The Muslim House, Sekilas Jejak Sejarah Islam di Flint

The Muslim House menjadi suar bagi Muslim dan komunitas di sekitarnya.

Flint Beat/Santiago Ochoa
The Muslim House, Sekilas Jejak Sejarah Islam di Flint. The Muslim House, masjid sekaligus tempat berkumpul komunitas Muslim di Flint, Michigan, Amerika Serikat (AS).
Rep: Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kiki Sakinah

Baca Juga

FLINT -- The Muslim House di Flint, Michigan, Amerika Serikat (AS) memberikan gambaran sekilas tentang jejak sejarah Islam di kota itu. Selama 27 tahun, sebuah rumah di sudut Martin Luther King Avenue dan 5th Avenue itu telah menjadi tempat ibadah, pembelajaran, dan komunitas bagi penduduk Muslim di kota Flint.

Bangunan rumah ini tidak selayaknya desain masjid yang umumnya memiliki kubah atau menara. Namun, The Muslim House berfungsi sebagai pengingat sederhana bahwa struktur bangunan yang besar dan desain yang mewah tidak diperlukan untuk beribadah atau mengabdi.

Meskipun tidak menonjol seperti masjid-masjid baru lainnya, The Muslim House tetap menjadi sumber dukungan dan komunitas bagi para anggotanya. Menurut Imam Hanafi Malik, itulah tujuan The Muslim House selama ini, ruang ibadah bagi Muslim sekaligus tempat melayani komunitas setempat.

Imam Hanafi Malik lantas menceritakan tentang sejarah Muslim di kota itu. Pada awal 80-an, Muslim Flint beribadah di tempat-tempat yang tidak biasa, seperti kapel rumah sakit dan rumah-rumah anggotanya. Selama masa itu, Nation of Islam (NOI) adalah organisasi Muslim terbesar di Flint.

Akan tetapi, ideologi radikal NOI, khususnya pengucilannya terhadap orang kulit putih dan Muslim kulit putih menyebabkan keretakan di dalam komunitas. Ia mengatakan mereka yang tidak setuju dengan cita-cita NOI kemudian dibiarkan tanpa tempat beribadah.

 

"Kami beribadah di Rumah Sakit Hurley, di kapelnya, dan kami beribadah di rumah kami. Itu adalah komunitas Muslim Ortodoks Flint. Kami mencoba beribadah bersama dengan Nation of Islam tetapi ada penolakan dari mereka terhadap, dalam tanda kutip, Muslim kulit putih. Saat itulah kami mulai pergi ke rumah sakit dan ke rumah kami," kata Malik, dilansir di Flint Beat, Selasa (2/11).

Dalam pandangan Malik tentang Islam, tidak ada diskresi (kebebasan mengambil keputusan) mengenai nilai seseorang berdasarkan etnisitasnya. Menurutnya, Islam tidak mengakui itu. Namun Muslim, kata dia, sebagai manusia, memang cenderung membuat perbedaan ini tetapi karena agama dan cara hidup.

"Tidak ada dalam hadits nabi yang membenarkan itu," katanya.

Pada 1985, anggota dari apa yang kemudian menjadi Pusat Islam Flint (Islamic Center of Flint/ICF) membeli sebuah bangunan bekas Cabana Club di Flint Township di Dyewood Drive. Ruang tersebut digunakan oleh Muslim Flint hingga 1995. Pada tahun tersebut ICF secara resmi dibuka di Corunna Road di Swartz Creek, sekitar 20 hingga 30 menit berkendara dari Flint.

Keputusan itu menyebabkan keretakan lain dalam komunitas Muslim. Seperti yang dijelaskan Malik, Muslim Afrika-Amerika yang tinggal di Flint memutuskan menetap di Flint ketimbang melakukan perjalanan ke Swartz Creek beberapa kali sepekan.

Infografis 10 negara Muslim terbesar di masa depan. - (Republika)

 

"Saya seperti 'mengapa kita harus pergi ke sana ketika ada begitu banyak orang Muslim di Flint? Anda tahu, Anda harus naik bus atau kereta api untuk pergi ke sana dan beribadah.’ Jadi kami memikirkan ide untuk memiliki tempat di kota ini di mana siapa pun dapat datang untuk beribadah. Lokasinya dekat I-475 sehingga Anda bisa sampai di sini dengan mudah. Dekat dengan rumah sakit dan universitas," kata Malik.

Pada 1995, ICF mulai membangun fasilitas seluas 73 ribu kaki persegi yang terdiri dari sekolah K-12 berperabotan lengkap serta sebuah masjid. Pada tahun yang sama, mereka yang memutuskan tinggal di Flint berkumpul membeli rumah singgah tua di tepi pusat kota Flint.

Ketika mereka membeli rumah itu, Malik mengatakan semuanya berantakan. "Anda bisa masuk ke dalam, melihat ke atas dan melihat bintang-bintang," ujarnya.

"Kami menggunakan sprei sebagai dinding. Kami mengumpulkan orang-orang dan mulai menyusun tempat itu. Kami perlahan melakukan itu dan kami terus bergulir sejak saat itu,” lanjutnya.

Dari sana, The Muslim House mulai berkembang menjadi seperti sekarang ini. Malik mengatakan selama bertahun-tahun, layanan di luar yang hanya menyediakan tempat untuk beribadah mulai ditawarkan.

Menelusuri Masjid Pertama di Amerika - (Michiganradio)

 

Selanjutnya, gerakan donasi makanan mulai muncul, diikuti oleh gerakan donasi pakaian, distribusi air, dan konseling. Rumah ini bahkan bekerja sama dengan ICF untuk acara seperti gerakan peduli air (water drive).

Salah satu anggota terbaru Muslim House, Adrian Vargas, baru-baru ini pindah ke Flint dari North Carolina. Melalui sedikit riset, percobaan dan dari mulut ke mulut, Vargas akhirnya berada di pintu depan Muslim House pada September lalu.

"Seseorang telah memberi tahu saya tentang Muslim House. Mereka mengatakan ada saudara-saudara hebat di sana yang bisa menyediakan tempat untuk beribadah. Mereka melaksanakan sholat lima waktu. Ketika Anda seorang Muslim, Anda dapat beribadah cukup banyak di mana saja dan bisa melakukannya di dalam masjid, rumah Tuhan, itu selalu merupakan suatu kehormatan," kata Vargas.

Vargas mengatakan dari interaksi pertamanya dengan Malik ketika dia menelepon untuk menanyakan tentang rumah itu, dia sudah merasa diterima di kota yang dia tinggali baru beberapa hari. Vargas menambahkan sebagai seseorang yang telah melakukan perjalanan di masa lalu, masjid seperti The Muslim House terkadang dapat berdampak besar pada orang yang ditolong dan pandangan mereka tentang komunitas Muslim setempat.

The Muslim House menawarkan pendatang baru tempat beristirahat selama beberapa hari sementara mereka membangun diri di sebuah kota baru serta makanan dan akses ke fasilitas seperti kamar kecil dan ruang penatu. Sa'eed Littlejohn telah menjadi anggota The Muslim House selama tujuh tahun. Sebelum itu, dia pernah menjadi bagian dari masjid lokal lainnya.

 

Meskipun dia telah mengetahui keberadaan The Muslim House selama bertahun-tahun, Littlejohn mengatakan dia tidak pernah sempat mengunjunginya sampai dia menjadi sukarelawan di sebuah tempat pemberian makanan gratis. "Saya pikir kami membagikan makanan dan saya berpikir, 'Wow, tempat ini benar-benar tentang komunitas.' Saya berorientasi pada komunitas jadi itulah yang saya suka lakukan dan saya sudah di sini sejak itu. Dan imam adalah teman saya sekarang, dia adalah sahabat saya," kata Littlejohn.

Ia mengatakan, penekanan yang diberikan rumah tersebut pada komunitas telah membuatnya menjadi "suar cahaya." Bukan hanya untuk komunitas Muslim tetapi untuk area sekitar rumah itu sendiri.

"Semua orang di sekitar area ini, mereka mengenal kami. Meskipun kita semua adalah individu, mereka mengenal kita sebagai sebuah kolektif. Mereka tahu kami ingin membantu. Anda butuh air? Ini dia. Anda butuh satu dolar? Ini dia. Apakah Anda membagikan makanan? Ya. Itu sekadar suar cahaya di mana tidak ada banyak cahaya," kata Littlejohn.

Meskipun tidak sebesar atau menonjol seperti masjid atau organisasi Muslim lain yang bermunculan di Flint sejak 90-an, Littlejohn mengatakan The Muslim House masih menjadi landmark dan tempat yang aman tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi siapa saja di komunitas yang membutuhkan.

"Kami mencintai orang-orang di sekitar sini. Beberapa dari orang-orang ini adalah sepupu, bibi, dan paman kami dan hanya ada sistem dari rasa hormat dan kasih sayang yang diterapkan di sini dan itu terus berlangsung," kata Littlejohn.

Infografis Muslim Serba Pertama - (Republika.co.id)

 

https://flintbeat.com/the-muslim-house-offers-glimpse-into-islams-history-in-flint/

 
Berita Terpopuler