Ada Nama Declan Rice di Balik Performa Gila West Ham di Liga

Declan Rice dinilai sebagai gelandang serbabisa terbaik di Liga Primer musim ini.

EPA-EFE/Andy Rain
Declan Rice dari West Ham United yang juga membela timnas Inggris.
Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- West Ham United menjadi salah satu klub Liga Primer Inggris terseksi untuk dicermati. Meskipun tak begitu banyak berbelanja pada bursa transfer lalu dengan hanya mengeluarkan 74,5 juta euro, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Arsenal, duo Manchester, dan Chelsea yang mengeluarkan minimal 120 juta euro, West Ham yang musim lalu finis urutan keenam tampil mengesankan sejauh ini.

Pelatih West Ham David Moyes jelas menjadi otak di balik sukses ini. Namun pemain-pemain berkarakter yang tampil dalam atmosfer kolektivitas tinggi adalah juga faktor besar di balik perjalanan mengesankan the Hammers ini.

Baca Juga

Pelatih West Ham United David Moyes. - (EPA-EFE/Facundo Arrizabalaga )

 



West Ham sejauh ini menjelma menjadi tim papan atas Liga Primer Inggris. Di papan klasemen, the Hammers menempati posisi keempat dengan mengemas 20 poin hasil dari 10 pertandingan. Hanya klub raksasa nankaya, yakni Chelsea, Liverpool, dan Manchester City yang berada di atas West Ham.

Dalam klub ini juga ada segelintir pemain istimewa yang sejak tahun-tahun lalu sudah menjadi perhatian banyak orang. Di antara yang paling menonjol adalah Declan Rice.

Gelandang ini bukan hanya bagian instrumental dalam sistem permainan West Ham, namun juga bagian vital dalam sukses timnas Inggris mencapai final pertama pada turnamen besarnya dalam kurun 55 tahun terakhir sewaktu Euro 2020 empat bulan lalu.

Rice juga konstan dibidik tim-tim besar seperti Manchester United yang kelimpungan mempermak titik lemah skuadnya di lapangan tengah. Sorotan terhadap Rice semakin kencang setelah gelandang bertahan ini tampil inspiratif saat West Ham menggasak 4-1 Aston Villa dalam pertandingan Liga Primer, Ahad (31/10) malam kemarin.

Rice tak hanya menjadi jangkar di tengah, tetapi tampil cemerlang dengan turut memasukkan sebuah gol. Dalam usia 22 tahun 290 hari, Rice menjadi pemain Liga Primer termuda yang mencetak gol dan sekaligus assist. Ia bahkan sudah dianggap sebagai gelandang paling komplet di Liga Primer saat ini.

Bayangkan, sampai 10 pertandingan pertama, Rice menjadi satu-satunya pemain Liga Primer musim ini yang sukses membuat 10 sapuan, berhasil dalam 10 tekel, 10 kali berhasil mencegat operan lawan, 10 kali memenangi duel bola atas, 10 kali menciptakan peluang, 10 kali sukses menggiring bola melewati lawan (take on), dan 10 kali menyentuh bola di kotak penalti lawan.

"Dia adalah gelandang serbabisa terbaik di Liga Primer," kata analis senior sepak bola Inggris John Giles yang pada akhir 1950-an dan awal 1960-an pernah membela Manchester United.

Dibandingkan dengan gelandang Manchester City Kevin de Bruyne misalnya, Rice lebih baik, dalam hal bagaimana mengendalikan tempo permainan, yang di antaranya terlihat dalam dua laga terakhir West Ham melawan Man City dalam Piala Liga dan menghadapi Aston Villa dalam pertandingan liga.

"Dia bertahan dengan baik, menyerang dengan baik, mengolah bola dengan baik," sambung John Giles.

Pernyataan David Moyes setali tiga uang. "Bisa dibilang dia adalah salah satu pemain tengah muda terbaik di Eropa, kalau bukan yang terbaik."

Konsisten

Rice konsisten tampil baik, bahkan dari waktu ke waktu meningkatkan kualitas permainannya dan kematangannya dalam membaca permainan untuk kemudian mengatur tempo pertandingan. Itu karena ia pembelajar yang baik dan berada di lapangan untuk semakin baik dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya, dari turnamen ke turnamen lainnya.

Hal itu pun sudah diketahui lama oleh pelatih West Ham sebelumnya, Manuel Pellegrini.

"Dia terus berkembang dalam setiap pertandingan yang dia mainkan karena dia berkembang dalam setiap sesi latihan. Dia selalu berusaha belajar, dia selalu berusaha meningkat, dia selalu mendengar," kata Pellegrini.

Tetapi sekalipun dibesarkan oleh West Ham, Rice bukanlah produk klub ini. Ia juga justru jebolan akademi muda Chelsea yang masuk sejak usia tujuh tahun.

Rice meninggalkan Chelsea saat usia 14 tahun sampai terkenal di West Ham. Wajar jika the Blues kini juga membidiknya sehingga pada bursa transfer nanti bukan hanya duo Manchester yang bakal memburu pemain ini.

Declan Rice dari West Ham Unied merayakan di akhir pertandingan Liga Primer Inggris antara Aston Villa dan West Ham United di Villa Park di Birmingham, Inggris, Ahad, 31 Oktober 2021. West Ham menang 4-1. - (AP/Rui Vieira).

 



Wakil kapten West Ham ini juga pernah menjadi rebutan timnas Republik Irlandia dan Inggris. Pernah bermain bersama timnas U-16 Irlandia karena membawa darah Irlandia dari kakek neneknya, Rice tiga kali memperkuat timnas senior Irlandia pada 2018.

Inggris kemudian berhasil meyakinkan Rice agar membela skuad Three Lions sampai melakukan debut kala melawan Republik Ceska pada 2019, hingga menjadi bagian penting saat Inggris bertualang dalam Euro 2020.

Lama menempati posisi bek tengah selama karier juniornya, Rice kemudian dipasang sebagai gelandang bertahan dalam tim utama West Ham, namun sebagai pemain cadangan.

Pelatih West Ham saat itu, Slaven Bilic, sudah melihat potensinya. Bilic ingin mempercepat Rice masuk tim inti, tapi karena alasan taktis bek tengah jarang bisa diganti, maka Bilic memasang Rice di lini tengah.

Debut bermain penuhnya terjadi pada Agustus 2017. Setelah menyelesaikan musim 2017/2018 di mana gonta ganti menjadi stater dan cadangan, Rice akhirnya tak tergantikan sebagai pemain inti sejak awal musim 2018/2019.

Efisien

Pada 2019, Rice dinobatkan sebagai Pemain Muda Terbaik Liga Inggris. Kini, Rice menjadi gelandang bertahan tak tergantikan dalam skuad the Hammers dan Three Lions. Ini karena Rice menjadi gelandang yang menciptakan keseimbangan baik untuk West Ham maupun Inggris.

Rice tahu kapan mesti turut melancarkan serangan, tapi juga pandai membaca potensi bahaya dari serangan lawan. Ia pun piawai dalam mencari dan mendapatkan ruang yang tepat untuk memposisikan dirinya dengan tepat pula. Tidak itu saja, kemampuannya dalam membaca permainan sungguh mengesankan, padahal usianya masih terbilang amat muda.

Namun, seperti saat menggebuk Aston Villa, Rice bukan gelandang yang boros bermanuver, sebaliknya bergerak sangat efisien. Begitu berada pada posisi alaminya, ia lebih suka memberikan bola kepada pemain yang lebih kreatif atau mempertahankan bola selama mungkin dengan cara mengumpannya ke belakang atau ke samping.

Rice tak begitu suka bertualang. Tapi para pelatih menyukai konsistensi dan kecerdasannya dalam menciptakan keseimbangan pada tim.

Selain dominan dalam duel bola-bola atas, Rice juga agresif dalam merebut bola. Tapi ia melakukannya dengan cerdas sehingga jarang melakukan pelanggaran yang tidak perlu. Ini karena menit bermain yang tinggi yang bahkan jarang sekali diganti yang membuatnya bisa terus mengembangkan keterampilan di lapangan, termasuk dalam mencuri bola dari lawan.

Declan Rice, gelandang serbabisa West Ham United. - (Justin Setterfield / Pool via AP)

 

 


Senantiasa disiplin menjaga lini yang menjadi tanggung jawabnya, Rice tampil stabil dan juga sadar posisi, serta kokoh termasuk saat memenangkan perebutan bola. Namun sekalipun ia piawai menutup area manuver lawan, ia bukan pemain yang lincah. Disiplin, konsistensi, kepiawaian memposisikan diri, dan kepandaian membaca permainan adalah di antara nilai plus gelandang ini.

West Ham mungkin tim yang paling kompak saat ini sehingga bisa membalikkan semua ramalan kala melawan tim-tim bertabur bintang seperti saat menyingkirkan Manchester City dan Manchester United dalam Piala Liga. Namun sulit memisahkan performa ciamik West Ham belakangan ini dari kiprah apik gelandang bertahannya ini.

Pujian sudah sering dialamatkan kepada pemain ini, tapi ini pula yang membuat degup hierarki klub dan pelatih West Ham mengencang karena dengan itu pula Declan Rice semakin gencar digoda klub-klub seperti Man United yang menempatkan Rice sebagai buruan utamanya.

Tapi untuk sementara, mungkin sampai akhir musim ini, West Ham bisa tetap bersama Rice. Ini karena, usai laga melawan Villa itu, Rice mengeluarkan tantangan kepada West Ham agar berubah menjadi tim elite di Inggris dan Eropa. "Kami tak boleh jatuh seandainya ingin menjadi tim besar," tegas dia.

Ternyata Rice menginginkan West Ham semakin kuat dan besar. Tak hanya itu, ia ingin menjadi bagian penting dalam transformasi the Hammers.

 
Berita Terpopuler