BI Kembangkan Instrumen Pasar Keuangan Hijau 

Isu utama konsep keberlanjutan yang menjadi perhatian ialah dampak perubahan iklim.

Republika/Wihdan Hidayat
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti.
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter ikut berkontribusi mengembangkan instrumen pasar keuangan hijau dan berkelanjutan demi mendorong pembiayaan ekonomi di Indonesia. BI juga terus meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang keuangan berkelanjutan melalui capacity building yang relevan.

Isu mengenai keuangan berkelanjutan merupakan salah satu topik dari enam isu prioritas di bidang keuangan yang akan diangkat pada Presidensi G20 Indonesia. Isu keuangan berkelanjutan ini terkait upaya dalam mengembangkan sumber-sumber pembiayaan yang dapat mendukung upaya dunia.

Khususnya dalam mengatasi perubahan iklim, termasuk menangani risiko transisi menuju ekonomi rendah karbon. G20 adalah forum kerja sama multilateral yang bertujuan mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam sambutan kegiatan mengungkapkan bahwa seluruh pemangku kepentingan harus berkolaborasi, bersinergi, dan bekerja sama dalam mengimplementasikan kerangka kerja yang komprehensif dari kebijakan berkelanjutan nasional.

"Momentum sinergi dan kolaborasi antarotoritas perlu disongsong sedini mungkin," kata Destry dalam lokakarya bertema “Sustainable Finance and Climate Change Impact" yang diselenggarakan oleh BI pada 25 hingga 27 Oktober 2021 secara virtual.

Rangkaian kegiatan lokakarya ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan pemahaman seluruh partisipan dalam melanjutkan upaya pengembangan keuangan berkelanjutan. Termasuk untuk mengembangkan instrumen pasar uang hijau dan berkelanjutan di Indonesia.

Penerapan dini memungkinkan tercipta ruang untuk memperkuat dan mengembangkan aspek fundamental dan infrastruktur ekosistem keuangan berkelanjutan. Misalnya terkait taksonomi, lembaga pendukung, regulasi, dan hal-hal lain guna mempercepat pembangunan dengan konsep hijau dan berkelanjutan.

"Perlu ada harmonisasi antara pertumbuhan ekonomi dengan aspek lingkungan dan sosial guna menarik lebih banyak investor," ungkap Destry.

Salah satu isu utama konsep keberlanjutan yang menjadi perhatian global maupun Indonesia adalah dampak perubahan iklim terhadap stabilitas pertumbuhan ekonomi dan sistem keuangan. Hal ini ditunjukkan melalui komitmen Indonesia dalam Perjanjian Paris tahun 2015 untuk turut berkontribusi membatasi pemanasan global tidak melewati ambang batas dua derajat Celcius.

 

Selain itu berupaya maksimal tidak melewati 1,5 derajat celcius, dibandingkan dengan saat sebelum revolusi industri. Dalam kesempatan lokakarya hadir pula praktisi dari Indonesia maupun global, serta asosiasi seperti International Capital Market Association (ICMA) Global.

Mereka menyampaikan keahlian terkait sustainable finance regulatory policies, product and financing structure, transition finance serta climate risk. Ke depan, pemahaman yang didapatkan dari lokakarya ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pemulihan ekonomi dan pembiayaan pembangunan nasional jangka panjang.

 

Seluruh regulator terkait diharapkan dapat melakukan perencanaan matang dalam pengembangan pasar keuangan berkelanjutan demi mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia. BI akan terus berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk terus mendorong kesadaran akan keuangan berkelanjutan dan aplikasinya dalam pasar keuangan dan ekonomi secara keseluruhan.

 
Berita Terpopuler