantre dan terus digoreng media. Tapi pertanyaan mendasar haruskah manajemen MU mengikuti suara-suara yang menginginkan agar Solskjaer meninggalkan Theather of Dreams Manchester tersebut?

Menyitir ulasan Simon Stone di laman BBC Sport, Senin (8/11), sepertinya posisi Solskjaer akan tetap aman. Setidaknya, indikasi itu ditunjukkan dengan situasi yang berbeda pada Aston Villa, Norwich dan Middlesbrough. Ketiga klub ini langsung tak ada berbasa-basi untuk lekas mendepak pelatihnya menyusul hasil buruk yang ditunjukkan dari laga terakhir mereka.

“Memecat seorang manajer itu sesungguhnya tidaklah terlalu sulit tapi mendapatkan pengganti yang tepat itu adalah hal yang sulit,” begitu ditulis Simon untuk menggambarkan sikap direksi MU terhadap situasi Solskjaer.   

Baca juga : Bima Ajak IPB dan BRIN Kaji Menyeluruh Wisata Glow

Seruan dan desakan untuk mendepak Solskjaer ini memang sudah disuarakan sejak lama. Absennya trofi dalam kepemimpinan Solskjaer menjadi salah satu isu tersendiri bagi juru taktik asal Norwegia itu.

Betapa tidak, Solskjaer menyatakan sepakat dengan proyek jangka panjang bersama MU saat menandatangani kontrak berdurasi total enam tahun di Old Trafford. Namun di pertengahan masa baktinya, ia sama sekali belum mempersembahkan piala apapun.

Hanya final Liga Europa dan Piala FA yang menjadi pencapaian tertinggi sang 'Baby Face Asassin' tersebut. Sebagai pelatih tim sekelas MU, menapak di partai final dianggap belum cukup lengkap sebagai juru racik strategi.

Kesempatan buat Solskjaer

Petinggi MU masih memberikan kesempatan bagi Solskjaer untuk memperbaiki keadaan di musim 2021/22. Harapan suporter pun membuncah ketika MU mendatangkan tiga pemain bintang, Raphael Varane, Jadon Sancho, dan Cristiano Ronaldo.

Namun belakangan, hanya Ronaldo yang memberikan kontribusi berarti bagi tim. Bintang lapangan berpaspor Portugal itu beberapa kali menjadi penyelamat klub saat berada di ujung tanduk kekalahan.

MU jelas tidak bisa menggantungkan nasib pada diri Ronaldo seorang mengingat sepakbola adalah permainan tim. Inilah yang menjadi tanggungjawab Solskjaer sebagai pelatih untuk mengutak-atik strategi agar pola permainan semakin padu.

Masalahnya, Solskjaer dinilai belum bisa menemukan formula terbaik dalam strateginya. Dalam catatan Simon, MU hanya mampu mengoleksi empat poin dari enam pertandingan Liga Primer Inggris terakhir. Ini menjadi masalah berarti bagi MU jelang jeda internasional selama beberapa pekan ke depan.

MU bahkan digeser Arsenal dari zona Eropa. The Gunners yang sempat terseok-seok di awal musim, berhasil bangkit perlahan dengan mempertahankan 10 laga tak terkalahkan. Solskjaer dinilai perlu belajar dari Mikel Arteta yang mampu menjawab kritik dengan rentetan kemenangan.

Tren gonta-ganti pelatih sejatinya ingin dipatahkan MU. Saat Solskjaer dikabarkan hampir diganti oleh Mauricio Pochettino pada musim panas tahun ini, hal tersebut ditepis oleh petinggi klub dan memberikan perpanjangan kontrak tiga tahun untuk Solskjaer dan kolega.

Baru-baru ini, nama Solskjaer kembali terseret ke rumor yang menyebut dirinya bakal segera didepak klub untuk diganti dengan orang lain. Akan tetapi, hal ini masih menjadi kabar burung yang belum jelas kepastiannya.

Hal ini membuat para pejabat di jajaran direksi dianggap perlu mengambil keputusan tegas. Pasalnya, kesempatan mereka untuk merekrut Antonio Conte terlanjur pupus karena yang bersangkutan sudah lebih dulu diamankan oleh Tottenham Hotspur.

Spurs lebih berani memecat Nuno Espirito Santo yang baru melatih selama empat bulan. Mereka diklaim sengaja langsung bergerak cepat mendepak Santo demi mengikat Conte yang dikatikan dengan MU.

Tak punya kandidat

Hal ini otomatis membuat MU hampir tidak memiliki kandidat kuat untuk mencari mengganti Solskjaer. Beberapa nama beken masih sibuk dengan urusan di klubnya masing-masing.

Sebut saja Pochettino yang sedang menjalani masa baktinya bersama Paris Saint-Germain (PSG) dengan perpanjangan kontrak yang sudah ditandatanganinya. Calon lain seperti juru taktik Ajax Amsterdam Erik Ten Haag juga saat ini masih nyaman karena timnya telah memastikan satu tempat di babak 16 besar Liga Champions.

Nama lain yang santer diberitakan adalah pelatih Leicester City, Brendan Rodgers. Nama Rodgers masuk ke dalam radar pencarian karena sepak terjangnya sebagai pelatih dianggap cukup.

Rodgers hampir membawa Liverpool juara Liga Primer Inggris pada musim 2013/14 lalu. Ia juga berhasil mempersembahkan gelar juara Liga Skotlandia bersama Glasgow Celtic. Saat ini, dirinya bertanggungjawab menangani Leicester yang menjadi langganan kompetisi Eropa selama beberapa musim terakhir.

Dalam laporan Sportsmole, Senin (8/11), Rodgers mengisyaratkan siap hengkang ke MU dalam waktu dekat. Kabar tersebut mencuat setelah manajemen MU menjalin komunikasi intensif dengan yang bersangkutan selama beberapa waktu terakhir.

Persoalannya, MU harus memangkas gengsi karena Rodgers pernah melatih Liverpool yang notabene rival abadi MU selama satu abad lebih. Namun demi keadaan yang membaik, hal ini dapat menjadi pertimbangan.

 
Berita Terpopuler