Laba Naik 365%, Kinerja BUMN di Bawah Erick Thohir Membaik

Kenaikan kinerja karena faktor perbaikan pengelolaan & sektor komoditas yang membaik.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membaik di semester I-2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini terlihat dari kenaikan laba bersih korporasi pelat merah yang mencapai 356 persen sepanjang semester I-2021 dibandingkan semester I-2020.

Ekonom yang juga pengajar Perbanas Institut, Piter Abdullah, menilai salah satu yang mendorong kinerja perusahaan BUMN makin baik karena didukung beberapa faktor. Antara lain perbaikan harga komoditas, penanganan pandemi yang semakin baik, juga peningkatan di sektor kesehatan, telekomunikasi, yang berujung pada kenaikan kinerja. Misal BUMN sektor tambang, kinerja makin baik didorong kenaikan harga komoditas.

"Perkiraan saya kenaikan laba BUMN lebih disumbang oleh BUMN bank pemerintah, Pertamina, Telkom, dan BUMN kesehatan," ujar Piter, kepada media, Senin (19/10).

Pada semester I-2020, laba bersih BUMN tercatat Rp 5,77 triliun. Angkanya kemudian meningkat menjadi Rp 26,35 triliun pada Januari-Juni 2021. Kinerja baik ini tentu menjadi salah satu bukti, program perusahaan plat merah berhasil sekaligus juga diharapkan semakin membuat lapangan pekerjaan semakin banyak. Semakin untung semakin besar peluang melebarkan bisnis.

Piter menilai, kenaikan kinerja selain karena faktor perbaikan pengelolaan, juga didorong sektor komoditas yang membaik di masa pandemi. Ia yakin dengan perbaikan maka BUMN akan mempertahankan kinerja. Meski dia juga berpendapat masih ada beberapa BUMN yang perlu diperbaiki.

"Termasuk juga indikator-indikator penyediaan lapangan kerja, dan sumbangsih terhadap kesejahteraan masyarakat. Mungkin yang paling bisa diapresiasi walaupun labanya tidak ada adalah progtram BBM satu harganya Pertamina serta keberhasilan BUMN Karya membangun berbagai infrastuktur," kata Piter

Kenaikan laba bersih BUMN yang mencapai 356 persen sepanjang semester I-2021 dibandingkan semester I-2020 tentu bisa dibaca ada perbaikan. Namun catatan itu juga jadi tantangan apakah akan terus mampu dipertahankan mengingat perbaikan kinerja lebih disokong perbaikan harga komoditas.

"Kenaikan itu bersifat adhoc karena kenaikan harga komoditas, karena adanya pandemi.  Ketika harga komoditas turun, pandemi sudah usai, keuntungan BUMN bisa saja akan kembali turun," ucapnya.

Menurut dia, manfaat BUMN bagi masyarakat bukan dari keuntungan tetapi lebih dari perbaikan pelayanan. Bahkan ketika BUMN merugi bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Contohnya program BBM satu harga.

"Program ini program rugi bagi Pertamina, tapi sangat bermanfaat bagi masyarakat," katanya.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, kinerja BUMN membaik di semester I-2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini terlihat dari kenaikan laba bersih korporasi pelat merah yang mencapai 356 persen sepanjang semester I-2021 dibandingkan semester I-2020. Erick mengatakan, laba bersih BUMN tercatat sebesar Rp 5,77 triliun pada semester I-2020. Angkanya kemudian meningkat menjadi Rp 26,35 triliun pada Januari-Juni 2021.

Erick juga mencatat, total pendapatan BUMN sebesar Rp 96,5 triliun pada semester I-2021. Pendapatan itu bersumber dari berbagai sektor, mulai energi, keuangan, pertambangan, hingga logistik.

Secara rinci, BUMN di sektor energi menyumbang pendapatan sebesar Rp 60 triliun atau naik 13 persen pada semester I-2021 secara tahunan (yoy). Pendapatan dari BUMN jasa keuangan sebesar Rp 13,7 triliun atau naik 7 persen (yoy). Sektor pertambangan membukukan pendapatan sebesar Rp 9,94 triliun atau meningkat 34 persen (yoy).

Lalu, sektor kesehatan meraih pendapatan Rp 9,48 triliun atau naik 163 persen (yoy), sektor manufaktur sebesar Rp 7,97 triliun atau naik 55 persen (yoy), sektor perkebunan dan kehutanan Rp 6,28 triliun atau naik 37 persen (yoy). Pendapatan BUMN di sektor asuransi sebesar Rp 2,84 triliun atau naik 13 persen (yoy), sektor telekomunikasi Rp 2,62 triliun atau naik 4 persen (yoy), pupuk Rp 1,02 triliun atau naik 2 persen (yoy). Kemudian, sektor logistik Rp 643 miliar atau naik 2 persen (yoy) dan kluster pengelolaan aset atau National Management Asset Company (Namco) Rp 507 miliar atau naik 12 persen (yoy).

Erick mengakui jika adanya pembatasan sosial di paruh kedua 2021 bakal berdampak kepada kinerja keseluruhan BUMN sepanjang tahun ini. Walau demikian, dia memastikan pihaknya akan terus mendorong kinerja BUMN yang telah baik hingga semester I-2021. "BUMN akan berusaha mempertahankan kinerja positif ini sampai dengan akhir 2021," kata Erick.

 
Berita Terpopuler