Musuh Para Nabi Adalah Setan dari Manusia dan Jin

Di antara jin dan manusia itu ada yang menjadi setan.

Pixabay
Ilustrasi manusia
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT dalam Surah Al-An'am Ayat 112 menerangkan bahwa musuh para Nabi adalah setan dari golongan manusia dan jin. Ayat ini diturunkan untuk menenangkan hati Nabi Muhammad SAW, Allah menjelaskan bahwa adanya penentangan dari berbagai pihak adalah sesuatu yang biasa dihadapi oleh para Nabi dan pembawa kebenaran sejak dulu.

Baca Juga

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ

Dan demikianlah untuk setiap Nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan. (QS Al-An'am: 112)

Menurut Mujahid, Qatadah dan Hasan al-Bashri, di antara jin dan manusia itu ada yang menjadi setan. Pendapat ini diperkuat oleh Abu Dzar yang ditanya oleh Nabi Muhammad SAW, "Wahai Abu Dzar apakah kamu telah memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan-kejahatan setan yang berasal dari jin dan manusia?"

Lalu Abu Dzar bertanya, "Ya Rasulullah adakah setan-setan dari manusia?" Nabi Muhammad menjawab, "Ya benar-benar ada."

Maksudnya adalah manusia yang berperilaku seperti setan, selalu mengajak kepada kejahatan dan permusuhan.

 

Menurut Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menjelaskan, kaum Muslimin menghadapi sikap permusuhan orang-orang musyrik. Demikian pula Allah menjadikan setiap Nabi memiliki musuh-musuh yang terdiri dari setan-setan baik dari jenis manusia maupun dari jenis jin.

Setan-setan adalah musuh bagi para Nabi dan para ulama yang menjadi pewaris para Nabi, juga bagi setiap mubaligh yang menyiarkan agama Allah.

Setiap kali timbul hal yang bertentangan, pastilah yang satu akan mengalahkan yang lain, yang kuat tentu menghancurkan yang lemah, dan menjadi sunatullah, bahwa kesudahan yang baik dan kemenangan terakhir tentu berada di pihak golongan yang benar.

Apabila turun hujan deras akan timbul banjir, dan ia akan menimbulkan buih yang banyak sekali di atas permukaan air. Buih itu, jika ditiup angin, segera lenyap menghilang sehingga hanya airnya yang tetap di bumi. Demikian pula kehidupan ini penuh dengan perjuangan, dan seorang pejuang tidak dapat memelihara kedudukannya kecuali dengan kegigihan dan kesabaran.

Demikian pula amal-amal yang diterima Allah hanyalah amal-amal yang dikerjakan dengan baik dan ikhlas.

 

 

Setan-setan yang menjadi musuh para Nabi berusaha membisikkan kepada orang yang digodanya bujukan yang indah-indah untuk menipu mereka, dan mengelabui penglihatan mereka sehingga dengan tidak disadari mereka tergelincir dari jalan yang benar. Telah terbukti dengan nyata tipu muslihat setan itu pada peristiwa yang dialami oleh Nabi Adam dan Siti Hawa.

Setan bersumpah dengan halus dan menggambarkan kepada Nabi Adam bahwa bila Adam dan isterinya mau makan buah khuldi (buah keabadian), maka ia akan tetap tinggal di surga selama-lamanya. Demikian pula, setan membisikkan kepada orang-orang yang terjerumus melakukan kemaksiatan.

Setan tersebut membisikkan agar mereka menggunakan kesempatan untuk hidup bebas merdeka di dunia ini menikmati segala kelezatan hidup, karena mereka tidak perlu takut pada siksaan Allah, karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Sekiranya Allah menghendaki agar setan-setan itu tidak menipu manusia, tentulah setan-setan itu tidak dapat berbuat apapun. Tetapi Allah memberi keleluasaan kepada manusia untuk memilih apa yang akan mereka kerjakan menurut petunjuk akalnya yang sehat dan memilih jalan yang akan ditempuhnya, jalan yang benar atau jalan yang salah.

Karena itu, Nabi diperintah untuk tidak menghiraukan mereka, sebab nanti di akhirat mereka harus mempertanggungjawabkan segala tingkah laku mereka selama di dunia. Sedangkan Nabi hanya bertugas menyampaikan.

 

 
Berita Terpopuler