Tiga Langkah Menjaga Keamanan Data Pribadi di Internet

Lakukan langkah perlindungan terhadap data pribadi di internet.

Reiny Dwinanda/Republika
Password alias kata kunci sebaiknya tak memuat kombinasi yang dapat ditebak dengan mudah.
Rep: Farah Noersativa Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga keamanan data pribadi di internet penting untuk dilakukan. Sebab, langkah itu akan meminimalisasi kerugian yang akan dihadapi pengguna.

Product Marketing Manager Google Indonesia, Amanda Chan, merekomendasikan tiga langkah perlindungan terbaik untuk keamanan sandi dan akun pengguna internet. Pertama, buat sandi yang lebih aman.

Amanda mengatakan, cara untuk membuat sandi yang lebih aman adalah dengan melibatkan huruf kapital, huruf kecil, angka, dan simbol seperti simbol dolar. Itu akan membuat kata sandi menjadi lebih kuat.

Baca Juga

Kedua, lakukan pemeriksaan keamanan di myaccount.google.com. Selain kata sandi, pemeriksaan keamanan Google juga bisa memberi tahu pengguna tentang aplikasi apa saja yang memiliki akses ke data pengguna dan menginformasikan jika ada login akun yang mencurigakan.

"Google juga memiliki fitur Password Manager atau pengatur kata sandi yang bisa bantu pengguna untuk mengingatkan semua password yang telah kita buat, yang terkait dengan akun Google-nya," tutur Amanda dalam diskusi bersama Google, dikutip Sabtu (6/11).

Tips terakhir yang direkomendasikan Amanda untuk peningkatan keamanan akun adalah menyiapkan fitur "2 Factor Authentification" (2FA) atau autentifikasi dua faktor di akun Google. Sementara itu, riset Google dan YouGov pada September 2021 mengungkapkan lemahnya perlindungan data pribadi pengguna internet di 11 negara kawasan Asia Pasifik.

Riset tersebut juga memperlihatkan bahwa setidaknya dua dari tiga pengguna internet Indonesia mengalami kebocoran data pribadi.  Hanya saja, fakta itu tak cukup mendorong para pengguna untuk mengubah kebiasaan menggunakan kata sandi mereka.

"Kami melihat sebanyak 89 persen pengguna masih mempertahankan kebiasaan menggunakan sandi yang lemah," ungkap Amanda.

Amanda mengatakan, ada sejumlah alasan mengapa banyak orang masih menggunakan sandi yang lemah. Alasan pertama adalah mereka takut lupa dengan sandi yang baru (40 persen).

"Kita pasti tahu rasanya takut lupa buatan sendiri. Saya pernah mengalaminya," kata Amanda.

Alasan kedua adalah mereka berpikir menggunakan sandi yang sama akan lebih praktis bagi mereka (30 persen). Padahal, hal itu berpotensi dua kali lebih tinggi menggalami kasus pencurian data keuangan secara daring.

 
Berita Terpopuler