10 Kata dalam Alquran yang Sering Disalahpahami

Terdapat kata-kata dalam Alquran yang multitafsir

republika
Terdapat kata-kata dalam Alquran yang multitafsir. Ilustrasi Alquran
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Al-Azhar International Center for Fatwa mengeluarkan pernyataan bahwa terkadang terdapat sejumlah orang yang keliru dalam menafsirkan kata-kata dari Alquran. 

Baca Juga

Yakni keliru menafsirkan dengan makna yang salah dan yang tidak dimaksudkan. Dilansir di Elbalad, Jumat (5/11), Al-Azhar International Center for Fatwa dalam sebuah video di halaman media sosialnya yang dipresentasikan Syekh Muhammad Al-Amawi menyebutkan, terdapat 10 kata dalam Alquran yang mungkin disalahpahami oleh beberapa orang dalam menjelaskan arti yang benar darinya yaitu sebagai berikut: 

Empat kata yang berasal dari surat Al Baqarah

Pertama, kata الْعَفْوَ ‘al-‘afwu’ dalam surat Al Baqarah penggalan ayat 219, Allah berfirman: 

وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ

“Wa yas-alunaka maada yunfiquna qulil-afwa kadzalika yubayyinullahu lakumul-aayati la’allakum tatafakkarun.” 

Yang artinya, “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan, katakanlah; ‘Yang lebih dari keperluan’. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.”.

Dan ada orang-orang pula yang mengartikannya sebagai pemaafan, sedangkan maknanya adalah tambahan yang melimpah dari kebutuhan dan penghidupan seseorang, dan bersedekah di dalamnya merupakan ibadah kepada Tuhan Yang Maha-Esa.

Kedua, kata يشري ‘yasyri’ di dalam ayat ke-207 surat Al Baqarah, Allah berfirman: 

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ “Wa minannasi man yasyri nafsahu ibtighaa-a mardhaatillahi. Wallahu ra’ufun bil-ibad.” 

Yang artinya, “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. 

Baca juga: Tiga Perangai Buruk dan Tiga Sifat Penangkalnya  

 

Dan kata ‘yasyri’ di situ maknanya bukanlah ‘membeli’ melainkan berarti dia menjual dirinya dan membelanjakannya demi keridhaan Allah.

Ketiga, kata قاموا ‘qaamuu’ dalam ayat ke-20 surat Al Baqarah, Allah berfirman: 

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُم مَّشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

 “Yakadul-barqu yakhthafu abshaarahum kullama adaa-a lahum masyaw fihi wa idza azhlama alaihim qaamuu, walaw syaa-allahu ladzahaba bisam’ihim wa abshaarihim, innallaha ala kulli syai’in qadir.” 

Baca juga: Brasil Kini Punya Kota yang Jadi Destinasi Wisata Halal 

Yang artinya, “Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” 

Dan artinya adalah bahwa mereka tinggal dan menetap di tempat mereka, bukan bahwa mereka berdiri dari berdiri. Arti yang sama adalah dalam ayat Yang Mahatinggi. 

Keempat, kata الفصال ‘al-fishalu’ dalam ayat ke-233 surat Al Baqarah, Allah berfirman: 

فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا “Fa in araada fishaalan an taraadhin minhuma wa tasyaawurin falaa junaaha alaihima.” 

Yang artinya, “Maka apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.”  Istilah "perpisahan" tidak berarti perceraian, melainkan menyapih bayi.

Dan dua kata lainnya berada di Surat At Taubah.

Kelima, kata يفرقون ‘yafraquna’ sebagaimana dalam penggalan ayat ke-56, surat At Taubah Allah SWT berfirman: 

.وَلَٰكِنَّهُمْ قَوْمٌ يَفْرَقُونَ  “Walakinnahum qaumun yafraquuna.” Yang artinya, “Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).” 

Perbedaannya adalah dalam arti ketakutan dan ketakutan yang ekstrem terhadap sesuatu yang diharapkan terjadi, dan bukan dari perpecahan, skizofrenia, dan ketidaksepakatan.

Keenam, kata خُلِّفوا ‘khullifuu’ dalam penggalan ayat ke-118 surat At Taubah, Allah berfirman: 

وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا “Wa ala tsalatsatilladzina khullifuu.” Yang artinya, “Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka.”

Maksudnya yakni mereka gagal menerima permintaan maaf dan pertaubatan mereka, dan mereka tidak gagal dalam kehidupannya.

Baca juga: 4 Jalan Menuju Allah SWT Menurut Imam Syadzili 

Ketujuh, kata ينسلون ‘yansiluna’ di surat Al Anbiya ayat ke-96, Allah SWT berfirman: 

   حَتَّىٰ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ “Hatta idza futihat ya’juju wa ma’juju wa hum min kulli hadabin yansilun.” 

Yang artinya, “Hingga apabila dibukakan (tembok) Yajuj dan Majuj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” 

Mereka tidak “tumbuh” dari keturunannya, artinya memperbanyak, melainkan mempercepat.

Baca juga: Nasihat KH Mashum Sufyan Supaya Tiru Filosofi Beras

Selanjutnya tiga kata yang terdapat di surah-surah pendek. Yaitu kedelapan, yakni kata جَابُوا ‘jaabuu’ dalam surat Al Fajr ayat ke-9, Allah berfirman: 

وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ “Wa tsamudalladzina jaabuu as-shakhra bilwaadi.” Yang artinya, “Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah.” 

Itu berarti mereka memotong batu dan mengukirnya, dan itu tidak berarti mereka membawanya.

Kesembilan, kata أَذِنَتْ ‘adzinat’ di dalam surat  Al Insyiqaq ayat 2, Allah berfirman: 

وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ “Wa adzinat lirabbiha wa huqqat.” Yang artinya, “Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh.”

Maknanya didengar, dikritik dan disampaikan, dan bukan dari izin dalam arti membolehkan dan membolehkan.

Kesepuluh, merupakan kata الأم ‘al-ummu’ dalam surat Al Qariah ayat 9, Allah berfirman dalam ayat 8-9: 

وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ “Wa amma man khaffat mawaazinuhu, fa-ummuhu haawiyah.” Yang artinya, “Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” 

Artinya adalah bagian depan kepala seseorang, dan itu berarti jiwanya dan pribadinya, dan tidak berarti ibunya yang melahirkannya.

 

 

Sumber: elbalad   

 
Berita Terpopuler