Syarat Hidup Bareng Covid: Paspor Vaksin dan tanpa Karantina

Mulai November, sejumlah negara Asia mulai menerapkan hidup berdampingan dengan Covid

AP/Ahn Young-joon
Orang-orang yang memakai masker melewati spanduk yang berharap untuk mengatasi krisis COVID-19 di sebuah jalan di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 13 Juli 2021. Mulai November, sejumlah negara Asia mulai menerapkan hidup berdampingan dengan Covid-19.
Rep: Kamran Dikarma/Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL - Mulai 1 November 2021, sejumlah negara di Asia mulai mencabut aturan pembatasan Covid-19. Setelah lebih dari 1,5 tahun dibekap pandemi, kehidupan perlahan berangsur normal kembali. Masyarakat kini mulai beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.

Peraturan baru Korea Selatan (Korsel) menuju 'hidup bersama Covid-19' mulai berlaku Senin (1/11). Korsel mulai melonggarkan peraturan pembatasan sosial dan memperkenalkan kebijakan paspor vaksin di venue-venue tinggi risiko seperti gym, sauna, dan bar.

Baca Juga

Peralihan fokus ini dilakukan setelah lebih dari 75 persen populasi negara itu sudah divaksin lengkap. "Jalan kembali kehidupan sehari-hari yang langkah pertama diambil hari ini adalah jalan yang belum pernah ditempuh," kata Menteri Kesehatan Korsel Kwon Deok-Cheol dalam rapat infra-lembaga Covid-19, Senin (1/11).

Ia meminta masyarakat untuk tetap memakai masker, membuka ventilasi ruangan dengan teratur, dan tes apabila merasakan gejala. Ia mencatat masih ada kekhawatiran potensi wabah baru yang dipicu sejumlah faktor seperti orang-orang yang tidak divaksin, penurunan kekebalan tubuh, dan kegiatan akhir tahun.

Korsel yang tidak pernah ditutup sepenuhnya tengah menghadapi wabah pandemi gelombang keempat sejak Juli. Pemerintah pun memperketat peraturan pembatasan sosial. Salah satu perubahan yang akan dilakukan adalah mencabut jam malam operasi restoran dan kafe. Kapasitas penonton pertandingan olahraga dapat dipenuhi hingga 50 persen.

Konser atau acara musik dapat dihadiri 100 orang lebih apa pun status vaksinnya. Sementara gym tidak perlu lagi membatasi kecepatan treadmil atau melarang musik dengan bit cepat selama olahraga kelompok. Namun venue yang risiko penularannya tinggi seperti bar dan kelab malam, gym dalam ruangan, sauna, dan bar karaoke harus menunjukkan bukti vaksin atau tes negatif Covid-19 dalam 48 jam.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Korsel Son Young-rae mengatakan angka kasus baru dapat naik dua hingga tiga kali lipat dalam beberapa pekan ke depan. Sistem medis telah dirancang untuk menampung 5.000 kasus baru per hari.

Namun jika angkanya naik mendekati 10 ribu kasus per hari maka pemerintah akan menahan proses peralihan ini dan mengambil tindakan darurat. Pada Ahad (30/10) kemarin Korsel melaporkan 1.686 kasus baru dengan total 366.386 kasus infeksi dan 2.858 kasus kematian.

Langkah serupa juga ditempuh Kamboja. Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengatakan negaranya telah dibuka kembali dan siap menjalani cara hidup baru pada Senin (1/11). Hal itu disampaikan setelah capaian vaksinasi Covid-19 di sana telah melampaui target.

“Mulai sekarang, pembukaan kembali negara secara penuh di semua bidang dan hidup dengan Covid-19 dengan cara hidup baru dimulai hari ini,” ujar Hun Sen.

Dia mengatakan sudah waktunya untuk melanjutkan hidup. “Saya tidak akan berada di gua kepiting lagi,” ucapnya.

Kamboja sudah memvaksinasi hampir 86 persen penduduknya yang memenuhi syarat sebagai penerima vaksin. Dua juta warganya telah menerima suntikan booster. Sebanyak 300 ribu anak sekolah usia lima tahun dijadwalkan mulai menerima vaksin pada Senin.

Dengan angka demikian, Kamboja menjadi salah satu negara dengan tingkat inokulasi tertinggi di Asia. Rasionya mirip dengan Singapura. Hun Sen mengungkapkan pemerintah memiliki pasokan 10 juta dosis vaksin Covid-19 untuk booster. Negara tersebut pun tengah memesan lebih banyak dosis tambahan.

Kamboja sudah mencatatkan lebih dari 118.522 kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 2.788 jiwa. Kasus dan kematian baru sebagian besar tercatat tahun ini. Kamboja telah menuai pujian karena dianggap menjadi salah satu negara yang berhasil menangani dan mengendalikan pandemi.

Di Thailand, ratusan wisatawan asing yang sudah divaksin dijadwalkan tiba di Bangkok pada Senin (1/11). Para wisatawan itu merupakan pengunjung pertama Thailand dalam 18 bulan terakhir yang tak perlu menjalani karantina Covid-19.

Thailand berusaha bangkit dari pandemi yang memporak-porandakan industri pariwisata. Pemerintah memberi lampu hijau pada turis yang sudah divaksin dari 60 negara lebih termasuk wisatawan dari Amerika Serikat dan China.

Beberapa negara Eropa juga masuk dalam daftar wisatawan yang sudah divaksin lengkap dapat masuk Thailand tanpa dikarantina. Thailand berharap dapat menarik banyak turis dari dunia bagian utara yang ingin menghindari musim dingin.

Thailand yang merupakan salah satu destinasi pariwisata paling populer di Asia-Pasifik menerapkan peraturan pembatasan sosial yang ketat selama pandemi. Industri pariwisata negara itu mengatakan peraturan tersebut terlalu ketat dan memberatkan.

Sebelum pandemi, pariwisata menyumbang 12 persen produk domestik bruto Thailand. Ibukota Bangkok juga kota yang paling banyak dikunjungi. Pandemi membahayakan tiga juta lapangan pekerjaan yang mengandalkan pariwisata dan pendapatan senilai 50 miliar dolar AS per tahun.

Pemerintah Thailand menguji kebijakan ini dengan membuka Pulau Phuket pada Juli lalu. Negara ini mengizinkan turis yang sudah divaksin lengkap tidak perlu menjalani karantina selama dua pekan. Pariwisata itu bertanggung jawab atas 90 persen perekonomian pulau tersebut.

Namun Phuket Sandbox kurang populer dari yang diharapkan pemerintah. Kunjungan bulan Juli hanya naik satu persen dibandingkan masa sebelum pandemi. Dengan program nasional yang baru, turis harus menghabiskan malam pertama mereka di hotel yang sudah disetujui sebelumnya dan di tes negatif Covid-19 sebelum berjalan-jalan dengan bebas keliling Thailand.

Maskapai-maskapai di negara itu bersiap menghadapi gelombang pengunjung, mengeluarkan pesawat-pesawat yang sudah lama di hanggar. Namun kunjungan masih relatif rendah. Kementerian Keuangan memprediksi hanya 180 ribu pengunjung tahun ini dan tujuh juta pengunjung tahun depan. Angka tersebut jauh dibandingkan tahun 2019 yang sebanyak 40 juta pengunjung.

 
Berita Terpopuler